Liputan6.com, Jakarta - Presiden Alexander Lukashenko menuduh "simpatisan" dari luar melakukan "perang hibrida" melawan Belarusia saat ia membela pengalihan paksa pesawat penumpang oleh Minsk, sebuah insiden yang menyebabkan kemarahan global.
Belarusia telah memaksa penerbangan Ryanair dari Yunani ke Lithuania untuk mendarat di ibukotanya sebagai tanggapan atas dugaan ancaman bom.
Advertisement
Mengutip Al Jazeera, Kamis (27/5/2021), dalam komentar publik pertamanya tentang aksi tersebut, Lukashenko mengatakan dia telah bertindak secara hukum dan sesuai dengan norma internasional, kantor berita yang dikelola pemerintah Belta melaporkan.
Pria berusia 66 tahun itu mengaku ingin "melindungi orang" dengan mengalihkan penerbangan dan menepis laporan bahwa jet tempur Mig-29 memaksa pesawat untuk mendarat sebagai "kebohongan mutlak".
Tuduhan Terhadap Jurnalis
Lukashenko menuduh kritikus tersebut mencoba untuk merusak pemerintahannya selama 27 tahun.
"Seperti yang kami perkirakan, simpatisan kami dari luar negeri dan dari dalam negeri mengubah metode serangan mereka terhadap negara," kata Lukashenko kepada anggota parlemen.
Lukashenko berjanji untuk menanggapi dengan keras sanksi atau provokasi apa pun, mengancam akan melemahkan kontrol perbatasan negara yang menghentikan migrasi ke arah Barat dan perdagangan narkoba.
Rusia, yang telah memberikan dukungan keamanan, diplomatik dan keuangan kepada Minsk, mengatakan pada hari Rabu bahwa tidak ada alasan untuk tidak mempercayai penjelasan Belarusia.
Menanggapi pengalihan pesawat dan penangkapan Protasevich, Uni Eropa memberlakukan lebih banyak sanksi pada bekas negara Soviet dan telah melarang maskapai penerbangan Belarusia dari blok 27 negara.
Advertisement