Liputan6.com, Jakarta Duta Besar Ukraina Untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan bahwa negaranya tak akan pernah kehilangan harapan, meskipun di tengah kondisi seperti ini warganya harus melawan Rusia Sendirian.
"Dukungan berupa tindakan tentu kami harapkan, namun kami tidak akan pernah kehilangan harapan," ujar Dubes Vasyl Hamianin pada press briefing bersama media, Jumat (25/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Dubes Vasyl Hamianin mengaku bahwa selalu ada komunikasi Kedutaan Besar Ukraina dengan sejumlah diplomat di Kemlu RI, bersama anggota parlemen, dan partai politik di Indonesia.
"Juga ada komunikasi yang kami lakukan dengan pihak Istana RI. Jadi situasi seperti ini telah saya komunikasikan kepada banyak pihak."
"Dan tentunya kami sudah meminta dukungan nyata dan posisi dari Indonesia. Indonesia adalah negara demokrasi, jadi semua proses harus kami hargai dan itu tidak mudah mendapatkan hasilnya dalam waktu yang singkat."
Dubes Vasyl Hamianin juga mendapatkan pernyataan dari parlemen RI yang meminta pihak Istana Indonesia membantu lebih banyak dukungan pada Ukraina.
Satu situasi yang terdengar sangat rumit adalah informasi yang salah terhadap negara kami (Ukraina).
"Propaganda dari Rusia sangatlah kuat," ujar Vasyl Hamianin.
Rusia disebut sudah berpengalaman dalam menyebar isu yang tak sesuai kenyataan.
Dubes Ukraina berkata bahwa propaganda seperti itu adalah salah satu instrumen diplomasi Rusia sejak rezim komunis Uni Soviet.
"Jadi saya mengajak kalian, mohon hati-hati dalam menerima dan mengirimkan informasi, karena propaganda Rusia memiliki pengalaman 70 tahun pada rezim komunis di Uni Soviet," jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dubes Rusia Untuk RI Sempat Bantah Serangan
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, membantah bahwa negaranya ingin menyerang Ukraina. Situasi terkini ia sebut sebagai "histeria" dari negara-negara Barat.
"Perang informasi dengan skala besar sedang dilancarkan melawan kami," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva saat konferensi virtual, Kamis (17/2).
Vorobieva berkata Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menegaskan bahwa ia tidak minat berperang, dan negaranya mencoba melakukan diplomasi. Lebih lanjut, Dubes Rusia juga menyebut bahwa Amerika Serikat sedang melakukan pengalihan isu dari masalah NATO.
"Ini bukanlah tentang invasi Rusia, ini adalah serangan informasi. Saya bilang ini adalah upaya untuk mengalihkan perhatian komunitas internasional dari hal yang serius," kata Dubes Rusia.
"Apa yang paling penting adalah pendirian agresif NATO yang mengembangkan infrastruktur militernya di dekat perbatasan kami."
Rusia memang menolak jika Ukraina masuk NATO. Mereka berkata berbahaya jika Ukraina menjadi anggota NATO, sebab lembaga itu jadi bisa membawa perlengkapan mereka ke Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Meski demikian, Ukraina menegaskan ingin bergabung dengan NATO. Niat itu semakin kuat sejak Rusia mencaplok daerah Krimea di 2004. Padahal, menurut hukum internasional wilayah itu adalah milik Ukraina. Dubes Rusia menegaskan bahwa negaranya tak akan mengembalikan Krimea ke Ukraina.
Advertisement