Eropa Desak Pendekatan Internasional untuk Hadapi Taliban

Para pemimpin negara di Eropa mendesak pendekatan yang bersatu dalam berhubungan dan menghadapi Taliban di Afghanistan.

oleh Natasha Khairunisa AmaniLiputan6.com diperbarui 18 Agu 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2021, 08:30 WIB
Begini Suasana Kacau di Bandara Afghanistan
Warga Afghanistan berkerumun di landasan bandara Kabul pada 16 Agustus 2021, untuk melarikan diri dari negara itu ketika Taliban menguasai Afghanistan setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dan mengakui pemberontak telah memenangkan perang 20 tahun. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Para pemimpin Eropa pada Senin (16/8) mengatakan bahwa mereka mendesak sebuah pendekatan yang bersatu dalam berhubungan dan menghadapi Taliban di Afghanistan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Perancis Emmanuel Macron melakukan pembicaraan pada Senin (16/8). Keduanya pun menegaskan perlunya sebuah sikap bersama dalam mengakui setiap pemerintahan Afghanistan di masa depan serta mencegah terjadinya krisis kemanusiaan dan pengungsi.

Johnson dan Macron juga sepakat untuk bekerja sama di DK PBB, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (17/8/2021).

Johnson mengatakan, dia akan menyelenggarakan sebuah pertemuan virtual yang dihadiri oleh para pemimpin Kelompok Tujuh tentang Afghanistan dalam beberapa hari mendatang.

"Kami tidak ingin siapa-siapa secara bilateral mengakui Taliban," kata Johnson.

Tak hanya PM Inggris, juru bicara Kanselir Jerman, juga menyuarakan hal yang sama. Ia pun mempertanyakan apakah bisa ada dialog dengan Taliban yang dibahas secara internasional.​ 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kanselir Jerman Angela Merkel Serukan Dunia Bergerak Bantu Warga Afghanistan

Potret Tentara AS Ambil Alih Bandara Internasional Kabul
Tentara AS mengambil posisi untuk menjaga di sepanjang perimeter di bandara internasional di Kabul, Afghanistan (16/8/2021). Militer dan pejabat AS fokus di bandara Kabul, di mana ribuan warga Afghanistan terjebak oleh Taliban tiba-tiba. (AP Photo/Shekib Rahmani)

Dalam kesempatan lain, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan bahwa warga Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban ke negara-negara tetangga bisa pergi ke Eropa, jika mereka tidak mendapatkan bantuan kemanusiaan yang memadai.

Hal itu Merkel sampaikan ketika berbicara kepada wartawan, usai menghadiri pembicaraan dengan para menteri mengenai rencana untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang menjadi tanggung jawab Jerman, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Merkel juga menyebut jatuhnya Kabul ke tangan Taliban merupakan perkembangan yang pahit.

"Sejak penarikan pasukan asing dari Afghanistan, kami harus mengawasi Taliban, dengan kecepatan mereka yang luar biasa, dalam menguasai provinsi demi provinsi, kota demi kota, di seluruh negeri," kata Merkel.

"Ini adalah perkembangan yang benar-benar pahit: Pahit, dramatis dan mengerikan, terutama bagi orang-orang di Afghanistan," imbuhnya.

"Kita perlu mengetahui bahwa orang-orang yang memiliki kekhawatiran besar, meskipun mereka tidak bekerja dengan lembaga-lembaga Jerman, seharusnya memiliki tempat tinggal yang aman di negara-negara tetangga Afghanistan," jelas Merkel.

"Kita seharusnya tidak mengulangi kesalahan masa lalu ketika kita tidak memberikan dana yang cukup untuk UNHCR dan program bantuan lainnya dan orang-orang meninggalkan Yordania dan Lebanon menuju Eropa," pungkasnya.


Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting

Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Taliban Rebut Kabul, Afghanistan Genting. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya