6 Januari 2011: Penyihir Rumania Bersatu Menyantet Pemerintah Gara-Gara Dikenakan Pajak Penghasilan

Di bawah undang-undang perpajakan Rumania yang baru, para penyihir diwajibkan membayar pajak penghasilan 16 persen.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jan 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi penyihir (iStock)
Ilustrasi penyihir (iStock)

Liputan6.com, Bucharest - Kamis, 6 Januari 2011, seolah menjadi puncak kemarahan para penyihir di Rumania. Sejumlah hal dipersiapkan, termasuk tanaman beracun mandrake yang akan dibuang ke Sungai Danube, hingga mantra yang melibatkan kotoran kucing dan seekor anjing mati.

Tujuan utama mereka adalah menyantet pemerintah, yang saat itu dipimpin oleh Presiden Traian Băsescu.

Pemicunya, di bawah undang-undang perpajakan yang baru mereka diwajibkan membayar pajak penghasilan sebesar 16 persen. Dan layaknya wiraswasta lainnya, mereka pun diharuskan berkontribusi dalam program kesehatan dan pensiun.

"Apa yang harus dikenakan pajak, ketika faktanya kami nyaris tidak mendapatkan apa-apa?," tanya seorang penyihir bernama Alisia seperti dikutip dari The New York Times.

Alisia menyebut bahwa penghasilannya sangat kecil, sementara undang-undang itu baginya adalah hal bodoh.

"Para pembuat keputusan itu tidak bercermin, seberapa banyak yang mereka ambil. Mereka mencuri lalu mereka datang kepada kami dan meminta agar kami mengirim guna-guna kepada musuh mereka," kata Alisia.

Bratara Buzea, yang dijuluki ratu penyihir, ikut mengungkapkan kemarahannya.

"Kami menyakiti mereka yang menyakiti kami. Mereka ingin membawa negara ini keluar dari krisis dengan menggunakan kami? Justru merekalah yang harus membawa kami keluar dari krisis ini karena mereka yang membawa kami ke dalamnya," ujar Buzea.

Menyambung kemarahannya, Buzea yang pernah dipenjara pada tahun 1977 di bawah rezim Nicolae Ceaușescu karena sihir memperingatkan pemerintah bahwa santetnya selalu berhasil.

Sejauh ini, Traian Băsescu sendiri masih hidup. Belum ditemukan adanya laporan terkait dampak santet yang dikirimkan para penyihir itu.

 

Merasa Diakui

Ilustrasi boneka voodoo, sihir, dukun
Ilustrasi boneka voodoo, sihir, dukun. (Photo by Desertrose7 on Pixabay)

Tidak semua penyihir merespons undang-undang baru itu dengan amarah. Ada yang menyambutnya baik. Salah satunya Mihaela Minca.

Dia mengaku senang dengan kebijakan pajak penghasilan bagi penyihir karena dengan demikian profesinya diakui negara.

"Artinya, bakat sakti kami diakui dan saya bisa buka praktik sendiri," kata Mihaela Minca.

Sebelum undang-undang baru berlaku, penyihir, petugas valet, instruktur mengemudi, peramal, astrolog, hingga pembalsem jenazah tidak tercantum dalam kode perburuhan. Karena itu mereka tidak dikenakan pajak.

Mendongkrak Pendapatan Negara

[fimela] ilustrasi dolar
ilustrasi uang | pexels.com/@natasha-che-2900496

Undang-undang perpajakan yang baru itu disebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengumpulkan lebih banyak pendapatan dan menindak pihak-pihak yang menghindari pembayaran pajak di negara yang mengalami penurunan ekonomi.

Beberapa orang berpendapat bahwa undang-undang tersebut sulit ditegakkan. Alasannya, karena pembayaran kepada para penyihir dan astrolog biasanya cenderung kecil, yakni setara USD 7 hingga USD 10 dan dilakukan dengan uang tunai.

Ilmu sihir, yang secara luas dianggap sebagai takhayul di Eropa, tetap mendapat tempat di kalangan orang-orang Rumania. Kabar terkait penggunaan sihir lazim muncul dalam ranah politik, sistem hukum, dan bidang kehidupan publik lainnya dalam beberapa tahun terakhir.

Menangkal Kejahatan dengan Warna Ungu

Ilustrasi kain berwarna ungu (pixabay)
Ilustrasi kain berwarna ungu (pixabay)

Di Rumania, tanah yang lekat dengan kisah Drakula, takhayul telah menjadi bagian dari budaya selama berabad-abad.

Presiden Traian Băsescu dan sejumlah pembantunya dilaporkan memakai pakaian warna ungu pada hari-hari tertentu. Hal tersebut konon dilakukannya untuk menangkal hal-hal jahat. Sementara itu, diktator komunis Nicolae Ceausescu dan istrinya Elena memiliki penyihir pribadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya