Liputan6.com, Kabul - Kehidupan masyarakat di Afghanistan tampak semakin konservatif di tengah kekuasaan Taliban. Sejumlah sopir taksi di Kabul, Afghanistan, mengeluhkan tindakan dari kementerian moral di negara tersebut.
Alasannya, mereka dilarang membawa penumpang yang beda jenis.
Advertisement
Baca Juga
"Pekan lalu, mereka bilang kepada kita bahwa laki-laki dan perempuan seharusnya tidak berada di kendaraan pada saat bersamaan," ujar sopir bernama Abdullah Jan, dilaporkan Tolo News, Kamis (30/12/2021).
Masalah lain dari kementerian moral adalah muncul laporan pemeriksaan handphone seseorang. Menteri terkait pun menegaskan bahwa memeriksa tanpa izin dilarang karena melanggar privasi.
"Pelaksana Tugas Menteri Kebajikan dan Pencegahan Maksiat Shiek Mohmmad Khalid telah berkata pada acara-acara berbeda bahwa pasukan Emirat Islam tidak diiinkan untuk menyita foto masyarakat dan memeriksanya," ujar jubir kementerian, Mohammad Sadeq Akif.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mobilitas Wanita Makin Terkekang
Sementara, Taliban baru-baru merilis pembatasan perjalanan baru untuk perempuan di negara itu. Tindakan ini, melansir VOA, Senin (27/12), dikritik sebagai penganiayaan lebih lanjut terhadap perempuan Afghanistan.
Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Wakil setempat membatasi seorang wanita untuk melakukan perjalanan lebih jauh dari 72 kilometer (km), kecuali ditemani kerabat dekat pria. Taliban juga menyarankan pengemudi taksi untuk menawarkan tumpangan hanya pada wanita yang mengenakan penutup kepala atau hijab Islami.Â
Juru bicara kementerian Sadiq Akif Mahajer menyebut "pembatasan itu sejalan dengan syariah Islam." Dekrit itu juga mengharuskan pengemudi sektor transportasi khusus pria di Afghanistan untuk menumbuhkan janggut, istirahat untuk menjalankan salat, dan tidak memutar musik di kendaraan mereka.
Pembatasan terbaru datang beberapa minggu setelah Taliban meminta saluran televisi Afghanistan berhenti menayangkan drama dan sinetron yang menampilkan aktris. Mereka pun mewajibkan pembawa berita wanita mengenakan jilbab saat on air.
Â
Advertisement