AS Sebut Menlu Iran Berbohong Soal Kesepakatan Pertukaran Tahanan

AS menilai bahwa Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian telah melontarkan kebohongan lain yang sangat kejam, yang hanya menambah penderitaan bagi pihak keluarga mereka yang ditahan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Mar 2023, 10:24 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2023, 13:28 WIB
Ilustrasi Pengadilan
Tiga warga AS yang ditahan Iran memiliki kewarganegaraan ganda AS-Iran, bahkan salah satunya juga merupakan seorang warga Inggris. (Freepik/Racool_studio)

Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Minggu (12/3/2023) mengklaim bahwa pertukaran tahanan dengan Amerika Serikat (AS) sudah dekat. Kabar tersebut kemudian dibantah AS, yang menyebutnya sebagai "kebohongan yang kejam".

Dalam wawancara pada Minggu dengan televisi pemerintah Iran, Amir-Abdollahian mengatakan bahwa Iran telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan antara Iran dan AS.

"Jika semuanya berjalan baik di pihak AS, saya rasa kita akan melihat pertukaran tahanan dalam waktu dekat," ujarnya seperti dilansir AP, Senin (13/3).

Menurut Amir-Abdollahian, dokumen yang mengatur pertukaran tahanan antara Iran-AS telah ditandatangani dan disetujui secara tidak langsung sejak Maret 2022.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price menyebutkan, pernyataan Amir-Abdollahian adalah kebohongan lain yang sangat kejam, yang hanya menambah penderitaan bagi pihak keluarga terkait.

"Kami bekerja tanpa henti untuk mengamankan pembebasan tiga warga AS yang ditahan secara tidak sah di Iran," kata Price. "Kami tidak akan berhenti sampai mereka bersatu kembali dengan orang yang mereka cintai."

Pernyataan terpisah dari Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih juga menegaskan bahwa komentar menlu Iran salah.

"Sayangnya, para pejabat Iran tidak akan ragu untuk mengada-ada dan klaim kejam terbaru akan menyebabkan lebih banyak sakit hati bagi keluarga Siamak Namazi, Emad Shargi, dan Morad Tahbaz," kata dewan tersebut, menyebutkan tiga warga AS yang ditahan Iran atas tuduhan spionase.

Ketiga tahanan tersebut memiliki kewarganegaraan ganda AS-Iran, sesuatu yang tidak diakui Teheran.

Namazi merupakan seorang eksekutif perusahaan minyak yang divonis 10 tahun penjara. Sementara Shargi adalah pengusaha yang ditangkap pada tahun 2018 saat bekerja di sebuah perusahaan investasi teknologi.

Adapun Tahbaz yang juga pemegang kewarganegaraan Inggris merupakan pecinta lingkungan yang divonis 10 tahun penjara pada tahun 2019. Pada Juli tahun 2022 dia dibebaskan dengan jaminan, namun diwajibkan memakai gelang elektronik.

Pemerintah Inggris mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan AS untuk mengamankan pembebasan Tahbaz secara permanen.

Taktik Iran?

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Amir-Abdollahian dilaporkan telah membuat komentar serupa di masa lalu tentang kemungkinan kesepakatan dengan AS atas aset yang dibekukan di luar negeri dan isu lain yang tidak pernah membuahkan hasil.

Pernyataan-pernyataan semacam itu diduga ditujukan untuk menopang dukungan domestik di tengah protes massa yang menantang teokrasi Iran.

Iran dinilai telah lama menahan individu pemilik paspor atau ikatan Barat untuk digunakan dalam negosiasi dengan negara asing. Pasalnya, bukti atas tuduhan terhadap mereka yang ditahan tidak pernah dipublikasikan.

Dalam beberapa hari terakhir, salah satu warga AS yang ditahan, Namazi, diizinkan untuk melakukan wawancara dengan CNN dari penjara Evin yang terkenal di Teheran.

Dalam kesempatan itu, Namazi meminta Presiden AS Joe Biden untuk melakukan apapun demi mengakhiri mimpi buruk yang tengah dijalaninya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya