Misteri Surat Berisi Kondom Bekas Dikirim ke Eks Siswa Sekolah Putri di Melbourne, Pelaku Diburu Polisi

Surat berisi tulisan tangan dan kondom bekas dikirim ke banyak alamat di Melbourne, Australia. Polisi menduga ini serangan terencana karena korban saling terkait.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 18 Mei 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi surat
Ilustrasi surat. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Melbourne - Kasus aneh dan mengganggu sedang diselidiki polisi Australia. Sebanyak 65 wanita menerima kondom bekas di kotak pos masing-masing.

Melansir BBC, Kamis (18/5/2023), surat-surat berisi kondom yang juga disertai pesan tulisan tangan itu dikirim ke banyak alamat di tenggara dan timur Melbourne, Australia.

Polisi meyakini bahwa teror surat ini merupakan serangan yang direncanakan dan ditargetkan, korban-korban juga diyakini saling terkait.

Keseluruhan wanita yang menjadi korban ini ternyata pernah bersekolah di tempat yang sama, yaitu di Kilbreda College private girls atau kampus swasta khusus putri Kilbreda College di kota itu pada tahun 1999.

Polisi melaporkan bahwa sebagian besar korban bahkan menerima lebih dari satu surat, semuanya dengan kondom bekas terlampir.

Detektif Grant Lewis mengatakan, penyelidik sedang melakukan analisis DNA dan tulisan tangan untuk melacak pelaku.

Pelaku diduga mendapatkan alamat dari buku tahunan yang mereka kumpulkan sebagai murid 24 tahun lalu, kata Lewis.

Lewis menambahkan bahwa beberapa surat ditulis tangan, beberapa lainnya diketik, tetapi semuanya berisi pesan ancaman dan sugesti terkait hal seksual.

"Pesan kami kepada pelaku adalah 'Anda harus menghentikan ini'," tegasnya. "Kami akan menemukan Anda."

"Kami tidak tahu apa hubungannya dengan sekolah," ucapnya.

"Mungkin mantan siswa, karyawan, bisa juga seseorang yang menemukan buku tahunan ini di tempat sampah dan mereka sedang memainkan sebuah permainan," duga Lewis.

Banyak dari surat-surat itu dikirim ke alamat rumah lama para wanita malang itu.

Akhirnya surat berisi kondom itu dibuka oleh orangtua mereka, yang tentunya terpukul dan trauma dengan apa yang mereka dapatkan di kotak pos.


Korban Semakin Banyak, Berharap Segera Terpecahkan

Ilustrasi kotak pos (iStock)
Ilustrasi kotak pos (iStock)

Seorang korban, Bree, menyampaikan kegelisahannya pada wartawan. Bree meminta agar nama lengkapnya dirahasiakan.

Ia bercerita bahwa ibunya sempat menelpon dan mengatakan bahwa ia mencurigai sebuah surat aneh dan ragu apakah harus membukanya atau tidak.

"Reaksinya cukup kaget dan kesal," ucapnya. "Ia (ibu) benar-benar merasa jijik, ayah khawatir mengira seseorang mengincarku."

Bree mengatakan bahwa semakin banyak keluhan yang ia dengar tentang hal ini. Ia kemudian memutuskan untuk membuat grup Facebook Messenger di antara sesama alumni Kilbreda College.

"Setiap satu atau dua hari, semakin banyak gadis yang mengatakan 'Saya menerima juga'," ucap Bree.

Ia mengaku hal ini tidak bisa dianggap lelucon, "Kami hanya ingin menghentikannya."

Bree mengatakan bahwa salah satu gadis telah menerima hingga empat surat hingga muak.

Kasus ini menjadi semakin serius lantaran korban semakin banyak dan semakin terganggu. 

Para korban hanya berharap gangguan ini dapat segera berakhir.


Polisi Masih Menduga-duga

Ilustrasi bendera Australia (pixabay)
Ilustrasi bendera Australia (pixabay)

Hambatan tentang penyelidikan kasus ini adalah sulit menemukan informasi yang dapat membantu memecahkan kasus.

"Kami tidak tahu siapa itu," ucap Bree, ia dan teman-temannya tidak menemukan petunjuk atau hubungan apa pun. 

"Kami tidak bisa memikirkan siapa pun yang memiliki dendam terhadap kami," kata Bree lagi.

Kurangnya informasi membuat polisi meminta siapa pun yang mengetahui sesuatu untuk membantu penyelidikan.

Kilbreda College, sebuah sekolah Katolik independen untuk anak perempuan, didirikan oleh Brigidine Sisters pada tahun 1904 dan memiliki sekitar 900 murid terdaftar.

Bahkan perguruan tinggi membantu penyelidikan, kata polisi.

Kepala Sekolah Nicole Mangelsdorf mengatakan kepada surat kabar Herald Sun di Melbourne bahwa sekolah telah menyerukan kepada mantan muridnya, bagi yang mengalami hal yang sama untuk melapor ke polisi.

“Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa masalah ini terkait dengan pelanggaran data baru-baru ini di perguruan tinggi,” katanya.


Menteri Jepang Dapat Kiriman Surat Ancaman Berisi Silet

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Teror surat aneh juga pernah dialami seorang menteri jepang, ia diketahui mendapatkan surat berisi silet.

Sepucuk surat berisi kata-kata mengancam seperti "mati" serta benda yang diyakini silet terdapat di dalam sebuah amplop yang dikirim untuk Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura. Kasus itu kini ditangani Kepolisian Metropolitan Tokyo.

Kepolisian dan tim penyelidik mengatakan amplop berisi surat dan benda ancaman itu tiba di gedung Kantor Kabinet di pusat kota Tokyo, Jepang pada pekan lalu.

Surat yang dialamatkan kepada Nishimura tersebut dibuka oleh salah seorang staf, seperti biasanya, yang kemudian melaporkan kasus itu ke polisi pada keesokan harinya, seperti dilansir Xinhua, Selasa (6/10/2020).

Si pengirim surat ancaman itu mengidentifikasi dirinya sebagai "penggemar Menteri Nishimura".

Menurut keterangan polisi, kata "mati" berulang kali ditulis dengan tangan, kemungkinan oleh si pengirim, dalam selembar kertas.

Baca selengkapnya di sini...

infografis journal
Infografis Journal 8 Aplikasi Milik Pemerintah yang Membantu Berikan Informasi. (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya