Liputan6.com, Doha - Presiden FIFA Gianni Infantino pasang badan untuk membela Qatar. Jelang Piala Dunia 2022, Qatar menjadi sasaran kritikan, terutama terkait nasib pekerja migran, diskriminasi LGBT, dan terkait larangan minum alkohol.
Mantan Presiden FIFA Sepp Blatter telah mengakui bahwa memilih Qatar sebagai tuan rumah adalah sebuah kesalahan. Namun, Presiden Infantino kini lantang membela Qatar, meski pembelaannya dikecam aktivis hak asasi manusia (HAM).
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (20/11/2022), Infantino menyebut kritikus terhadap Qatar sebagai kemunafikan, sambil menambahkan bahwa dengan terlibat adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki masalah HAM.
Dalam pidato sambutan pembukaan pada konferensi pers menjelang dimulainya turnamen olahraga dua tahunan itu, Infantino mengecam kritikan pedas Eropa terhadap negara tuan rumah terkait masalah pekerja migran dan hak-hak LGBT.
"Saya orang Eropa. Atas apa yang telah kita lakukan selama 3.000 tahun di seluruh dunia, kita harus meminta maaf selama 3.000 tahun ke depan sebelum memberikan pelajaran moral," ucap Presiden FIFA.
“Saya mengalami kesulitan dalam memahami kritik. Kita harus berinvestasi dalam membantu orang-orang ini, dalam pendidikan dan memberi mereka masa depan yang lebih baik dan lebih banyak harapan. Kita semua harus mendidik diri kita sendiri, banyak hal yang tidak sempurna, tetapi reformasi dan perubahan membutuhkan waktu.
Pelajaran moral sepihak ini hanyalah kemunafikan,” katanya.
"Tidak mudah menerima kritik atas keputusan yang dibuat 12 tahun lalu. Doha siap, Qatar siap, dan tentu saja ini akan menjadi Piala Dunia terbaik yang pernah ada,” tukasnya.
Mengaku Pernah Diintimidasi
Infantino menceritakan pengalamannya sendiri sebagai anak pekerja migran yang tumbuh di Swiss. Ia mengatakan mengalami intimidasi karena menjadi orang Italia dan memiliki rambut serta kulit yang berbintik-bintik merah.
"Saya tahu bagaimana rasanya didiskriminasi, saya tahu bagaimana rasanya dirundung" katanya.
"Apa yang Anda lakukan? Anda mulai terlibat, inilah yang seharusnya kita lakukan... Satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil adalah dengan terlibat.”
"Saya percaya perubahan yang telah terjadi di Qatar mungkin tidak akan terjadi, atau setidaknya pada kecepatan itu, (tanpa Piala Dunia). Jelas, kami perlu menjaga tekanan, jelas kami perlu mencoba dan membuat segalanya menjadi lebih baik."
Pernyataan Infantino memicu reaksi balik dari para aktivis pembela HAM.
"Dengan menepis kritik hak asasi manusia yang sah, Gianni Infantino menolak harga yang sangat besar yang dibayarkan oleh pekerja migran untuk memungkinkan turnamen andalannya, serta tanggung jawab FIFA untuk itu," kata Steve Cockburn, dari Amnesty International.
Cockburn mengatakan tuntutan kompensasi yang adil tidak boleh "diperlakukan sebagai semacam perang budaya."
Advertisement
Kasar dan Ceroboh
Nick McGeehan dari kelompok advokasi pekerja migran Fair Square menggambarkan komentar Infantino sebagai "kasar" dan "ceroboh".
Qatar mengatakan pihaknya adalah negara tuan rumah yang tidak mendiskriminasi orang dan membantah tuduhan pelecehan terhadap pekerja.
Infantino juga membela kehadiran Iran di turnamen tersebut meskipun negara tersebut mengalami serentetan protes yang mematikan, dipicu oleh kematian seorang perempuan dalam tahanan polisi moral pada bulan September.
"Ini bukan dua rezim yang bermain melawan satu sama lain, ini bukan dua ideologi yang bermain melawan satu sama lain, ini adalah dua tim sepak bola," katanya.
"Jika kita tidak memiliki setidaknya sepak bola untuk menyatukan kita... dunia mana yang akan kita tinggali? Di Iran ada 80 juta orang, apakah mereka semua jahat? Apakah mereka semua monster?"
Masalah Alkohol
Menanggapi keputusan Doha, Jumat (18/11), yang melarang penjualan bir beralkohol di stadion selama turnamen, Infantino mengatakan FIFA telah gagal membujuk pemerintah Qatar untuk mendukung keputusan awal yang mengizinkannya.
"Kami mencoba dan itulah mengapa saya memberi Anda perubahan kebijakan yang terlambat," katanya. "Kami mencoba untuk melihat apakah itu mungkin."
Infantino mengatakan dia telah menerima jaminan dari tingkat tertinggi pemerintah Qatar bahwa LGBT yang akan menonton perhelatan Piala Dunia akan disambut di negara itu.
Hubungan sesama jenis adalah ilegal dan dapat dihukum hingga tiga tahun penjara di Qatar. Beberapa bintang sepak bola telah menyuarakan keprihatinan atas hak penggemar yang bepergian untuk acara tersebut, terutama individu dan perempuan LGBT+, yang menurut kelompok hak asasi manusia didiskriminasi oleh undang-undang Qatar.
Advertisement