Liputan6.com, Washington - Dinas Rahasia Amerika Serikat (AS) atau Secret Service melarang Wali Kota Prospect Park, New Jersey, Mohamed Khairullah, yang merupakan seorang muslim menghadiri resepsi perayaan Idul Fitri di Gedung Putih pada Senin (1/5/2023).
Khairullah yakin larangan tersebut dipicu oleh latar belakangnya.
Baca Juga
"Tidak ada keraguan dalam benak saya bahwa pada titik ini, kejahatan saya adalah ras saya, agama saya, dan nama saya," tutur Khairullah seperti dilansir CNN, Rabu (3/5).
Advertisement
Khairullah mengaku bahwa dia tidak diberi penjelasan dari Gedung Putih atau Dinas Rahasia AS sebelum ditolak masuk.
"Penargetan orang Arab, muslim, Asia Selatan oleh agen federal yang pada dasarnya tidak memberi tahu mengapa terjadi pelecehan di bandara, penyeberangan perbatasan, dan sekarang saya alami di Gedung Putih membingungkan," ungkap Khairullah.
Khairullah diundang ke Gedung Putih sebagai bagian dari sekelompok pejabat muslim-AS terpilih dari seluruh negeri.
Lebih lanjut, Khairullah menuturkan bahwa dia telah menyerahkan informasi yang dibutuhkan ke White House Worker dan Visitor Entry System dua hari sebelum resepsi Idul Fitri berlangsung, namun diberitahu soal larangan masuk setengah jam sebelum dia dijadwalkan tiba di Gedung Putih.
Sementara alasan penolakan Khairullah tidak jelas, prosedur normal bagi tamu yang diundang ke Gedung Putih melibatkan penyampaian informasi ke Secret Service. Selanjutnya, informasi tersebut akan melalui penyaringan sebelum mendapat persetujuan akhir untuk pemberian akses.
Secret Service pada Senin mengonfirmasi bahwa Khairullah ditolak menjelang resepsi Idul Fitri di Gedung Putih.
"Meskipun kami menyesali ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan, wali kota tidak diizinkan memasuki kompleks Gedung Putih malam ini," kata kepala komunikasi Secret Service pada Senin malam. "Sayangnya kami tidak dapat berkomentar lebih lanjut tentang cara dan metode perlindungan khusus yang digunakan untuk melakukan operasi keamanan di Gedung Putih."
Gedung Putih Bergeming
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada Selasa (2/5) menolak untuk menjelaskan mengapa Khairullah dilarang memasuki Gedung Putih. Dia mengatakan, "Situasi khusus ini berada di bawah lingkup Dinas Rahasia, jadi saya akan menyerahkan kepada mereka untuk berbicara langsung."
"Apa yang akan dan dapat saya sampaikan secara lebih luas adalah bahwa saya berada di dalam ruangan.. Presiden sangat bangga menyambut hampir 400 muslim AS ke Gedung Putih untuk merayakan Idul Fitri," kata Jean-Pierre. "Itu adalah acara yang bermakna, kesempatan untuk merayakan bersama para pemimpin muslim dari seluruh negeri."
Khairullah menduga bahwa larangannya masuk ke Gedung Putih turut disebabkan oleh peristiwa pada tahun 2019, ketika dia kembali via Bandara Internasional JFK, di mana pihak berwenang bertanya apakah dia bertemu dengan teroris selama berada di Turki. Pertanyaan itu, sebut Khairullah, melewati batas.
Khairullah mengatakan kepada CNN, dia sebelumnya telah diberitahu bahwa namanya tercantum dalam daftar pantauan yang bocor awal tahun ini.
"Mengapa tidak ada cek dan ricek... saat menempatkan kami pada daftar yang pada dasarnya... menargetkan orang AS dari latar belakang tertentu," ujar Khairullah.
Ketika ditanya apakah dia akan kembali ke Gedung Putih jika diundang, Khairullah menjawab bahwa dia akan menerima undangan tersebut dengan syarat dia akan membahas soal daftar rahasia dan penargetan terhadap muslim, orang Asia Selatan, Timur Tengah, dan siapapun.
Advertisement