Liputan6.com, Jakarta- Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pada 16 September, bahwa perbatasan negaranya akan dibuka kembali ke sebagian besar negara pada bulan Oktober 2020.Â
Sebelumnya, Afrika Selatan menutup perbatasan mereka sejak 27 Maret karena diterapkannya kebijakan lockdown nasional.
Baca Juga
Sejak Juni 2020, pembatasan pergerakan dan bisnis telah dikurangi secara bertahap, tetapi perbatasan tetap ditutup untuk menghindari kemunculan kasus impor COVID-19 dari luar negeri, seperti dikutip dari AFP, Kamis (17/9/2020).
Advertisement
Presiden Ramaphosa menyatakan bahwa sebagian besar aturan lainnya akan dicabut mulai 20 September mendatang, dan perjalanan internasional akan "secara bertahap dan hati-hati" dibuka pada 1 Oktober.
Tetapi, Presiden Ramaphosa menambahkan bahwa perjalanan juga mungkin dibatasi ke dan dari negara-negara yang memiliki "tingkat infeksi tinggi".
Daftar negara dengan infeksi COVID-19 yang tinggi itu akan ditentukan berdasarkan "data ilmiah terbaru ... dari negara-negara tersebut," jelasnya.Â
"Kami telah bertahan dari badai Virus Corona COVID-19," ujar Presiden Ramaphosa dalam pidatonya.
"Ini adalah waktu untuk beralih ke apa yang akan menjadi new normal selama Virus Corona ada di antara kita," tuturnya.Â
Afrika Selatan akan memulai dengan membuka kembali tiga bandara utamanya di Cape Town, Durban dan Johannesburg.
Wisatawan yang hendak mengunjungi negara tersebut akan diminta untuk menunjukkan hasil tes COVID-19 negatif yang diambil kurang dari 72 jam sebelumnya, atau karantina dengan biaya sendiri.
Selain itu, pada saat kedatangan, para wisatawan juga akan melalui pemeriksaan suhu dengan screen monitor dan diminta untuk memasang aplikasi pelacakan kontak Virus Corona di telepon genggam mereka.
Saksikan Video Berikut Ini:
Pelonggaran Kapasitas Pertemuan dan Jam Malam
Dalam pelonggaran pembatasan itu, sebagian besar pertemuan warga di Afrika Selatan akan diizinkan dengan 50 persen dari kapasitas tempat, dan batas 250 orang untuk acara dalam ruangan.
Sementara jam malam pukul 22:00 akan diubah kembali menjadi tengah malam.
Tak hanya itu, aturan batas pengunjung dengan hanya 50 orang di fasilitas rekreasi juga akan dicabut.
Namun, pembatasan acara olahraga tetap diberlakukan, dan penggunaan masker di tempat umum.
Kebijakan lockdown di Afrika Selatan telah memberikan dampak yang begitu besar pada perekomonian mereka.Â
Sektor pariwisata, salah satu penggerak ekonomi utama negara tersebut, adalah salah satu yang terpengaruh.
"Ekonomi dan masyarakat kita telah mengalami kehancuran besar," ungkap Presiden Cyril Ramaphosa.
Kendati demikian, "Sekarang waktunya untuk mencabut sebanyak mungkin pembatasan yang tersisa ... karena cukup aman untuk melakukannya," terangnya.
Presiden Cyril Ramaphosa mengkalim bahwa negaranya telah "berhasil mengatasi situasi yang terburuk" dari wabah COVID-19.
Dia mencatat bahwa jumlah kasus baru COVID-19 di Afrika Selatan telah turun dari rata-rata 12.000 per hari pada Juli 2020, menjadi kurang dari 2.000.
Sementara secara total, Afrika Selatan kini mengalami lebih dari 651.000 infeksi dan lebih dari 15.600 kematian akibat Virus Corona COVID-19 - sekitar setengah dari jumlah total kasus yang terdeteksi di benua Afrika.
Advertisement