Liputan6.com, Kabul - Pasukan anti-Taliban, National Resistance Front of Afghanistan (NRF) mengaku memiliki ribuan anggota untuk menangkal serangan Taliban di Afghanistan. Namun, NRF mengaku lebih berminat dengan negosiasi damai.
NRF merupakan kelompok anti-Taliban di Lembah Panjshir yang bertujuan agar ada desentralisasi di Afghanistan. Mereka menilai ada banyak etnis di negara itu, sehingga perlu ada pembagian kekuasaan ketimbang ada satu kelompok yang mendominasi.
Advertisement
Dilaporkan BBC, kepala hubungan luar negeri NRF, Ali Nazary, menyebut pihaknya ingin melakukan diskusi damai dengan Taliban, tetapi siap membela diri jika Taliban bertindak agresif.
"Kami lebih suka perdamaian, kami memprioritaskan perdamaian dan negosiasi," ujar Ali. "Apabila negosiasi gagal, atau perjanjian dirasa tidak tulus, NRF tidak akan berdiam diri melawan tindakan agresif Taliban."
Ali berkata kelompoknya memiliki hingga ribuan pasukan yang siap melakukan resistensi. BBC belum bisa mengkonfirmasi kebenaran angka itu.
"Namun, kami memilih untuk mengejar perdamaian dan negosiasi sebelum adanya perang dan konflik," imbuh Ali.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rekam Jejak NRF
Di lain pihak, Taliban berkata mereka telah mengepung Bukit Panjshir.
Wilayah Panjshir, terutama Bukit Panjshir pernah menangkal invasi Uni Soviet pada perang Soviet-Afghanistan pada 1979 - 1989. Serangan Taliban di 1990-an juga berhasil ditangkal.Â
Saat ini, daerah itu dikendalikan NRF di bawah komando Ahmad Massoud, putra dari tokoh resistensi Ahmad Shah Massoud.
Ia pun menegaskan bahwa NRF memiliki track record dalam melawan pihak penyerang, seperti Tentara Merah milik Soviet.
"Tentara Merah dengan kehebatannya tak bisa mengalahkan kami," ujar Ali. "Saya tidak berpikir pasukan di Afghanistan saat ini memiliki kehebatan Tentara Merah," ia menambahkan.
Advertisement