30 Tahun Ditutup, Penyeberangan Utama Irak-Arab Saudi Dibuka Lagi

Penyeberangan Arar antara Irak dan Arab Saudi dibuka kembali pada Rabu, 18 November 2020, setelah ditutup selama tiga dasawarsa pasca-invasi Irak ke Kuwait.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Nov 2020, 17:32 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2020, 17:11 WIB
Penyeberangan Arar antara Irak dan Arab Saudi dibuka kembali pada Rabu, 18 November 2020, setelah ditutup selama tiga dasawarsa pasca invasi Irak ke Kuwait. (Foto: Komisi Penyeberangan Perbatasan Irak)
Penyeberangan Arar antara Irak dan Arab Saudi dibuka kembali pada Rabu, 18 November 2020, setelah ditutup selama tiga dasawarsa pasca invasi Irak ke Kuwait. (Foto: Komisi Penyeberangan Perbatasan Irak)

Liputan6.com, Riyadh - Setelah ditutup selama 30 tahun, penyeberangan utama bagi perdagangan antar Irak dan Arab Saudi dibuka kembali pada Rabu 18 November 2020.  

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (19/11/2020), Duta Besar Arab Saudi untuk Irak Abdulaziz Khalid ikut memotong pita bersama Menteri Dalam Negeri Irak.

Pintu penyeberangan Arar ditutup pada awal 1990an, pasca-invasi Irak ke Kuwait, yang memicu memburuknya hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Irak.

Hubungan diplomatik kedua negara, Arab Saudi-Irak, baru pulih kembali pada 2015.

Hingga saat ini pintu penyebrangan Arar itu hanya dibuka satu kali setahun, yaitu ketika pelaksanaan ibadah Haji.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Ini:


Sinyal Perbaikan Hubungan Kerja Sama

Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Pembukaan kembali pintu penyebrangan ini mencerminkan langkah maju yang signifikan menuju hubungan dan kerja sama ekonomi Arab Saudi dan Irak yang lebih kuat dan dalam.

Pejabat-pejabat Iran berharap pembukaan kembali pintu perbatasan Arar, yang terletak di selatan kota An Nukhaib, di Provinsi Anbar, Irak, akan mendorong aktivitas perdagangan yang sangat dibutuhkan untuk memajukan perekonomian Irak.

Bagi warga Anbar yang mayoritas dihuni oleh warga Islam-Sunni, peningkatan aktivitas perdagangan dengan negara kerajaan itu juga berarti potensi lapangan kerja baru.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya