Liputan6.com, Bangkok - Putri Thailand Bajrakitiyabha tetap tidak sadarkan diri setelah lebih dari tiga minggu jatuh pingsan akibat masalah jantung. Demikian dikatakan istana dalam sebuah pernyataan.
Anak tertua Raja Thailand Maha Vajiralongkorn tersebut kehilangan kesadaran pada 15 Desember karena aritmia jantung parah akibat peradangan setelah infeksi mycoplasma, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh istana pada Sabtu (7/1) malam.
Baca Juga
"Kondisi keseluruhan sang putri adalah dia tetap tidak sadarkan diri," kata pihak istana.
Advertisement
"Dokter terus memberikan obat-obatan dan menggunakan peralatan untuk mendukung fungsi jantung, paru-paru, dan ginjal serta penggunaan antibiotik sambil memantau kondisinya dengan cermat," katanya.
Putri Bajarakitiyabha jatuh sakit saat mempersiapkan anjingnya untuk ikut berkompetisi di provinsi timur laut Nakhon Ratchasima, tempat dia awalnya dirawat sebelum dibawa dengan helikopter ke Bangkok.
Dia adalah salah satu dari tiga anak Raja Vajiralongkorn yang menyandang gelar resmi. Hal itu membuat sang putri memenuhi syarat untuk naik takhta di bawah undang-undang suksesi istana dan konstitusi negara.
Raja belum secara resmi menunjuk ahli waris dan belum ada diskusi resmi tentang kemungkinan sang putri naik tahta.
Â
Latar Belakang Putri Thailand
Putri Bajarakitiyabha adalah seorang pengacara dengan gelar master dan doktor dari Universitas Cornell. Ia telah menjabat sebagai duta besar Thailand untuk Austria, Slovenia dan Slovakia dan berperan di kantor Kejaksaan Agung, Komando Keamanan Kerajaan dan sebagai duta besar Thailand untuk Komisi Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana PBB.
Ia lahir pada 7 Desember 1978. Ibunya adalah istri pertama raja, Putri Soamsawali.
Advertisement
Kasus Penghinaan Ratu Thailand
Sebelumnya, seorang aktivis di Thailand dipenjara selama dua tahun setelah pengadilan menemukan dia menghina monarki dengan berpakaian seperti ratu Thailand.
Jatuporn 'New' Saeoueng yang berusia 25 tahun mengenakan gaun merah muda pada demonstrasi politik di Bangkok tahun 2020.
Kendati demikian dia membantah tuduhan atas penghinaan kerajaan, dengan mengatakan dia hanya mengenakan pakaian tradisional.
Kecaman Kelompok HAM
Kelompok hak asasi manusia mengecam keras putusan pengadilan pada Senin 12 September. Jaturpon dijatuhi hukuman penjara tiga tahun tetapi hukumannya segera dikurangi menjadi dua tahun.
Jatuporn mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan sebelum putusan pengadilan: "Saya tidak punya niat untuk mengejek siapa pun. Saya berpakaian untuk diri saya sendiri pada hari itu, untuk versi diri saya dalam pakaian tradisi Thailand," lapor Associated Press (AP).
Thailand diketahui memiliki undang-undang yang sangat ketat, yang secara efektif melarang kritik terhadap raja dan bangsawan lainnya. Dikenal sebagai lèse-majesté.
Advertisement