Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden baru-baru ini berbincang dengan Raja Abdullah II dari Yordania. Gaza menjadi topik perbincangan utama antara kedua pemimpin.
Posisi Presiden Biden dan Raja Abdullah sebenarnya tidak seluruhnya sama. Kerajaan Yordania tegas mengecam aksi Israel terhadap rakyat Gaza, sementara pemerintah AS terang-terangan membela Israel walau berjanji ingin melindungi rakyat sipil Gaza.
Baca Juga
Pada perbicangan Selasa (31/10/2023), situs Gedung Putih menyebut bahwa kedua pemimpin setuju untuk terus membantu rakyat Gaza, dan supaya pelayanan esensial juga dilanjutkan.
Advertisement
"Presiden kembali menegaskan pentingnya melindungi nyawa rakyat sipil dan menghormati hukum kemanusiaan internasional, sebagaimana Israel melindungi warganya dan melawan terorisme," tulis pernyataan Gedung Putih.
Hal lain yang disepakati Raja Abdullah II dan Presiden Biden adalah memastikan supaya rakyat Gaza tidak terusir hingga ke luar Gaza.
Selain itu, kedua pemimpin membahas perlunya mekanisme untuk mengurangi kekerasan, menenangkan retorika, serta mengurangi ketegangan regional.
Raja Abdullah II dan Presiden Joe Biden turut menyepakati berdirinya negara Palestina.
Pujian juga diberikan Joe Biden kepada Raja Yordania.
"Presiden mengekspresikan apresiasi kepada peran Raja Yordania dalam mempromosikan stabilitas regional, menegaskan kembali Yordania sebagai sosok sekutu penting, dan menegaskan dukungan tak tergoyahkan kepada Yordania dan kepemimpinan Yang Mulia," tutup pernyataan Gedung Putih.
Telepon Pangeran Arab Saudi
Sebelumnya, putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, melakukan diskusi bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden terkait operasi militer Israel ke Gaza. Mereka berupaya menyetop eskalasi konflik.
Berdasarkan laporan Arab News, Rabu (25/10), Presiden Joe Biden dan Pangeran MBS melakukan diskusi pada Selasa kemarin. Pangeran Arab Saudi menegaskan ia menolak serangan kepada warga sipil, infrastruktur, dan lokasi-lokasi penting untuk kehidupan warga.
Lebih lanjut, Pangeran MBS meminta agar ada ketenangan supaya tidak ada eskalasi yang dapat membawa dampak negatif ke kawasan. Ia juga meminta agar hukum kemanusiaan internasional bisa dituruti, dan supaya bantuan bisa masuk ke Gaza.
Hak rakyat Palestina juga disorot oleh pangeran Saudi. Ia menjelaskan bahwa penting supaya rakyat Palestina mendapatkan haknya, serta meraih keadilan, dan perdamaian.
Dari pernyataan versi Gedung Putih, pihak AS berkata bahwa pemerintahan Joe Biden menyatakan negaranya mendukung ancaman terorisme.
Rilis dari Gedung Putih menyatakan bahwa pihak Saudi dan AS setuju untuk menjaga stabilitas di kawasan dan mencegah konflik meluas. Mereka juga setuju medukung pelepasan tawanan Hamas dan pemberian bantuan kemanusiaan.
"Mereka juga menyepakati pentingya bekerja menuju perdamaian berkelanjutan antara rakyat Israel dan Palestina secepatnya saat krisis mereda," tulis pernyataan Gedung Putih.
Joe Biden dan Pangeran Arab Saudijuga sepakat untuk terus melanjutkan komunikasi.
Advertisement
Gus Yahya Minta Pemuka Agama Dunia Serukan Penghentian Serangan ke Jalur Gaza: Jangan Memperalat Agama untuk Menindas
Beralih ke pandangan dari dalam negeri, blokade Israel di Jalur Gaza membuat suplai logistik terganggu, sehingga lebih dari 2 juta penduduk kesulitan mengakses kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan hingga energi. Kondisi ini menjadi sorotan utama organisasi dunia, termasuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam pernyataan sikap resmi PBNU menyatakan, tindakan memperalat agama sebagai legitimasi penindasan harus segera dihentikan.
"Menyerukan dihentikannya tindakan yang memperalat agama untuk membenarkan penindasan dan penghancuran terhadap kelompok yang berbeda," ujar Gus Yahya di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Bagi Gus Yahya, menggunakan agama sebagai alat penindasan ini terjadi di banyak peristiwa di berbagai belahan dunia, tidak hanya dalam konflik Israel-Palestina saja. Agama kerap dijadikan alat untuk menghancurkan kelompok yang bersebarangan demi meraih kepentingan.
"Ini kita saksikan terjadi dalam dinamika pertarungan yang sedang berlangsung di Tanah Alquds, antara Israel dan Palestina. Tapi kita saksikan ini juga terjadi di belahan dunia lain dan kita sudah bersama-sama menyaksikan bahaya atau bencana yang diakibatkan oleh perilaku tindakan semacam itu, yaitu tindakan menggunakan agama untuk menghancurkan kelompok berbeda," kata kiai dari Rembang ini.
Dana Kemanusiaan
Gus Yahya juga meminta para pemuka agama di dunia agar segera menyerukan penghentian konflik yang terjadi di Jalur Gaza antara Palestina dengan Israel. Baginya pemuka agama harus bersatu menyelesaikan konflik yang usianya hampir seabad ini.
"Menyerukan konsolidasi komunitas agama, terutama kewenangan keagamaan di semua lingkungan agama di seluruh dunia atas nama kemanusiaan, moral, dan etika universal melakukan upaya bersama menghapuskan lingkaran setan dari kebencian kekerasan dan ketidakadilan yang masih merundung kemnusiaan hingga saat ini," kata Gus Yahya.
Kemudian pernyataan sikap lainnya yakni PBNU meyerukan kepada seganap bangsa di dunia untuk menegakan tata dunia yang dibangun di atas landasan kesepatakan dan hukum internasional dengan menghormati kesetaraan hak dan martabat demi terwujudnya kemanan masyarakat internasioanl yang aman, stabil, dan harmonis.
Kemudian mendukung penuh sikap pemerintah yang terus megupayakan penyelesaian yang adil sesuai kesepakatan. "PBNU juga siap menyediakan diri membantu dengan cara apapun bagi upaya pemeerintah RI tersebut," kata Yahya.
Yahya juga meminta kepada seluruh islam untuk menggelar salat gaib dan doa bersama untuk mendoakan korban jiwa serta melaksanakan qunut nazilah sebagai upaya permohonann pertolongan kepada Allah
"PBNU mengajak seluruh warga menggalang dana kemanusiaan untuk membantu warga Palestina termasuk menyisihkan infaq Jumat besok," kata dia.
Advertisement