Mengenal Sejarah Tradisi Cap Go Meh yang Jatuh 5 Februari 2023

Tradisi Cap Go Meh juga dikenal sebagai malam ke-15 dari Tahun Baru Imlek.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Feb 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2023, 18:00 WIB
Berhias Menyambut Tahun Baru Imlek di Kampung Haji Bona Depok
Lampion-lampion dipasang warga di Kampung Haji Bona, Depok, Jawa Barat, Kamis (19/1/2023). Perayaan tahun baru Imlek dimulai pada hari pertama penanggalan Tionghoa yaitu tanggal 22 Januari 2023 dan berakhir pada Cap Go Meh. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Tahun Baru China atau Imlek, masyarakat Tionghoa biasanya akan merayakan Festival Cap Go Meh. Dalam tradisi Hokkien, festival ini dikenal sebagai malam ke-15 dari Tahun Baru Imlek. 

Beberapa orang juga mengenalnya sebagai Festival Lampion atau bahkan Hari Valentine China. 

Dalam perayaan Cap Go Meh, para anggota keluarga biasanya akan berkumpul bersama dan merayakannya dengan makan bersama. 

Masih mirip seperti Imlek, nuansa dekorasinya juga akan diwarnai dengan lampion merah. 

Dilansir dari laman Prestige Online, Rabu (1/2/2023), ada banyak legenda yang memiliki versi berbeda soal asal-usul dari festival ini. Salah satu yang paling populer adalah legenda yang mengisahkan Kaisar Giok, yang marah atas kematian burung bangau favoritnya yang dibunuh oleh beberapa penduduk desa.

Untuk menghukum mereka, dia mengirim pasukan untuk membakar desa pada hari kelima belas setelah tahun baru. Namun, putri Kaisar Langit merasa kasihan pada warga desa tersebut dan memperingatkan mereka tentang rencana ayahnya. Karena merasa takut dan cemas, penduduk desa pun merasa kacau karena mereka tidak tahu bagaimana mereka bisa lolos dari rencana Kaisar.

Akhirnya, seorang yang dihormati di desa tersebut menyarankan agar setiap keluarga menggantung lentera merah di sekitar rumah mereka, menyalakan api unggun di jalan, dan menyalakan petasan pada hari ke-14, 15 dan 16 di bulan tersebut. Saran tersebut pun diikuti oleh warga desa.

Pada hari ke-15, di mana pasukan yang diperintahkan Kaisar menuju ke desa-desa tersebut berniat menghancurkannya, mereka melihat bahwa desa tersebut telah terbakar dan kembali ke surga untuk melapor kepada Kaisar Giok.

Lantaran merasa puas, Kaisar Giok pun memutuskan untuk menarik kembali pasukannya. Sejak hari itu, orang-orang merayakan hari kelima belas setiap tahun baru dengan membawa lampion serta menyalakan petasan dan kembang api.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sejarah Versi Lain

Kemeriahan Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020
Atraksi tarian Liong saat Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020 yang digelar di Jalan Surya Kencana, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/2/2020). Festival bertema "Ajang Budaya Pemersatu Bangsa" dimeriahkan 25 kelompok barongsai-liong dan beragam tarian daerah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam aliran Taoisme, diyakini bahwa hari kelima belas setelah tahun baru, atau disebut Cap Go Meh ini adalah ulang tahun dewa Tao Tianguan.

Ia merupakan dewa yang bertanggung jawab atas keberuntungan. Tianguan pun merupakan penggemar berat dari semua jenis hiburan, itulah sebabnya para pengikutnya mempersiapkan berbagai jenis aktivitas di mana mereka berdoa untuk keberuntungan.

Versi lainnya dikaitkan dengan Taiyi Shengshui, Dewa Surga.

Keyakinannya adalah bahwa dewa mengendalikan nasib dunia manusia. Dia memiliki enam belas naga yang dapat dia panggil kapan pun dia memutuskan waktu untuk mendatangkan kekeringan, badai, kelaparan, atau wabah penyakit pada manusia.

 


Makanan Tradisional Cap Go Meh

Lontong Cap Go Meh
Lontong Cap Go Meh/copyright Sapapua

Salah satu jenis makanan paling tradisional yang disantap Cap Go Meh adalah tangyuan, juga disebut yuanxia di China Utara.

Pangsit berbentuk bola, terbuat dari tepung beras ketan dan diisi dengan isian yang berbeda, seperti gula merah, biji wijen, kacang tanah, kenari, pasta kacang, dan pasta jujube atau kombinasi bahan-bahannya.

Makanan ini memiliki makna keberuntungannya karena bentuknya yang bulat hingga rasanya yang manis, dan pengucapan yang terdengar bagus.

Tak hanya itu, Lontong Cap Go Meh menjadi makanan khas yang hadir sebagai buah dari akulturasi Tionghoa dan Jawa. 

Lontong yang digunakan dalam sajian ini dibungkus dengan daun pisang dan bentuknya panjang. Konon, bentuk lontong yang panjang, melambangkan panjang umur.

Sedangkan bagi warga Tionghoa yang menyajikan kuah opor dengan kunyit, warna keemasan kuahnya melambangkan keberuntungan.

Isian dalam sepiring lontong Cap Go Meh sebenarnya tidak berbeda dari sajian lontong pada umumnya. Ada opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, telur pindang, acar, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.

Infografis Pasang Surut Cap Go Meh di Indonesia
Infografis Pasang Surut Cap Go Meh di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya