Liputan6.com, Jakarta - Tingkat kelaparan dan kekurangan gizi dunia memburuk secara dramatis pada 2020 lalu. Sebagian besar kemungkinan disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Hal itu diungkapkan dalam laporan multi-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diterbitkan pada Senin 12 Juli 2021.
Setelah hampir tidak berubah selama lima tahun, jumlah orang yang kekurangan gizi naik menjadi sekitar 768 juta 2020 lalu - setara dengan 10 persen dari populasi dunia dan kenaikan pada 2019 yang mencapai sekitar 118 juta, kata laporan itu.
Advertisement
Ditulis oleh badan-badan PBB termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), laporan tersebut adalah penilaian komprehensif pertama dari kerawanan pangan dan gizi sejak pandemi muncul, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (13/7/2021).
"Sayangnya, pandemi terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita, yang mengancam kehidupan dan mata pencaharian. Tidak ada wilayah di dunia yang selamat," kata badan-badan itu dalam sebuah pernyataan bersama.
Laporan edisi 2021 bertajuk "The State of Food Security and Nutrition in the World" itu memperkirakan bahwa pada tren saat ini, tujuan pembangunan berkelanjutan PBB dari nol kelaparan pada tahun 2030 akan meleset dengan selisih hampir 660 juta orang.
Angka itu 30 juta lebih tinggi daripada skenario di mana pandemi tidak terjadi.
"Ketakutan terburuk kami menjadi kenyataan. Membalikkan tingkat kelaparan kronis yang begitu tinggi akan memakan waktu bertahun-tahun jika tidak puluhan tahun," kata kepala ekonom WFP, Arif Husain.
Â
2020: Jumlah Orang yang Tak Dapat Akses Pangan Capai 2,37 Miliar
Ada peningkatan momentum diplomatik tahun ini untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi dengan KTT mendatang seperti KTT Sistem Pangan PBB dan KTT Nutrisi untuk Pertumbuhan. Tetapi laporan itu menekankan bahwa tantangannya sangat besar.
Jumlah orang yang tidak dapat mengakses pangan yang cukup sepanjang tahun naik 320 juta menjadi 2,37 miliar 2020 lalu - kenaikan dalam satu tahun sama dengan gabungan lima tahun sebelumnya.
Dari 768 juta orang yang kekurangan gizi, 418 juta berada di Asia, 282 juta di Afrika, dan 60 juta di Amerika Latin dan Karibia. Di Afrika, 21 persen orang kekurangan gizi, lebih dari dua kali lipat dari wilayah lain.
"Di dunia yang berkelimpahan, kami tidak memiliki alasan bagi miliaran orang untuk kekurangan akses ke makanan sehat. Inilah sebabnya saya mengadakan KTT Sistem Pangan global September ini," kata Sekjen PBB, António Guterres.
"(Berinvestasi dalam) perubahan dalam sistem pangan kita akan memulai pergeseran ke dunia yang lebih aman, lebih adil, lebih berkelanjutan. Ini adalah salah satu investasi paling cerdas - dan paling penting yang dapat kita lakukan," tambah Guterres.
Setelah menurun selama beberapa dekade, kerawanan pangan telah meningkat sejak pertengahan 2010-an, terutama di negara-negara yang terkena dampak konflik, iklim ekstrem, kemerosotan ekonomi, atau yang memerangi ketimpangan pendapatan yang tinggi.
Kepala WFP, David Beasley mengatakan bahwa sementara 41 juta orang saat ini berisiko mati kelaparan, kekayaan bersih gabungan miliarder dunia meningkat sekitar US$5,3 miliar per hari - jumlah yang sama yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa mereka yang kelaparan di seluruh dunia.Â
"Fakta bahwa kami mengemis dan berteriak (untuk dana) adalah aib di muka kemanusiaan," sebut Beasley.
Advertisement