Liputan6.com, Manila - Korban tewas akibat Topan Noru bertambah jadi enam orang.
Topan Noru yang melanda Filipina Utara telah menewaskan sedikitnya enam orang tim penyelamat, merobohkan listrik di dua provinsi, membuat penduduk desa terjebak banjir dan memaksa para pejabat menangguhkan pelajaran dan pekerjaan pemerintah di dan sekitar ibu kota.
Dikutip ABC News, Senin (26/9/2022), Topan paling kuat yang menghantam negara itu tahun ini menghantam daratan di kota Burdeos di provinsi Quezon sebelum malam tiba pada Minggu (25/9).
Advertisement
Kemudian mereda saat topan itu meluncur semalaman di seluruh wilayah utama Luzon, di mana lebih dari 52.000 orang dipindahkan ke tempat penampungan darurat, beberapa di antaranya secara paksa, kata para pejabat.
Gubernur Daniel Fernando dari provinsi Bulacan, di utara Manila, mengatakan bahwa tim penyelamat, yang menggunakan perahu untuk membantu warga yang terjebak dalam banjir, tertimpa tembok yang runtuh dan kemudian tampaknya tenggelam di perairan yang mengamuk.
"Mereka adalah pahlawan hidup yang membantu menyelamatkan nyawa saudara sebangsa kita dalam bencana tersebut," ujar Fernando kepada jaringan radio DZMM.
"Ini benar-benar sangat menyedihkan." lanjutnya.
Polisi mengatakan, seorang warga desa Bulacan tenggelam setelah menolak untuk mengindahkan himbauan untuk meninggalkan rumahnya di tepi sungai.
Pihak berwenang secara terpisah mencoba untuk mengkonfirmasi kematian lain di kota Burdeos dan seorang petani yang hilang di sebuah desa yang terendam banjir di provinsi Zambales barat.
Belum Ada Korban Luka
Di Kota Dingalan yang terkena dampak parah di Provinsi Aurora, lebih dari 6.000 rumah rusak dan pusat evakuasi yang baru dibangun yang menampung lebih dari 200 keluarga yang mengungsi dihantam angin kencang dan hujan tetapi tidak ada korban luka yang dilaporkan, ungkap para pejabat.
Sekitar 3.000 orang dievakuasi ke tempat yang aman di metropolitan Manila, yang dihantam angin kencang dan hujan semalaman.
Kelas-kelas dan pekerjaan pemerintah dihentikan sementara pada Senin (26/9) di ibu kota dan provinsi-provinsi terpencil sebagai tindakan pencegahan meskipun langit pagi cerah.
Seluruh Provinsi Utara Aurora dan Nueva Ecija, yang dihantam topan, tetap tanpa listrik pada Senin (26/9) dan kru perbaikan sedang bekerja untuk mengembalikan aliran listrik, Menteri Energi Raphael Lotilla mengatakan kepada Presiden Ferdinand Marcos Jr. dalam pertemuan yang disiarkan televisi yang dipanggil presiden untuk menilai kerusakan dan mengkoordinasikan tanggap bencana.
Advertisement
Evakuasi Sejak Awal
Marcos Jr. memuji para pejabat karena telah mengevakuasi puluhan ribu orang sebelum topan menerjang, mencegah lebih banyak kematian, tetapi menyatakan keprihatinannya tentang bagaimana Noru dan badai lain yang menghancurkan provinsi-provinsi tengah dan selatan pada Desember 2021 dengan cepat meningkat menjadi topan super.
"Apakah ini perubahan iklim?" Marcos Jr, yang mulai menjabat pada Juni 2022, bertanya.
"Kami telah mengawasi badai-badai ini untuk waktu yang lama tetapi tidak seperti ini sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang harus saya hadapi," tambahnya.
Marcos Jr. kemudian bergabung dengan inspeksi udara dari provinsi-provinsi yang dilanda topan di wilayah penghasil beras, di mana banyak desa dan bentangan jalan masih terendam banjir.
Noru mengalami "intensifikasi eksplosif" di atas Samudra Pasifik yang terbuka sebelum menghantam Filipina, demikian tutur Vicente Malano, yang mengepalai badan cuaca negara itu, kepada The Associated Press pada Minggu (25/9).
Perkembangan Hembusan Angin
Pada Sabtu (24/9) angin berkecepatan 85 kilometer per jam (53 mph), Menjadikan Noru topan super dalam 24 jam dengan angin berkecepatan 195 kilometer (121 mil per jam) dan hembusan hingga 240 kph (149 mph) pada puncaknya di Minggu malam.
Pada Senin siang (26/9), Noru memiliki angin berkecepatan 130 kph (81 mph) dan hembusan 160 kph (99 mph) dan bergerak ke arah barat laut di Laut Cina Selatan menuju Vietnam, demikian menurut badan cuaca.
Sekitar 20 badai dan topan menghantam Filipina setiap tahun.
Negara kepulauan itu juga terletak di "Cincin Api Pasifik," sebuah wilayah di sepanjang sebagian besar tepi Samudra Pasifik tempat banyak letusan gunung berapi dan gempa bumi terjadi, menjadikan negara Asia Tenggara itu salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia.
Advertisement