Liputan6.com, Port Moresby - Jumlah infeksi Virus Corona COVID-19 di Papua Nugini naik dan telah melampaui 10.000 pada Rabu (21/4).
Papua Nugini mencatat 245 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam hingga tengah hari pada Selasa (19/4, membuat kenaikan infeksi harian lebih dari 200.
Baca Juga
Total kasus COVID-19 di Papua Nugini kini sebanyak 10.197, sementara jumlah kematian terkait masih tercatat sebanyak 91 orang.
Advertisement
Sebelumnya, data menunjukkan sebagian besar kasus baru COVID-19 di Papua Nugini berada di dekat Ibu Kota Port Moresby.
Namun, penanggap pandemi COVID-19 negara itu mengatakan bahwa infeksi baru terjadi di 17 dari 22 provinsi - mengisyaratkan penyebaran kian meluas.
"Pertempuran kami dengan wabah COVID-19 yang melonjak berada pada tahap kritis dan saya mendesak setiap warga untuk secara ketat mematuhi langkah-langkah pencegahan," kata petugas penanganan pandemi, Komisaris Polisi Papua Nugini, David Manning, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/4/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Papua Nugini Hadapi Penundaan Program Vaksinasi COVID-19
Selain itu, Papua Nugini juga menghadapi penundaan program vaksinasi, yang bergantung pada pasokan dari skema vaksin global, COVAX.
Papua Nugini, yang memiliki populasi sekitar 9 juta, telah memulai program vaksinasi sederhana menggunakan sejumlah kecil dosis vaksin yang dikirim oleh Australia dengan pesanan lebih banyak di bawah program COVAX.
Seperti di negara-negara lain, Papua Nugini telah memberlakukan pembatasan pergerakan dan meminta warga untuk menjaga kebersihan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
Tetapi wabah, yang mulai muncul dalam beberapa pekan terakhir, telah memicu peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta dari negara tetangga, Australia tentang dugaan tingkat infeksi yang kurang dilaporkan.
"Ada penularan komunitas yang meluas dan berkelanjutan," kata Pamela Toliman, peneliti senior di Institut Penelitian Medis PNG, dalam sebuah konferensi virtual.
"Ini sangat menantang ketika, di jalanan, orang yang mengetahui adanya transmisi komunitas tidak memakai masker dan tidak melakukan social distancing," ujarnya.
Advertisement