Liputan6.com, Jakarta - Terbaring berbaris rapi. Dibalut kain dengan karangan bunga di atasnya. Ratusan jasad pasien COVID-19 di India antre bergelimpang menunggu giliran dikremasi.
Namanya Sanjay. Ia adalah pendeta di Krematorium New Delhi, India. Tiap harinya, ia berurusan dengan ratusan jenazah pasien COVID-19 India sehingga terpaksa diperluas ke tempat parkir yang berdekatan dengan lokasi kremasi.
Baca Juga
Â
Advertisement
Berdasarkan data dari tiga krematorium di ibu kota, Wali Kota North Delhi Municipal Corporation (NDMC) Jai Prakash mengklaim bahwa pada Senin pekan ini, Delhi telah mengkremasi 631 jasad dan melakukan 22 pemakaman jenazah, seperti dikutip dari CNN.
Sanjay pun sudah tak mampu menghitung jumlah jenazah yang ia kremasi. "Saya tidak bisa menghitung," katanya kepada AFP. "Kami mulai saat matahari terbit dan kremasi berlanjut hingga lewat tengah malam," katanya di samping tumpukan kayu bakar dan tumpukan abu yang membara.
Â
Keluarga berduka di pinggir jalan lingkungan berpenghasilan rendah ini saat mereka menunggu giliran kerabat yang terbungkus kain putih dan karangan bunga marigold kuning untuk dikremasi. Ambulans datang silih berganti secara teratur membawa lebih banyak jenazah pasien COVID-19.
Orang-orang yang tinggal berdekatan dengan krematorium selalu mencium bau tubuh yang dibakar serta mendengar tangisan keluarga yang berduka.
Â
Rumah sakit India sedang berada di ambang kehancuran akibat ledakan kasus virus Corona COVID-19. Kebanyakan pasien meninggal akibat kurangnya tindakan medis serta kekurangan tempat tidur di Rumah Sakit hingga pasokan obat-obatan dan oksigen.
Krematorium bekerja lembur, cerobong asapnya retak dan rangka besinya meleleh karena terus digunakan. Kayu dilaporkan langka di beberapa tempat dan beberapa keluarga disuruh membawa sendiri untuk dibakar.
Â
Â
Banyak pihak krematorium mengatakan jumlah kematian resmi akibat virus itu tidak mencerminkan jumlah tambahan jenazah yang mereka tangani.
Selama tiga hari terakhir, krematorium di daerah Seemapuri di timur laut Delhi telah melakukan lebih dari 100 pemakaman sehari, dan kehabisan ruang.
"Kami mencoba mengakomodasi kremasi di jalan setapak dan di mana pun kami dapat menemukan tempat, tetapi jenazah itu terus berdatangan," kata koordinator Jitender Singh Shanty, dengan sorban kuning, jas hazmat biru yang ia gunakan.
"Kami harus meminta pihak berwenang untuk mengizinkan kami memperluas fasilitas ke tempat parkir," kata Sikh.