Tak Pakai Hijab di Tempat Umum, Aktris Iran Afsaneh Bayegan Dipenjara 2 Tahun

Sebuah pengadilan Iran telah menjatuhkan hukuman dua tahun penjara terhadap seorang aktris terkemuka di Iran karena tidak mengenakan hijab di tempat umum.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jul 2023, 18:35 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2023, 18:35 WIB
Perempuan tampak duduk di sebuah cafe tanpa menggunakan hijab di Teheran, Iran, pada 29 April 2023. (AP/Vahid Salemi)
Perempuan tampak duduk di sebuah cafe tanpa menggunakan hijab di Teheran, Iran, pada 29 April 2023. (AP/Vahid Salemi)

Liputan6.com, Teheran - Sanksi terhadap perempuan tak berhijab kembali diterapkan polisi moral Iran.

Menurut laporan VOA Indonesia mengutip media lokal pada Rabu 19 Juli 2023, sebuah pengadilan Iran telah menjatuhkan hukuman dua tahun penjara terhadap seorang aktris terkemuka di Iran karena tidak mengenakan hijab di tempat umum.

"Afsaneh Bayegan dihukum dua tahun penjara, tetapi dengan penundaan lima tahun, karena mengenakan topi dan tidak mematuhi undang-undang penggunaan hijab," demikian lapor kantor berita Fars.

Undang-undang tersebut mensyaratkan perempuan menutupi kepala dan leher mereka ketika berada di area publik.

Hukuman tersebut dijatuhkan setelah aktris berusia 61 tahun itu muncul di sebuah pertunjukan film tanpa mengenakan hijab dan kemudian membagikan foto-fotonya di media sosial.

Bayegan pertama kali mencuri perhatian setelah revolusi Islam pada 1979 dan dikenal atas perannya di serial televisi Sarbedaran, yang mengisahkan perlawanan Iran terhadap invasi Mongol pada abad ke-14.

Jumlah perempuan di Iran yang melanggar aturan berpakaian semakin meningkat sejak protes merebak pada akhir tahun lalu setelah kematian Mahsa Amini. Media pemerintah pada Minggu 16 Juli melaporkan peningkatan patroli polisi yang bertujuan menangkap mereka yang tidak mematuhi aturan tersebut. 

Pengadilan juga memerintahkan Bayegan melakukan kunjungan mingguan ke sebuah pusat psikologi "untuk mendapat perawatan gangguan mental dan kepribadian anti-keluarga" dan mengharuskannya menyertakan sertifikat kesehatan setelah perawatannya berakhir, tambah laporan tersebut.

Hukuman itu juga melarang sang aktris menggunakan media sosial dan pergi dari republik Islam itu selama dua tahun, demikian ditambahkan Fars.

 

Rapper Iran Dipenjara 6 Tahun Akibat Ikut Demo Kematian Mahsa Amini

Aksi protes warga di Istanbul, dengan memegang potret rapper Iran Toomaj Salehi (kanan), dan anak-anak (kiri) yang terbunuh selama protes di Iran, 26 November 2022. (File AFP)
Aksi protes warga di Istanbul, dengan memegang potret rapper Iran Toomaj Salehi (kanan), dan anak-anak (kiri) yang terbunuh selama protes di Iran, 26 November 2022. (File AFP)

Di sisi lain, gara-gara ikut protes atas kematian wanita berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini. Seorang rapper atau penyanyi rap Iran bernama Toomaj Salehi dipenjara enam tahun lebih.

"Iran telah menghukum seorang penyanyi rap populer enam tahun dan tiga bulan penjara atas partisipasinya dalam aksi protes yang mengguncang negara itu tahun lalu," kata para pendukungnya, Senin 10 Juli 2023 seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Sebuah akun media sosial yang dijalankan oleh para pendukung Toomaj Salehi mengumumkan hukuman tersebut, begitu pula Ye-One Rhie, seorang anggota parlemen Jerman yang berkampanye atas namanya. Sejauh ini belum ada tanggapan dari otoritas Iran terkait kasus ini.

Salehi termasuk di antara ribuan pemuda Iran yang sebagian besar turun ke jalan-jalan musim gugur lalu setelah kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun yang telah ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat di negara itu.

Protes menyebar ke seluruh negeri dan dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan pemerintah Republik Islam.

Selain itu Salehi juga menyatakan dukungan untuk protes itu dalam lagu dan video yang beredar luas secara online.

Pihak berwenang mengambil tindakan keras terhadap aksi itu. Lebih dari 500 orang tewas dan hampir 20.000 ditangkap, menurut Human Rights Activists di Iran, sebuah kelompok yang memantau kerusuhan itu.

Pihak berwenang mengatakan banyak dari mereka yang ditahan dibebaskan atau diberi keringanan hukuman.

Protes sebagian besar mereda awal tahun ini, tetapi masih ada tanda-tanda ketidakpuasan yang meluas.

Selain sanksi penjara, Iran juga memberikan hukuman mati terkait aksi protes atas kematian Mahsa Amini dan menuduh mereka menyerang pasukan keamanan. Sejauh ini diketahui total tujuh orang yang dieksekusi mati.

Mereka dihukum di pengadilan rahasia, di mana kelompok-kelompok HAM mengatakan hak para terdakwa untuk membela diri ditolak. Pendukung Salehi khawatir ia akan menghadapi hukuman mati. 

Protes Anti-Pemerintah

Kerusuhan di Iran pada 21 September 2022. Rakyat protes kematian Mahsa Amini.
Kerusuhan di Iran pada 21 September 2022. Rakyat protes kematian Mahsa Amini. Dok: AP Photo

Kematian Mahsa Amini membuat marah jutaan rakyat Iran, menyebabkan protes anti-pemerintah selama berbulan-bulan di seluruh negeri. Hampir 600 pengunjuk rasa dilaporkan tewas, termasuk beberapa yang dieksekusi mati.

Pada bulan-bulan setelah protes, banyak perempuan berhenti memakai jilbab sama sekali. Itu adalah tantangan langsung terbesar terhadap kekuasaan ulama di Iran sejak Revolusi 1979.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan bahwa hingga saat ini, pemandangan wanita tidak mengenakan jilbab merupakan hal lumrah. Namun, pada gilirannya, otoritas Iran menjatuhkan hukuman yang lebih keras, termasuk memaksa bisnis tutup jika mereka tidak mematuhi aturan jilbab.

Awal tahun ini, viral video yang memperlihatkan seorang pria melemparkan sebotol yoghurt ke wajah dua wanita yang tidak memakai jilbab. Tindakannya memicu kemarahan saksi mata dan dia kemudian ditangkap. Begitu pula dengan kedua wanita yang tidak mengenakan jilbab.

Iran memiliki berbagai bentuk "polisi moral" sejak revolusi. Versi terbaru ini, dikenal secara resmi sebagai Guidance Patrol (Gasht-e Ershad), yang memulai patroli mereka pada tahun 2006.

Tidak jelas berapa banyak pria dan wanita yang bekerja untuk pasukan tersebut, namun mereka memiliki akses ke pusat senjata dan penahanan, serta apa yang disebut "pusat pendidikan ulang".

Menanggapi tindakan keras Iran terhadap pengunjuk rasa pasca kematian Mahsa Amini, Inggris dan sejumlah negara Barat lainnya memberlakukan sanksi terhadap polisi moral dan tokoh keamanan tinggi lainnya tahun lalu.

Kronologi Singkat Kasus Mahsa Amini

Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)
Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)

Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber: 

13 September 2022: Salah Pakai Hijab 

Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.

Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.  

16 September 2022: Nyawa Melayang

Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung. 

Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral. 

"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.

17 September 2022: Pemakaman 

Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu. 

Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban

Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini. 

"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.

19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban

Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung. 

"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.

Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya