Turki Umumkan Aturan Jam Malam Jelang Tahun Baru demi Bendung Penyebaran Virus Corona

Pemerintah Turki akan memberlakukan aturan jam malam selama empat hari menjelang tahun baru guna mencegah penyebaran Virus Corona baru.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Des 2020, 07:07 WIB
Diterbitkan 15 Des 2020, 07:07 WIB
Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dalam menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan penutupan dan aturan jam malam yang bakal diterapkan selama empat hari mulai malam Tahun Baru untuk mengekang penyebaran COVID-19.

Berbicara setelah rapat kabinet hari Senin, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan jam malam akan dimulai pada malam 31 Desember dan berlangsung hingga pagi hari pada 4 Januari. Demikian seperti melansir ABC News, Senin (15/12/2020). 

Bulan ini, pemerintah Turki memberlakukan kembali penutupan akhir pekan serta jam malam di tengah lonjakan infeksi dan kematian. Upaya ini telah berhasil menghindari penguncian penuh sejak awal pandemi untuk menjaga ekonomi negara yang tertekan terus berjalan.

Erdogan juga mengumumkan beberapa dukungan penyewaan untuk bisnis dan berjanji melanjutkan diskon untuk pajak pertambahan nilai.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Kasus Virus Corona di Turki

Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Isikli Tosun Baba (60) memegang dan mengenakan bendera Turki di Oncupinar, Kilis, Turki, Minggu (28/1). (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Statistik kementerian kesehatan hari Senin menunjukkan rekor 229 kematian harian baru yang dikonfirmasi, sehingga total korban tewas menjadi 16.646. 

Rata-rata 7 hari dari infeksi yang dikonfirmasi berada di atas angka 30.000, menjadikan Turki salah satu negara yang paling parah terkena di dunia. 

Virus Corona telah merenggut lebih dari 1,61 juta nyawa di 191 negara dan wilayah sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China Desember lalu, menurut Universitas Johns Hopkins AS.

Lebih dari 72,44 juta orang telah terinfeksi virus tersebut dan lebih dari 47,4 juta telah pulih dari penyakit tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya