Imbas Kebakaran Hong Kong Paling Mematikan Sejak 2011, 2.500 Bangunan Tua Akan Diinspeksi

Otoritas Hong Kong akan memeriksa 2.500 bangunan tempat tinggal yang berusia tua menyusul insiden kebakaran paling mematikan sejak 2011 yang menewaskan 7 orang di sebuah gedung apartemen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Nov 2020, 13:26 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2020, 13:26 WIB
Apartemen di Hong Kong Terbakar, Tujuh Orang Tewas
Petugas pemadam kebakaran dan polisi menyelidiki lokasi kebakaran di Hong Kong, China selatan (15/11/2020). Sebanyak tujuh orang tewas dan lebih dari 10 lainnya terluka setelah kebakaran melalap sebuah gedung apartemen di Hong Kong pada Minggu (15/11) malam, menurut kepolisian. (Xinhua/Lui Siu Wai)

Liputan6.com, Hong Kong- Otoritas Hong Kong akan memeriksa 2.500 bangunan tempat tinggal yang berusia tua. 

Langkah tersebut diambil menyusul insiden kebakaran mematikan yang menewaskan tujuh orang di restoran yang beroperasi di sebuah apartemen.

Menurut pejabat dewan distrik daerah, Leslie Chan, restoran itu mungkin beroperasi tanpa izin di sebuah apartemen, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (17/11/2020). 

Selain itu, departemen kebakaran dan bangunan setempat juga akan berupaya menyelesaikan tinjauan pada akhir 2020, menurut sebuah rilis berita pemerintah pada 16 November 2020.

Inspeksi akan dilakukan pada bagunan yang berusia minimal 60 tahun dan mencakup bangunan lainnya yang sebagian merupakan area pemukiman, serta komersial.

"Mengingat risiko dengan terjadinya insiden kebakaran ini, saya telah meminta (dinas pemadam kebakaran dan departemen bangunan) untuk lebih meningkatkan inspeksi guna menghilangkan ancaman keselamatan akibat kebakaran yang serius untuk melindungi nyawa dan rumah warga," terang Pemimpin Hong Kong Carrie Lam.

Rilis berita tersebut juga mengatakan bahwa 10 orang korban kebakaran sedang dalam perawatan di rumah sakit, sementara 7 lainnya dalam kondisi kritis.

Usia korban yang tewas dan terluka akibat kebakaran diketahui sekitar antara 8 hingga 48 tahun.

Leslie Chan juga mengungkap bahwa para korban kebakaran itu diketahui merupakan warga Nepal.

Disebutkan dalam laporan media Hong Kong, orang-orang di restoran itu sedang merayakan Deepavali, sebuah festival besar Hindu, serta acara ulang tahun saat insiden kebakaran kemudian terjadi. Laporan tersebut menambahkan, bahwa lilin yang menyala memicu percikan api pada area kedap suara di bangunan itu.  

 

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Insiden Kebakaran Paling Mematikan Sejak 2011

Apartemen di Hong Kong Terbakar, Tujuh Orang Tewas
Petugas pemadam kebakaran dan polisi menyelidiki lokasi kebakaran di Hong Kong, China selatan (15/11/2020). Sebanyak tujuh orang tewas dan lebih dari 10 lainnya terluka setelah kebakaran melalap sebuah gedung apartemen di Hong Kong pada Minggu (15/11) malam, menurut kepolisian. (Xinhua/Lui Siu Wai)

Banyak orang Nepal tinggal di daerah tersebut, dan bekerja di bisnis keuangan, ritel, hingga layanan keamanan Hong Kong.

Bangunan, yang berada di kawasan Yau Ma Tei di Kowloon itu, diketahui tidak memiliki sistem pemancar air sehingga orang-orang yang terjebak di bagian belakang dapur bangunan menjadi korban, menurut petugas Departemen Pemadam Kebakaran Hong Kong, Cheung Kwong-yuen.

Selai itu, media Hong Kong menyebutkan bahwa kebakaran itu adalah insiden yang paling mematikan sejak peristiwa serupa terjadi pada tahun 2011, yang menewaskan sembilan orang.

Rilis pemerintah Hong Kong menjelaskan bahwa inspeksi merupakan suatu upaya yang berfokus pada bangunan umum guna mencegah dan mengidentifikasi bahaya kebakaran. Para petugas, dalam langkah tersebut, dapat mengambil tindakan penegakan hukum berdasarkan temuan mereka, termasuk penuntutan bila ditemukannya pelanggaran. 

Sementara itu, dinas pemadam kebakaran setempat juga akan menjangkau berbagai kelompok di antara warga untuk mempelajari lebih lanjut tentang tempat berkumpulnya kegiatan keagamaan dan budaya, serta memeriksa dan meningkatkan kesadaran keselamatan kebakaran di antara kelompok-kelompok tersebut.

Menanggapi hal itu, Pun T Prakash, presiden Asosiasi Bisnis Nepal di Hong Kong, menyatakan bahwa pihaknya akan menghubungi masyarakat setempat. 

"Kami akan menyarankan mereka untuk tidak melakukan kegiatan yang melanggar, dan memperingatkan untuk tidak memfasilitasi klub di sekitar kawasan ini," ujarnya. 

"Kita harus mengikuti aturan dan regulasi Hong Kong, bagaimana membuka restoran, bagaimana membuka toko. Kita juga akan memberi tahu mereka," tambahnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya