WHO: Pandemi COVID-19 Masih Jauh dari Kata Selesai

WHO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 masih belum berakhir.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Jul 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2022, 08:30 WIB
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus  memuji Indonesia yang saat ini mampu mengendalikan COVID-19. (Foto: tangkapan layar Youtube Kemenkes RI)
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji Indonesia yang saat ini mampu mengendalikan COVID-19. (Foto: tangkapan layar Youtube Kemenkes RI)

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang baru infeksi COVID-19 menunjukkan pandemi itu "masih jauh dari berakhir", kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Selasa (12 Juli), menyuarakan keprihatinan virus itu "berjalan bebas".

Dilansir Channel News Asia, Rabu (13/7/2022), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dia khawatir bahwa jumlah kasus terus meningkat, memberikan tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan pekerja.

"Gelombang baru virus menunjukkan lagi bahwa COVID-19 belum berakhir," katanya pada konferensi pers, menambahkan: "Ketika virus mendorong kita, kita harus mendorongnya kembali."

“Virus ini berjalan bebas dan negara-negara tidak efektif mengelola beban penyakit berdasarkan kapasitasnya, baik dari segi rawat inap untuk kasus akut maupun peningkatan jumlah orang dengan kondisi pasca COVID, yang sering disebut sebagai Long COVID,” katanya. 

"Ketika penularan COVID-19 dan rawat inap meningkat, pemerintah juga harus menerapkan langkah-langkah yang telah dicoba dan diuji seperti masker, peningkatan ventilasi, dan protokol pengujian dan perawatan," tegas Tedros.

Komite darurat WHO tentang COVID-19 bertemu pada hari Jumat melalui konferensi video dan memutuskan bahwa pandemi tetap menjadi Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional - alarm tertinggi yang dapat dibunyikan WHO.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kasus Global COVID-19 Meningkat

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dok: Twitter @WHO

Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan pada pertemuan itu kasus global COVID-19 yang dilaporkan ke WHO meningkat 30 persen dalam dua minggu terakhir, sebagian besar didorong oleh sub-varian Omicron BA.4, BA.5 dan dan pencabutan kebijakan kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial.

Ryan mengatakan perubahan baru-baru ini dalam kebijakan pengujian menghambat deteksi kasus dan pemantauan evolusi virus.

Komite menekankan perlunya mengurangi penularan virus karena implikasi dari pandemi yang disebabkan oleh virus pernapasan baru tidak akan sepenuhnya dipahami, kata WHO dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

Kelompok tersebut menyuarakan keprihatinan atas pengurangan tajam dalam pengujian, yang mengakibatkan berkurangnya pengawasan dan pengurutan genom.

"Ini menghambat penilaian varian virus yang saat ini beredar dan muncul," kata WHO.

Tak Dapat Diprediksi

FOTO: Lokasi Tes COVID-19 Mulai Ramai Akibat Varian Omicron
Petugas melakukan tes usap PCR kepada warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Kamis (3/2/2022). Merebaknya varian Omicron membuat sejumlah lokasi tes COVID-19 ramai didatangi warga. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Komite mengatakan lintasan evolusi virus dan karakteristik varian yang muncul tetap "tidak pasti dan tidak dapat diprediksi", dengan tidak adanya langkah-langkah untuk mengurangi penularan meningkatkan kemungkinan "varian baru yang lebih bugar muncul, dengan tingkat virulensi, transmisibilitas, dan kekebalan yang berbeda."

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kasus meningkat di 110 negara, di mana peningkatan tersebut sebagian besar didorong oleh Varian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Pandemi ini berubah, tetapi belum berakhir," kata Ghebreyesus pada minggu ini saat konferensi pers.

Tedros juga mengatakan kemampuan melacak evolusi genetik COVID-19 "terancam" karena negara-negara melonggarkan upaya pengawasan dan pengurutan genetik. Ia memperingatkan bahwa itu akan membuat lebih sulit untuk mengetahui varian baru yang muncul dan berpotensi berbahaya.

Tegaskan Vaksinasi

FOTO: Vaksinasi COVID-19 di Stadion Patriot Candrabhaga
Warga menerima suntikan vaksin virus corona COVID-19 Sinovac di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Kamis (28/10/2021). Indonesia melihat ke depan dengan waspada akan gelombang ketiga COVID-19 selama perjalanan liburan yang akan datang. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Dia menyerukan negara-negara untuk mengimunisasi populasi mereka yang paling rentan, termasuk petugas kesehatan dan orang usia lebih dari 60 tahun.

"Ratusan juta orang belum divaksinasi. Mereka berisiko terkena penyakit yang parah dan kematian," jelas Ghebreyesus 

Ia menambahkan, walaupun lebih dari 1,2 miliar vaksin COVID-19 telah diberikan secara global, tingkat imunisasi rata-rata di negara-negara miskin adalah sekitar 13 persen.

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya