Liputan6.com, Jakarta - Media berperan dalam mewujudkan solidaritas sosial dan partisipasi publik guna menanggulangi penyebaran Virus Corona COVID-19. Karena selama pandemi, banyak warga dunia yang menghabiskan waktunya di rumah dan menggunakan media sebagai sarana mencari informasi.
Baik untuk mencari info terbaru soal perkembangan COVID-19, ketersediaan vaksin, atau sarana hiburan lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya, media punya peran penting di tengah pandemi Corona COVID-19. Bagaimana industri ini bertahan? Apa tantangan dan inovasi yang mestinya dilakukan oleh pelaku media dalam situasi ini?
Advertisement
Dalam acara Indonesia Digital Conference bertajuk Inovasi Beyond Pandemi yang diadakan secara virtual, juga mengangkat pemaparan pelaku dalam industri media. CEO KapanLagi Youniverse Steve Christian yang merupakan satu-satunya pembicara dari Indonesia di sesi tersebut menyampaikan, pandemi Virus Corona COVID-19 memiliki dampak pada perusahaan media yang dipimpinnya.
Baca Juga
"Di masa pandemi banyak orang tinggal di rumah dan mengakses banyak informasi. Persaingan bukan terjadi pada tiap perusahaan media, melainkan individu-individu yang menciptakan kontennya sendiri," ujar Steve.
"Mereka membuat story di Instagram atau mempublikasikannya di YouTube. Konten mereka bagus, itu yang tak saya sangka."
Dalam pemaparannya, Steve turut mengungkap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas warganya yang aktif di media sosial. "Mereka membuat perusahaan, melakukan endorsement dengan jumlah pengikut yang banyak."
Dalam kondisi pandemi ini, tantangan lain yang dihadapi media menurut Steve adalah meyakinkan pengiklan.
"Jumlah pencarian Corona COVID-19 sangat melejit tinggi. Orang-orang mencari berbagai informasi. Sebagai media kami menghadapi permasalahan berbeda. Jika semua mencari Corona COVID-19, bagaimana kita meyakinkan pemasang iklan? Semua media melakukan hal serupa," tambahnya.
Salah satu solusi yang dilakukan KapanLagi Youniverse yaitu membuat 10 kali lipat live event dari biasanya. "Dari Oktober rencana ini cukup berhasil. Ini bukan upaya jangka panjang. Setidaknya, tahun ini pekerja yang tinggal di rumah tidak ada pemotongan gaji dan PHK dan semua orang senang," jelas Steve.
Saksikan Video Berikut Ini:
Interaksi dengan Masyarakat
Tak hanya Steve, pembicara lainnya yang turut memaparkan gagasannya yaitu Grant Sherlock, Managing Editor of ABC News Digital.
Menurut Sherlock, ada pergeseran kebiasaan yang dilakukan masyarakat terhadap akses informasi di tengah pandemi Corona COVID-19.
"Kami harus memikirkan cara bertahan di masa seperti ini. Media kami sangat terdampak. Kami harus menginformasikan hal yang lebih memiliki nilai. Misalnya, apakah sudah cukup aman untuk meninggalkan rumah. Masyarakat akan mencari informasi tentang itu," ujar Sherlock.
"Selain menggunakan kontak narsum yang sudah ada dan jurnalisme yg kami bangun, ada hal lain yang kami lakukan. Pada akhir 2019 dan awal 2020 kebakaran besar melanda Australia. Saya pikir ini akan jadi peristiwa besar tahun ini. Banyak pertanyaan yang menimbulkan perdebatan soal perubahan iklim. "
"Orang Australia meenggunakan kata-kata kunci mencari soal kebakaran. Kami lalu beli respons terkait ini. Tak disangka, cara ini setidaknya mempersiapkan kami untuk menghadapi Corona COVID-19."
Sistem yang dibangun oleh ABC yaitu melakukan audiensi dengan masyarakat secara interaktif. Apa yang mereka ingin tau dari Corona COVID-19 dan dipilah-pilah.
"Kami terima 135 ribu pertanyaan soal Corona COVID-19. Ini lebih dari masalah investigasi lainnya yang kami hadapi. Kami belum pernah mendapatkan ini sebelumnya. Kami coba baca, memang belum terjawab semua. Namun sudah banyak tema yang masuk dan kami angkat dalam tema editorial."
Advertisement