Liputan6.com, Islamabad - Korban tewas insiden desak-desakan dalam pembagian makanan Ramadan di Pakistan diperkirakan mencapai 20 orang, menurut laporan media India. Kini ditengarai, peristiwa tersebut dipicu oleh sebab-musabab yang lebih besar: inflasi ekonomi dan krisis pangan di negara itu.
Inflasi di Pakistan mencapai 35,37 persen pada Maret 2023, tertinggi sejak tahun 1965, membuat warga setempat kesulitan mendapatkan makanan karena harga bahan pangan yang melonjak.
Baca Juga
Pakistan terlilit utang dan pemerintah terpaksa memberlakukan reformasi pajak sebagai persyaratan agar Dana Moneter Internasional (IMF) memperluas program pendanaannya untuk negara tersebut. Langkah tersebut mengakibatkan inflasi meroket hingga memicu krisis pangan di negara tersebut.
Advertisement
Dilansir Times of India, Minggu (2/4/2023), dengan ekonomi yang terpukul akibat rendahnya cadangan devisa, pihak berwenang Pakistan merasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan dasar warganya.
Ini membuat warga miskin Pakistan, yang merasakan pukulan ekonomi terberat, membuat mereka berdesakan di pusat-pusat distribusi makanan selama bulan Ramadhan hingga menewaskan 20 orang.
Negara ini menghadapi krisis pangan terburuk dalam sejarahnya, membuat tepung jadi kian langka.
Laporan media lokal menunjukkan bahwa harga tepung menjadi 3.000 pakistan rupee atau sekitar Rp158.000. Hal ini membuat perkelahian antar warga karena tepung biasa terjadi di Pakistan. Bahkan, truk bermuatan gandum dan tepung pun harus dikawal penjaga bersenjata.
Inflasi Terus Berlanjut
Kementerian Keuangan Pakistan memperingatkan soal kemungkinan inflasi berlanjut karena efek dari keputusan kebijakan yang dibuat sebelumnya dalam menaikkan harga energi dan bahan bakar hingga derpresiasi mata uang guna mengamankan pendanaan IMF.
Akibat kesalahan dalam urusan keuangan dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, membuat ekonomi Pakistan ke ambang kehancuran. Hal ini juga diperburuk oleh krisis energi global dan banjir yang dahsyat tahun 2022.
Advertisement