Liputan6.com, Riyadh - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berada di Jeddah, Arab Saudi, bagian terakhir dari perjalanannya ke Timur Tengah, terbang langsung dari Tel Aviv, Israel pada hari Jumat hanya beberapa jam setelah Kerajaan Saudi mengumumkan pembukaan wilayah udaranya untuk "semua penerbangan," mengakhiri larangan penerbangan negara itu ke dan dari Israel.
Keputusan itu merupakan isyarat dari Riyadh sebagai bagian dari makin hangatnya hubungan yang lebih luas antara Israel dan dunia Arab, sementara mereka bersekutu melawan ancaman dari Iran.
Advertisement
Baca Juga
Biden mengklaim hal itu sebagai hasil dari dorongan pemerintahannya menuju kawasan Timur Tengah yang lebih terintegrasi dan stabil.
“Meskipun pembukaan ini telah lama dibahas, sekarang, berkat diplomasi yang stabil selama berbulan-bulan antara Pemerintahan saya dan Arab Saudi, akhirnya menjadi kenyataan. Hari ini, saya akan menjadi presiden pertama Amerika yang terbang dari Israel ke Jeddah, Arab Saudi,” kata Biden dalam sebuah pernyataan di Jeddah hari Jumat (15/7).
Biden mengatakan keputusan Saudi itu bisa “membantu membangun momentum menuju integrasi Israel yang lebih lanjut ke kawasan itu,” termasuk dengan kerajaan itu sendiri dan merujuk pada potensi normalisasi diplomatik yang sedianya menjadi perluasan terpenting Perjanjian Abraham era Trump.
Pada saat yang sama, pemerintahannya berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Palestina, menawarkan bantuan ekonomi dan teknis ketika ia bertemu dengan Presiden Mahmoud Abbas, kepala Otoritas Palestina, di Betlehem pada hari Jumat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kala PM Israel Puji Joe Biden: Anda adalah Zionis Hebat
Presiden Amerika Serikat Joe Biden ikut menyuarakan dukungan ke Palestina dalam kunjungannya ke Israel. Ia juga dipuji oleh pemerintah Israel sebagai sosok Zionis.
Dilansir VOA Indonesia, Presiden Biden tiba pada Rabu kemarin di Israel. Ia pun disambut bagaikan sahabat lama.
Ini persinggahan pertama Biden dalam lawatan empat hari ke Timur Tengah, dan yang pertama sejak menjabat presiden.
Ini negara pertama dalam lawatan Biden yang didominasi upaya untuk membawa negara Yahudi itu lebih dekat ke Arab Saudi dan untuk membujuk sekutu Amerika di Teluk agar memompa lebih banyak minyak.
Dalam pidatonya setelah mendarat di Israel, Presiden Biden mengatakan bahwa dia sedang mengupayakan "perdamaian yang lebih besar, stabilitas yang lebih besar, dan koneksi yang lebih besar."
Joe Biden menekankan 'komitmen Amerika yang tidak tergoyahkan' terhadap keamanan Israel. Namun, ia juga menegaskan kembali dukungannya bagi solusi dua negara, yang ia gambarkan sebagai "harapan terbaik bagi Israel dan Palestina".
“Ini sangat penting. Ini sangat penting, kalau saya boleh menambahkan, bagi semua orang di kawasan ini. Itu sebabnya kami akan membahas dukungan saya yang berkelanjutan bagi solusi dua negara, meskipun saya tahu, itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Dalam pandangan saya, dua negara adalah cara terbaik untuk memastikan masa depan yang sama-sama bebas, sejahtera, dan demokratis baik bagi rakyat Israel maupun rakyat Palestina,” ujarnya.
Ini adalah kunjungan ke-10 Biden ke Israel. Negara itu bersikap hati-hati atas ketidaksepakatan dengan Amerika soal diplomasi nuklir Iran dan perundingan yang lama mandek mengenai negara Palestina.
Advertisement
Pujian dari Israel
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, "Ini adalah kunjungan bersejarah, dan sangat pribadi. Bersejarah karena menunjukkan ikatan yang tidak tergoyahkan antara negara kita. Dan ini kunjungan yang sangat pribadi, karena hubungan Anda dengan Israel selalu bersifat pribadi. Anda pernah mendefinisikan diri sebagai seorang Zionis. Anda mengatakan bahwa Anda tidak harus menjadi orang Yahudi untuk menjadi seorang Zionis. Dan Anda benar, dan Anda adalah Zionis hebat dan salah seorang sahabat terbaik yang pernah dikenal Israel."
Selama dua hari di Israel, Biden akan melakukan pembicaraan dengan para pemimpin negara itu. Ia meletakkan karangan bunga di Yad Vashem, peringatan Israel untuk korban Holocaust. Ia sebelumnya meninjau sistem pertahanan rudal canggih negara itu.
Pada Jumat, Biden akan ke Tepi Barat yang diduduki untuk bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Pada hari itu juga, ia akan melakukan penerbangan langsung dari Israel ke Jeddah, Arab Saudi. Ini yang pertama bagi seorang presiden Amerika. Di Saudi, Biden akan melakukan pembicaraan dengan pejabat-pejabat Saudi dan menghadiri pertemuan puncak negara-negara sekutu di Teluk.
Para pejabat Amerika mengatakan lawatan Biden yang pertama ke Timur Tengah sebagai presiden ini akan memungkinkan lebih banyak langkah menuju normalisasi antara Israel dan Arab Saudi.
Kedua negara sepanjang sejarahnya saling bermusuhan tetapi merupakan dua sekutu terkuat Amerika di wilayah Timur Tengah yang bergejolak.
Lawatan Biden bertujuan mempromosikan stabilitas regional, memperdalam integrasi Israel di kawasan, melawan pengaruh Iran dan menangkis agresi Rusia dan Tiongkok.
Iran Cibir Kunjungan Joe Biden
Iran mengatakan perjalanan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Timur Tengah, yang dimulai pada Rabu, tidak akan membawa keamanan bagi Israel.
“Jika kunjungan pejabat Amerika ke negara-negara di kawasan itu untuk memperkuat posisi rezim Zionis dan untuk menormalkan hubungan rezim dengan beberapa negara, upaya mereka tidak akan menciptakan keamanan bagi Zionis dengan cara apa pun,” kata Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Times of Israel, Kamis (14/7).
Kelompok teror Palestina Hamas juga mengkritik perjalanan Biden, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kunjungan ke entitas Zionis mewakili bias dan dukungan untuk upaya pendudukan,” tulis kantor berita Al-Mayadeen.
Perjalanan Biden ke Timur Tengah akan membawanya ke Israel dengan kunjungan ke Otoritas Palestina diikuti dengan penerbangan langsung ke Arab Saudi pada hari Jumat, di tengah harapan bahwa kunjungan itu akan menandai baiknya hubungan antara negara Yahudi dan Arab Saudi.
Iran, yang rezimnya berupaya mencari penghapusan nama Israel, telah berulang kali mengkritik normalisasi hubungan antara negara-negara Teluk Arab dan Israel, menyebutnya "tikaman dari belakang" ke Palestina.
Raisi pada Rabu kemarin menekankan bahwa Republik Islam sedang memantau dengan cermat “semua perkembangan” di wilayah tersebut.
Menyambut Biden di landasan pada hari Rabu, Perdana Menteri Yair Lapid mengatakan kedua pemimpin akan “membahas pembangunan arsitektur keamanan dan ekonomi baru dengan negara-negara Timur Tengah, mengikuti Kesepakatan Abraham dan pencapaian KTT Negev.”
Advertisement