18 April 2015: Tenggelamnya Kapal yang Bawa 700 Lebih Migran, Hanya 28 Orang yang Selamat

Pada 18 April 2015, ratusan orang tenggelam setelah sebuah kapal yang membawa hingga 700 migran terbalik di Laut Mediterania.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 18 Apr 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2023, 06:00 WIB
[Bintang] Laut
Ilustrasi laut. (Pexels)

Liputan6.com, Roma - Ratusan orang tenggelam setelah sebuah kapal yang membawa hingga 700 migran terbalik di Laut Mediterania pada 18 April 2015.

Kapal yang diperkirakan hanya sepanjang 20 meter itu terbalik pada tengah malam waktu setempat di perairan Libya di selatan pulau Lampedusa, Italia.

Cuman 28 orang yang selamat dan sisanya hanya jenazah yang ditemukan.

Kapal angkatan laut dan penjaga pantai Italia, Angkatan Laut Malta dan kapal kargo, bersama dengan tiga helikopter, terlibat dalam operasi penyelamatan, 210 km di lepas pantai Lampedusa dan 27 km dari pantai Libya, dilansir dari BBC, Kamis (13/4/2023).

Perdana Menteri (PM) Italia Matteo Renzi mengatakan bahwa itu adalah tragedi Eropa dan menyerukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa besar tentang masalah migran. Renzi saat itu mengatakan ia tidak dapat memverifikasi jumlah kematian, tetapi itu akan menjadi "jumlah yang dramatis".

Badan pengungsi ​Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mengatakan, tenggelamnya kapal itu bisa menjadi korban jiwa terbesar selama seorang migran menyeberang ke Eropa. Setidaknya 900 migran lainnya meninggal saat melintasi Mediterania pada 2015. 

Para migran dilaporkan jatuh ke laut ketika mereka bergegas menarik perhatian kapal dagang Portugis yang melewati King Jacob, menyebabkan kapal mereka terbalik.

Lampedusa juga bereaksi terhadap kengerian terbaru di laut lepas garis pantainya. Sebagian besar pelabuhan telah dikosongkan. Penjaga pantai, bea cukai, dan perahu nelayan semuanya berangkat sebelum fajar untuk membantu penyelamatan.

Marta Bernardini bekerja untuk badan amal Mediterranean Hope, yang berbasis di pulau itu dan bekerja dengan para migran. Ia mengatakan kepada BBC, "Kami sangat sedih. Sangat sulit bagi kami yang tinggal dan bekerja di Lampedusa setiap hari, untuk mengetahui bahwa banyak orang mati dengan cara ini, di Laut Mediterania."

Lampedusa adalah titik paling selatan Italia. Penduduk setempat mengatakan bahwa sejak Januari 2015, ketika Uni Eropa mengambil alih patroli perbatasan laut Eropa, antara 9.000 dan 10.000 migran telah tiba di pulau itu.

PM Malta Joseph Muscat mengatakan penyelamat "benar-benar berusaha menemukan orang hidup di antara orang mati yang mengambang di air."

"Apa yang terjadi sekarang adalah proporsi yang luar biasa. Jika Eropa, jika komunitas global terus menutup mata, kita semua akan diadili dengan cara yang sama seperti sejarah menilai Eropa ketika berubah menjadi buta terhadap genosida abad ini dan abad lalu."

Kapal Migran itu Bertemu dengan Kapal King Jacob, Panggilan Darurat Dibuat

2 Turis Asing Tewas Diserang Hiu Ganas Saat Berenang di Laut Merah Mesir
Ilustrasi laut. (Unsplash)

Menurut cerita dari para penyintas, terdapat bukti bahwa seorang pria bernama Mohammed Ali Malek memiliki sedikit pengalaman dalam memimpin kapal.

Mereka mengklaim Malek tidak tahu cara membaca kompas dan ia meminta bantuan dari para migran yang berkerumun di geladak.

Hasan Ksan, seorang warga Bangladesh yang selamat, mengatakan bahwa Malek telah menggunakan telepon satelit beberapa kali untuk berkomunikasi dengan rekan-rekannya di darat di Libya, dan bahwa ia dipersenjatai dengan senjata. Kapal melanjutkan perjalanannya selama beberapa jam, dan pada sore hari, kapten kapal mengikuti prosedur reguler untuk kapal migran yang melakukan penyeberangan jauh.

Begitu berada di perairan internasional, Malek melakukan panggilan darurat dengan penjaga pantai Italia di Roma dan meminta penyelamatan.

Abdullah Ambrousi adalah komandan kapal King Jacob, sebuah kapal kontainer besar Portugis yang sedang berlayar di dekat kapal yang penuh migran itu. Ia menerima telepon dari Pusat Koordinasi Penyelamatan Maritim di Roma, memintanya untuk mengubah arah dan mengurus kapal penangkap ikan yang sedang dalam kesulitan. Ambrousi melakukannya, dan setelah sekitar dua jam, radar di kapalnya mendeteksi keberadaan sebuah kapal di sekitarnya.

Namun, itu sangat kecil dan sangat gelap, sehingga tidak mungkin melihat apa pun dengan mata telanjang. King Jacob mulai menuju sinyal dan Kapten Ambrousi memerintahkan krunya untuk menyalakan salah satu lampu depan kapal. Ia pun bisa melihatnya, ada perahu nelayan dari kayu, reyot, dan sangat penuh sesak.

Di dalam lambung kapal terdapat Ousmane Gano, migran dari Senegal. Para migran di dek atas kapal memberi tahu mereka yang berkumpul di dalam bahwa mereka dapat melihat "kapal besar" yang datang untuk menyelamatkan mereka, jelasnya. "Mereka meminta kami untuk tidak bergerak agar kapal tetap stabil."

Kapal Penuh Migran itu Segera Tenggelam

Kapal King Jacob yang saat itu berada di dekat kapal penuh migran. (Maritime Connector)
Kapal King Jacob yang saat itu berada di dekat kapal penuh migran. (Maritime Connector)

Kapten Ambrousi memberi tahu penyelidik Italia bahwa ia mengarahkan King Jacob untuk menghindari tabrakan, tetapi siapa pun yang berlayar dengan kapal migran terus melakukannya dengan tidak menentu, seolah-olah mencoba untuk "mengikuti" perubahan rute mendadak King Jacob.

Ambrousi kemudian bersikeras bahwa ia memerintahkan krunya untuk mematikan mesin King Jacob untuk menghindari tabrakan. Namun dari jembatan, ia melihat tragedi yang terjadi di depan matanya. Kapal penangkap ikan mulai berlayar dengan kecepatan lambat menuju King Jacob, tetapi kemudian, kecepatannya tiba-tiba meningkat.

Haluan kapal kecil itu menabrak sisi kiri kapal King Jacob, dan kemudian sisi kanannya menggores kapal dagang besar itu.

Perahu nelayan itu bermanuver seolah-olah berlayar mundur, tetapi mulai kehilangan keseimbangan mungkin karena agitasi di antara para pendatang yang panik yang dapat melihat apa yang sedang terjadi. Kapal itu mulai terbalik, dan dalam waktu kurang dari lima menit, kapal penangkap ikan itu telah tenggelam.

Kisah kronologi dari sisi Mohammed Ali Malek tentang peristiwa malam itu tidak sepenuhnya berbeda dari apa yang diceritakan oleh para penyintas lainnya. Namun, dalam catatannya, "peran" kapten dimainkan oleh "seorang pria Afrika" yang tidak dapat Malek identifikasi karena "ia mungkin meninggal saat tenggelam".

Malek mengakui bahwa kedua kapal itu bertabrakan satu sama lain, meskipun menurutnya King Jacob yang menabrak perahu kecil itu. Ia juga menuduh bahwa perahu migran kehilangan keseimbangan karena baling-baling besar baling-baling King Jacob menciptakan gelombang besar yang membalikkan "kapal kami dan membuat kami semua jatuh ke laut".

Respons dari Uni Eropa dan UNHCR

Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa. (AFP Photo)

Federica Mogherini selaku kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan gelombang bencana kapal migran itu "tidak dapat diterima".

"Kami telah berkali-kali mengatakan 'tidak akan pernah lagi'. Sekarang saatnya bagi Uni Eropa untuk mengatasi tragedi ini tanpa penundaan," katanya.

UNHCR juga mengatakan bahwa kapal migran telah membawa 13.500 orang ke perairan Italia minggu lalu sebelum kejadian itu.

Pada 2014, rekor 170.000 orang yang melarikan diri dari kemiskinan dan konflik di Afrika dan Timur Tengah melakukan perjalanan berbahaya ke Italia. Ribuan orang tewas dalam perjalanan itu.

Beberapa bencana migran Mediterania sebelum kejadian yang 18 April 2015 itu ada cukup banyak.

  • Okt 2013: Lebih dari 360 orang, kebanyakan orang Eritrea dan Somalia, tewas saat kapal mereka tenggelam di Lampedusa.
  • September 2014: Sedikitnya 300 migran tenggelam di lepas pantai Malta ketika penyelundup manusia menabrak perahu setelah penumpangnya menolak pindah ke perahu yang lebih kecil. Para penyintas mengatakan itu adalah "pembunuhan massal".
  • Feb 2015: Sedikitnya 300 migran dikhawatirkan tenggelam saat empat sampan mendapat masalah setelah meninggalkan pantai Libya dalam cuaca buruk.
  • 12 April 2015: Sekitar 400 migran dikhawatirkan tenggelam setelah kapal mereka terbalik di lepas pantai Libya.
  • 19 April 2015: Sekitar 650 migran dikhawatirkan tenggelam saat kapal terbalik di perairan Libya selatan Lampedusa.
Infografis Dugaan Perbudakan ABK WNI di Kapal Long Xing. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dugaan Perbudakan ABK WNI di Kapal Long Xing. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya