Liputan6.com, Wellington - Selandia Baru mengatakan pada hari Senin menyatakan akan mengirim sebuah pesawat C-130 Hercules dan 58 personel ke Eropa untuk lebih jauh mendukung Ukraina melawan invasi Rusia.
Tim akan melakukan penerbangan ke seluruh Eropa untuk mengangkut peralatan dan pasokan ke pusat-pusat distribusi, tetapi tidak akan memasuki Ukraina, kata Menteri Pertahanan Peeni Henare dalam sebuah pernyataan mengutip VOA Indonesia, Senin (11/4/2022).
Baca Juga
Pemerintah Selandia Baru juga mengatakan akan menyumbangkan US$ 9 juta tambahan untuk dukungan militer, hukum dan hak asasi manusia.
Advertisement
Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan dukungan Selandia Baru itu diberikan untuk membantu Ukraina mengusir invasi Rusia karena perdamaian di kawasan Eropa sangat penting bagi stabilitas global.
Arden mengatakan: "Kebutuhan Ukraina tetap besar, mendesak dan berubah dengan cepat. Tanggapan global terhadap pelanggaran hukum internasional yang kejam ini tidak akan berhenti sampai Rusia berhenti. Dan dengan demikian, negara-negara di seluruh dunia telah menjanjikan jumlah dukungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama dengan munculnya bukti-bukti kejahatan perang dan jumlah korban tewas warga sipil yang terus meningkat."
“Serangan terang-terangan terhadap kedaulatan suatu negara merupakan ancaman bagi kita semua dan itulah mengapa kita juga memiliki peran yang signifikan,” tambah Ardern.
Rusia menyebut aksinya di Ukraina sebagai "operasi khusus."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Situasi Terkini di Ukraina
Belum lama ini, penduduk Ukraina timur dikejutkan oleh suara sirene yang memperingatkan akan adanya penyerbuan udara pada Sabtu (9/4). Gubernur wilayah itu memperingatkan warga sipil untuk segera melakukan evakuasi sementara Rusia meningkatkan gempuran ke kawasan itu.
Gubernur Serhiy Gaidai mengatakan kepada sebuah stasiun TV publik bahwa Rusia "meningkatkan ofensif" terhadap sepertiga populasi yang masih bertahan di wilayah Luhansk, Ukraina, demikian dikutip dari VOA Indonesia.
Para pengamat militer mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mengarahkan invasi ke Ukraina timur, setelah pasukan Moskow menghadapi perlawanan kuat dan akhirnya mundur dari wilayah di sekitar Kiev di utara.
Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan gempuran akan meningkat dan berlanjut di sebelah selatan dan timur, sementara Rusia berusaha menciptakan rute antara wilayah Krimea dan Donbas. Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea pada 2014.
Volodymyr Zelensky minta Dunia meresponsSedikitnya 52 orang, termasuk lima anak, tewas pada Jumat (8/4), ketika berusaha menyelamatkan diri saat dua rudal mengenai sebuah stasiun kereta di Kota Kramatorsk, di wilayah Donetsk, Ukraina.
Advertisement
Serangan yang Disengaja
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan itu sebagai serangan disengaja terhadap warga sipil dan mengatakan ia mengharapkan "respons global yang keras" terhadap apa yang disebutnya "kejahatan perang."
"Tanpa kekuatan atau keberanian untuk mendukung kami di medan perang, pasukan Rusia dengan sinis menghancurkan populasi sipil," ujar Zelenskyy di media sosial.
Rusia membantah telah melancarkan serangan rudal itu dan malah menyalahkan Ukraina. Moskow mengatakan negaranya tidak menggunakan rudal jarak dekat Tochka-U — yang mengenai stasiun itu.
Namun, situs Defence Blog memperlihatkan foto konvoi kendaraan militer Rusia yang membawa rudal-rudal Tochka-U pada 31 Maret.
Imbas Perang Ukraina, Finlandia Akan Usir 2 Diplomat Rusia
Sementara itu, imbas perang Rusia Ukraina membuat Finlandia berencana mengusir dua diplomat Rusia dan tidak meneruskan visa salah satu di antaranya karena invasi Rusia terhadap Ukraina, demikian diumumkan Pemerintah Finlandia, Jumat (8/4).
Pada Jumat pagi, Presiden Finlandia Sauli Niinisto meminta dukungan maksimal negara-negara Barat untuk Ukraina dalam pertempuran Kiev melawan yang Rusia sebut sebagai operasi khusus.
Sebelumnya, sejumlah negara juga melakukan langkah serupa, di antaranya Italia yang mengusir 30 diplomat Rusia lantaran masalah keamanan, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (10/4/2022).
Kemudian, Denmark mengusir 15 diplomat Rusia, Austria (4) dan Jepang (8) sebagai buntut dari konflik Rusia-Ukraina tersebut.
Aksi itu menyusul Belgia, Belanda, dan Irlandia yang lebih dulu mengusir puluhan diplomat Rusia.
Rusia pun menyatakan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya akan mengusir sejumlah diplomat Amerika sebagai pembalasan atas pengusiran yang dilakukan AS terhadap staf perutusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut laporan Interfax.
Kantor berita itu juga mengutip pernyataan kementerian luar negeri Rusia kepada Amerika Serikat bahwa tindakan-tindakan yang bermusuhan terhadap Moskow akan mendapat balasan.
Advertisement