Nicola Sturgeon Mundur Sebagai Pemimpin Skotlandia, 3 Nama Muncul Sebagai Penggantinya

Nicola Sturgeon mengatakan, intensitas dan "kebrutalan" kehidupan sebagai politikus telah merugikan dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Feb 2023, 23:05 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 07:04 WIB
Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon.
Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Edinburgh - Nicola Sturgeon mengumumkan mundur sebagai menteri pertama sekaligus pemimpin Skotlandia setelah menjabat lebih dari delapan tahun.

Pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP) itu mengatakan, dia tahu ini adalah waktu yang tepat untuk mundur. Meski demikian, Sturgeon akan tetap menjabat sampai penggantinya terpilih.

Dia adalah menteri pertama terlama dan wanita pertama yang memegang posisi itu.

Sturgeon bersikeras bahwa pengunduran dirinya bukan sebagai tanggapan atas serangkaian tekanan terbaru, yang mencakup kontroversi reformasi gender, isu tahanan transgender, dan strategi kemerdekaan. Dia mengakui keputusannya datang dari penilaian yang lebih dalam dan jangka panjang.

"Sejak saat pertama menjabat, saya percaya bahwa bagian dari melayani dengan baik adalah mengetahui, hampir secara naluriah, kapan waktu yang tepat untuk memberi jalan bagi orang lain," katanya seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/2/2023).

"Dan ketika saatnya tiba, memiliki keberanian untuk melakukannya, bahkan jika banyak orang di seluruh negeri dan di partai saya, mungkin merasakannya terlalu cepat."

Lebih lanjut dia mengatakan, "Di kepala dan hati saya, saya tahu waktunya adalah sekarang. Ini tepat bagi saya, partai saya, dan negara. Dan hari ini saya mengumumkan niat saya untuk mundur sebagai menteri pertama dan pemimpin partai."


Pergumulan Emosi

Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon.
Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon. (Dok. AFP)

Sturgeon mengungkapkan, dia telah bergumul dengan emosi yang saling bertentangan sejak sekitar pergantian tahun.

Dia mengatakan, ada dua pertanyaan. Pertama, apakah melanjutkan menjabat tepat untuknya. Kedua, apakah itu juga tepat untuk negara, partainya, dan tujuan kemerdekaan. Dan menurut Sturgeon jawaban untuk kedua pertanyaan itu adalah tidak.

"Kita berada pada saat kritis," tutur Sturgeon. "Pemblokiran referendum sebagai jalan konstitusional yang diterima menuju kemerdekaan adalah kemarahan demokratis."

"Tapi itu membuat kita bertanggung jawab untuk memutuskan bagaimana demokrasi Skotlandia akan dilindungi dan untuk memastikan bahwa keinginan rakyat Skotlandia akan berlaku."

Dia mengatakan bahwa dukungan untuk kemerdekaan perlu diperkokoh dan tumbuh lebih jauh.

"Untuk mencapai itu, kita perlu mengatasi perbedaan dalam politik Skotlandia dan penilaian saya sekarang adalah bahwa dibutuhkan pemimpin baru," ujarnya.


Pengganti Sturgeon

Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon.
Politikus Skotlandia Nicola Sturgeon. (Dok. AFP)

Nominasi untuk memilih pengganti Sturgeon kini telah dibuka. Nama-nama yang telah diusulkan sebagai kandidat potensial termasuk Wakil Menteri Pertama John Swinney, Menteri Keuangan Kate Forbes, dan Menteri untuk Konstitusi, Luar Negeri, dan Kebudayaan Angus Robertson.

Pemimpin SNP di Westminster Stephen Flynn mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak berniat maju menggantikan Sturgeon.

Di lain sisi, Sturgeon menegaskan bahwa dia tidak meninggalkan politik dan akan terus berjuang untuk kemerdekaan Skotlandia. Dia menambahkan bahwa intensitas dan "kebrutalan" kehidupan sebagai politikus telah merugikan dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

"Memimpin negara melewati pandemi COVID-19 sejauh ini hal terberat yang pernah saya lakukan," tegasnya sembari mengatakan lebih lanjut bahwa dia baru saja mulai memahami dampak fisik dan mentalnya.

Pemimpin Partai Buruh Skotlandia Anas Sarwar mengatakan, Sturgeon telah memimpin Skotlandia melalui beberapa masa paling menantang dalam sejarah baru-baru ini.

"Benar bahwa hari ini kami memberikan penghargaan atas pencapaian tersebut, terutama selama pandemi. Terlepas dari perbedaan kami, dia adalah seorang politikus cakap yang telah berdiri di garis depan politik Skotlandia selama lebih dari 20 tahun," ujar Sarwar.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memberikan penghormatan kepada Sturgeon atas pelayanan publiknya yang sudah lama. Dia mengatakan, mereka tidak setuju dalam segala hal tetapi telah berhasil bekerja sama dalam isu pelabuhan bebas.

Terkait pengunduran diri Sturgeon, pemimpin Konservatif Skotlandia Douglas Ross menuturkan, "Apapun perbedaan kami, adalah benar kami menyadari bahwa kepemimpinan politik selalu menuntut dan merugikan seseorang dan keluarganya."

Mantan menteri pertama dan pemimpin SNP Alex Salmond, yang sekarang memimpin Partai Alba, mengatakan bahwa dia merasakan perasaan Sturgeon secara pribadi. Di lain sisi, dia blak-blakan bahwa tidak ada penerus yang jelas dan tidak ada strategi yang jelas untuk kemerdekaan.

Merespons keputusan Sturgeon, Wakil Menteri Pertama John Swinney mengakui dia sangat menyesalkan, tetapi di lain sisi juga sangat memahami alasannya.

"Ini jelas mengejutkan kita semua, mengejutkan keluarga SNP, dan juga mengejutkan negara," ungkap Swinney.

Sturgeon telah menjadi anggota Parlemen Skotlandia sejak tahun 1999 dan menjadi wakil ketua SNP pada tahun 2004.

Dia telah menjadi menteri pertama sejak November 2014, ketika mengambil alih posisi itu dari Alex Salmond setelah kekalahan dalam referendum kemerdekaan.

Sturgeon telah memimpin SNP ke serangkaian kemenangan pemilu di tingkat Inggris, Skotlandia, dan lokal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya