Rusia Klaim Rebut Kota Soledar, Ukraina Membantahnya

Amerika Serikat, sekutu utama Ukraina, menilai bahwa kemenangan Rusia di Soledar atau bahkan Bakhmut, tidak akan berarti banyak.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Jan 2023, 07:21 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2023, 07:21 WIB
FOTO: Tanda Perdamaian Raksasa dari Belgia untuk Perang di Ukraina
Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Liputan6.com, Moskow - Rusia mengaku pasukannya berhasil menguasai Kota Soledar di Ukraina, yang menjadi rumah bagi tambang garam terbesar di Eropa, setelah pertempuran sengit selama berminggu-minggu. Klaim tersebut dibantah Ukraina yang mengatakan bahwa pasukannya masih berjuang di kota itu.

Klaim kemenangan atas Kota Soledar disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat (14/1/2023). Mereka mengatakan, Rusia menguasai Soledar pada Kamis malam.

Kemhan Rusia menilai bahwa perebutan Soledar penting bagi kelanjutan kesuksesan operasi ofensif di wilayah Donetsk.

"Menetapkan kendali atas Soledar memungkinkan untuk memutus rute pasokan pasukan Ukraina di Bakhmut," ungkap juru bicara Kemhan Rusia Igor Konashenkov seperti dikutip dari CNN, Sabtu (14/1).

Lebih lanjut, Kemhan Rusia menerangkan bahwa perebutan Soledar dimungkinkan karena serangan terhadap musuh yang terus-menerus, termasuk dengan artileri sekelompok pasukan Rusia. Dalam pernyataannya, Kemhan Rusia tidak menyertakan Wagner, kelompok pasukan bayaran yang belum ini telah lebih dulu mengklaim perebutan Soledar.

"Selama tiga hari, lebih dari 700 prajurit Ukraina dan lebih dari 300 unit Angkatan Bersenjata Ukraina dihancurkan di dekat Kota Soledar," ujar Kemhan Rusia.

Ukraina Bantah Perebutan Soledar

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (Foto: Dok. Instagram terverifikasi @zelenskiy_official)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (Foto: Dok. Instagram terverifikasi @zelenskiy_official)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya pada Jumat malam menegaskan bahwa pihaknya terus memerangi pasukan Rusia di Kota Soledar.

Sebelumnya, juru bicara militer Sergiy Cherevaty mengatakan pasukan Ukraina telah mengendalikan situasi dalam kondisi sulit.

Pada Jumat pagi, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengakui bahwa pertempuan pada Kamis malam "panas". Lebih lanjut dia mengatakan, "Pasukan Ukraina dengan berani mencoba mempertahankan garis, meskipun Rusia mengklaim telah menguasai wilayah itu."

Bagaimanapun, Maliar tidak menampik bahwa Kota Soledar telah menjadi salah satu medan perang paling berdarah.

"Ini adalah fase perang yang sulit, tetapi kami akan menang. Tidak ada keraguan," ungkap Maliar.

Di lain sisi, kepada Al Jazeera, tentara Ukraina mengungkapkan perkiraan bahwa Soledar akan "segera jatuh".

"Mereka mengatakan hanya ada sedikit tentara Ukraina yang tersisa di Soledar dan ada rencana untuk mengeluarkan sisanya," kata Charles Stratford dari Al Jazeera, yang melaporkan dari pinggiran Bakhmut.

Perebutan Soledar Membuka Jalan ke Bakhmut

Pasukan Ukraina Gempur Rusia Pakai Howitzer M777 Pasokan AS di Kherson
Tentara Ukraina menggempur posisi Rusia menggunakan Howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) di wilayah Kherson, Ukraina, 9 Januari 2023. Memasuki hari ke-321 peperangan, konflik di antara Rusia dengan Ukraina sampai saat ini terus berlanjut dan belum terlihat akan segera berakhir. (AP Photo/Libkos)

Ratusan tentara Rusia dan Ukraina dilaporkan tewas dalam pertempuran di Soledar, kota yang berada di Donetsk, satu dari empat wilayah yang dianeksasi secara sepihak oleh Moskow pada September 2022.

Dan perebutan Soledar dari Ukraina dipastikan akan memberikan "tekanan besar" pada Bakhmut, kota selanjutnya yang disebut menjadi target Rusia.

"Pemandangan di dalam kota (Bakhmut) benar-benar luar biasa, hampir tidak ada satu bangunan pun, terutama di tengah, yang tidak hancur sebagian atau seluruhnya," ungkap Stratford. "Jalanan hampir sepi, hanya ada sangat sedikit warga sipil dan yang menarik, sangat sedikit militer. Ada banyak senjata berat."

"Setelah sekitar dua jam (di dalam kota), kami diberi peringatan untuk bergerak oleh pasukan khusus Ukraina karena menurut intelijen mereka, sekitar 600 tentara Rusia terlihat memasuki timur laut Bakhmut dan mengambil posisi baru."

Jatuhnya Soledar, akan menandai keberhasilan militer yang langka bagi Kremlin setelah serangkaian kemunduran di medan perang.

AS Remehkan Klaim Perebutan Soledar

FOTO: Tentara Ukraina Gempur Posisi Rusia Pakai Senjata AS
Tentara Ukraina memindahkan howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) ke posisi untuk menembaki posisi Rusia di wilayah Donbas, Ukraina, 18 Juni 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Amerika Serikat, sekutu utama Kyiv, mengatakan bahwa kemenangan Rusia di Soledar atau bahkan Bakhmut, tidak akan berarti banyak.

"Bahkan jika Bakhmut dan Soledar jatuh ke tangan Rusia, itu tidak akan memiliki dampak strategis pada perang itu sendiri. Yang pasti pula itu tidak akan menghentikan atau memperlambat Ukraina," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Kamis.

Institute for the Study of War (ISW), sebuah think-tank di Washington, juga membuat penilaian serupa bahwa kejatuhan Soledar tidak akan menjadi "perkembangan yang signifikan secara operasional dan tidak menjadi penanda pengepungan Bakhmut oleh Rusia".

"Rusia telah melebih-lebihkan pentingnya Soledar," kata ISW, menambahkan bahwa pertempuran yang panjang dan sulit untuk kota itu telah melelahkan pasukan Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya