Tragedi Tren TikTok Scarf Challenge, Remaja 16 Tahun Tewas Tercekik

Christy Gassaille, remaja 16 tahun, dilaporkan meninggal setelah mencoba tantangan TikTok yang melibatkan orang untuk meletakkan kain atau syal di leher mereka.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 18 Jun 2023, 21:21 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2023, 21:01 WIB
Christy Sibali Dominique Gloire Gassaille dilaporkan meninggal setelah mencoba tantangan TikTok yang berbahaya.
Christy Sibali Dominique Gloire Gassaille dilaporkan meninggal setelah mencoba tantangan TikTok yang berbahaya. (Sumber: Facebook/Africulture)

Liputan6.com, Orléans - TikTok, aplikasi jejaring sosial di mana pengguna bisa membuat video dan membagikan musik, telah menjadi suatu platform yang mendunia.

Semua orang dari berbagai belahan dunia sudah mengenal aplikasi TikTok, termasuk anak-anak dan remaja. Karena itu, aplikasi ini dapat mempengaruhi apa yang mereka melakukan dari usia dini.

Ada baiknya orang tua mengawasi konten yang ditonton untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jika tidak, maka bahaya yang mengancam jiwa taruhannya.

Seperti kasus yang terjadi kepada seorang remaja perempuan Afrika yang berasal dari Republik Demokratik Kongo.

Remaja itu dilaporkan meninggal setelah mencoba tren berbahaya di TikTok yang mengakibatkan dia meninggal tercekik.

Melansir dari media Mirror, Minggu (18/6/2023), Christy Sibali Dominique Gloire Gassaille yang berusia 16 tahun meninggal pada 27 Mei setelah bermain 'Scarf Game' di rumahnya.

Permainan yang berbahaya, variasi dari Blackout Challenge (tren TikTok yang dulu sempat viral), melibatkan orang-orang untuk mengalungkan kain di leher mereka.

Hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya tingkat oksigen ke otak, menyebabkan kejang, cedera serius, dan bahkan kematian.

Christy meninggal bulan Mei lalu, dia dimakamkan di pemakaman Fleury les Aubrais dekat rumahnya di Orléans, Prancis, pada 7 Juni.

Kematian Christy mengikuti berbagai kematian anak muda lainnya yang dilaporkan terjadi setelah mencoba tantangan yang sama di TikTok.

Pada bulan Januari lalu, seorang gadis berusia 12 tahun meninggal di Argentina setelah ikut serta dalam permainan 'Scarf Game' yang sama.

Milagros Soto juga ditemukan tewas di kamar tidurnya setelah merekam seluruh kejadian.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tren TikTok Clonazepam Challenge

Pil Aborsi
Ilustrasi pil (Foto: Pixabay)

Kemudian pekan lalu, seorang gadis berusia 11 tahun meninggal setelah ikut serta dalam game online yang serupa, dikenal sebagai 'Clonazepam Challenge'.

Clonazepam biasanya digunakan untuk mengobati kejang, gangguan panik, dan gangguan kecemasan, di antara kondisi lainnya.

Korban game online ini pingsan di kelas setelah dia meminum dua pil pada 29 Mei lalu.

Gadis sekolah itu didiagnosis mati otak di rumah sakit, tetapi meninggal karena pendarahan otak dua hari setelah dirawat.


Pencegahan Tiktok Milik China

TikTok
TikTok aplikasi media sosial dari China. (unsplash/Solen Feyissa)

Dalam beberapa bulan terakhir, variasi lain dari permainan 'Whoever Falls Asleep Last Wins' menjadi semakin populer di negara-negara seperti Peru, Chile, Ekuador, dan Meksiko.

Untuk mencegah bertambahnya jumlah korban dalam kasus seperti ini, TikTok milik China kini tampaknya telah menekan konten yang ikut serta dalam tantangan berbahaya, yang tidak lagi muncul saat mencari di aplikasi.

Jadi ketika Anda mencarinya di mesin pencari online 'Scarf Game', sebuah pesan akan muncul yang berbunyi:

"Beberapa tantangan online bisa berbahaya, mengganggu, atau bahkan dibuat-buat. Pelajari cara mengenali tantangan berbahaya sehingga Anda dapat melindungi kesehatan dan kesejahteraan Anda."

Bahkan sebelum kematian Christy bulan lalu, istilah 'Scarf Game' telah dihapus dari platform media sosial itu pada tahun 2021.


Blackout Challenge yang Dulu Viral

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Kredit: antonbe via Pixabay

Tren 'Blackout Challenge' juga sempat memakan korban yang cukup banyak, dan kebanyakan darinya berasal dari anak-anak yang berusia muda.

Mengutip dari MSN, blackout challenge ini sudah ada sejak 2008. Namun, kembali dilakukan dan viral di 2021.

Adapun para ahli sudah memperingatkan bahaya akan tren tersebut terutama kepada pengguna muda agar tidak mengikuti tren tersebut.

Laporan dari Bloomberg Businessweek, ada setidaknya 15 kematian anak berusia 12 tahun ke bawah yang meninggal dunia dikarenakan mengikuti tren tersebut. Bahkan, lima kematian yang terjadi pada anak berusia 13 dan 14 tahun.

Blackout Challenge merupakan tantangan berbahaya di mana tantangan pingsan yang dilakukan oleh seseorang yang menahan napas kemudian pingsan karena kekurangan oksigen.

Tentunya tantangan ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa seseorang karena bisa berakibat fatal kepada orang yang melakukannya.

Bahayanya menahan napas tersebut juga dijelaskan oleh Dr Nick Flynn. Jika otak kekurangan oksigen selama lebih dari tiga menit, bisa mengalami kerusakan otak apalagi lebih dari lima menit bisa mengakibatkan kematian.

Untuk baca selengkapnya, klik di sini.

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya