Zelensky: Perang Hamas Vs Israel Mengalihkan Fokus dari Perang Ukraina

Presiden Ukraina menolak kabar yang menyebutkan bahwa dia mendapat tekanan yang semakin besar untuk mempertimbangkan negosiasi dengan Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Nov 2023, 16:34 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 16:34 WIB
Perang Rusia dan Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan di Telegram bahwa layanan darurat berada di tempat kejadian di kampung halamannya itu dan mereka berusaha menyelamatkan orang sebanyak mungkin. (AFP/Ukrainian Emergency Service)

Liputan6.com, Kyiv - Perang Hamas Vs Israel menghilangkan fokus konflik di Ukraina. Hal tersebut diakui Presiden Volodymyr Zelensky.

Zelensky mengatakan itu adalah salah satu tujuan Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Dia membantah bahwa pertempuran di Ukraina telah menemui jalan buntu.

Berbicara pada Sabtu (4/11/2023) di Kyiv dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang sedang berkunjung, Zelensky menuturkan, "Jelas bahwa perang di Timur Tengah mengalihkan fokus dari Ukraina."

Menurutnya Rusia ingin fokus terhadap perang Ukraina dilemahkan.

"Semua orang mulai lelah dan ada pendapat berbeda," tutur Zelensky seperti dilansir BBC, Minggu (5/11), ketika diminta mengomentari penilaian panglima militer Ukraina Valery Zaluzhny pekan ini bahwa perang Ukraina kini bergerak ke tahap posisional atau statis sehingga akan menguntungkan Rusia dengan memungkinkannya membangun kembali kekuatan militernya.

Dia menambahkan, "Tetapi ini bukan jalan buntu."

Rusia pada Kamis juga mengomentari penilaian Zaluzhny. Juru bicara Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa situasi medan perang saat ini bukanlah jalan buntu.

"Semua tujuan (perang) yang ditetapkan harus dicapai," kata Dmitry Peskov.

Peskov melanjutkan, Ukraina harus menyadari bahwa bahkan membicarakan prospek kemenangan rezim Zelensky di medan perang adalah hal yang tidak masuk akal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ukraina Kembali Minta F-16

Potret Kehancuran Bakhmut, Tempat Pertempuran Terberat Pasukan Ukraina dengan Rusia
Militer Ukraina telah bersumpah untuk mempertahankan kota yang dulunya berpenduduk 70.000 jiwa. Meskipun, Presiden Volodymyr Zelensky pada bulan ini memberi sinyal, bahwa mereka mungkin menarik diri jika terancam pengepungan. (AP Photo/Libkos)

Zelensky mengakui bahwa Rusia "mengendalikan langit" dan Ukraina sangat membutuhkan pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat (AS) dan pertahanan anti-pesawat canggih untuk mengubah situasi.

Presiden Ukraina menolak laporan media bahwa dia mendapat tekanan yang semakin besar untuk mempertimbangkan negosiasi dengan Rusia.

"Saat ini, tidak ada seorangpun di antara para pemimpin Uni Eropa, AS, dan negara-negara lain –mitra kami– yang memberikan tekanan kepada kami untuk duduk berunding dengan Rusia, dan memberikan sesuatu kepada Rusia. Hal ini tidak akan terjadi," tegasnya.

Presiden Putin telah berulang kali mengklaim bahwa serangan balasan Ukraina gagal, sementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pekan ini bahwa Kyiv kalah perang meskipun ada pasokan senjata baru dari sekutu NATO.

Terkait perkembangan lainnya, intelijen pertahanan Inggris menyebutkan dalam laporan terbarunya pada Sabtu bahwa Rusia kemungkinan kehilangan sekitar 200 kendaraan lapis baja selama serangannya di Kota Avdiivka di Donbas, Ukraina timur.

"Masuk akal bahwa Rusia telah menderita beberapa ribu korban personel di sekitar kota tersebut sejak awal Oktober 2023. Kepemimpinan Rusia terus menunjukkan kesediaan untuk menerima kehilangan banyak personel demi keuntungan teritorial yang kecil," ujar laporan itu.

Rusia dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan berusaha menyerang wilayah timur dan timur laut Ukraina - namun militer Ukraina mengklaim semua serangan berhasil ditepis.


Sekutu Mulai Lelah?

Rusia Serang Ukraina
Menurut Zelenskyy, Rusia tahu wilayah itu merupakan area warga sipil. Ini menjadi serangan yang paling mematikan di wilayah tersebut sejak perang dilancarkan Rusia. (AP Photo/Alex Babenko)

Serangan balasan Ukraina di selatan sejauh ini dilaporkan hanya menghasilkan sedikit kemajuan, memicu kekhawatiran akan kelelahan akibat perang di antara sekutu-sekutu Barat di Kyiv sekaligus dugaan meningkatnya keengganan di beberapa negara untuk terus memberikan senjata canggih dan dana kepada Ukraina.

Dalam perkembangan terpisah pada Sabtu, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mengonfirmasi bahwa tentara Ukraina dari Brigade Penyerang Gunung ke-128 "Zakarpattia (Transcarpathia)" tewas, dan memerintahkan penyelidikan penuh atas apa yang dia gambarkan sebagai tragedi.

Dia tidak menyebutkan berapa banyak tentara yang tewas. Militer Ukraina menyebut pemicunya adalah serangan rudal Rusia di wilayah selatan Zaporizhzhia pada Jumat (3/11).

Laporan di media Ukraina dan di kalangan blogger militer Rusia sebelumnya menyatakan bahwa lebih dari 20 personel militer Ukraina tewas dalam upacara penghargaan di sebuah desa dekat garis depan.

Militer Ukraina juga mengatakan bahwa pada Sabtu pihaknya berhasil menyerang infrastruktur laut dan pelabuhan dari pabrik pembuatan kapal di Krimea, yang secara ilegal dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.

Kementerian Pertahanan Rusia kemudian dikutip oleh kantor berita pemerintah menyebutkan bahwa 13 dari 15 rudal Ukraina yang ditembakkan ke pabrik di kota Kerch, Krimea timur, ditembak jatuh, namun sebuah kapal Rusia rusak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya