Liputan6.com, Gaza - Jurnalis kembali jadi korban serangan Israel di Gaza. Kali ini Samer Abudaqa dari Al Jazeera. Ia terluka dalam serangan di sebuah sekolah di Khan Younis pada Jumat 15 Desember 2023. Ketika itu ia tengah bersama rekannya, Wael Al-Dahdouh.
Al Jazeera mengatakan Abudaqa meninggal akibat kehabisan darah karena pemboman besar-besaran menghalangi paramedis untuk menjangkaunya.
Baca Juga
Menurut Al Jazeera, Dahdouh terkena pecahan peluru di lengan atasnya dan berhasil berjalan ke rumah sakit Nasser untuk perawatan.
Advertisement
Jurnalis Samer Abudaqa juga menderita luka akibat pecahan peluru, namun paramedis kesulitan mencapainya karena daerah tersebut berada di bawah pemboman besar-besaran dari pasukan Israel.
Al Jazeera mengatakan juru kamera tersebut "dibiarkan mati kehabisan darah selama lebih dari lima jam," dan menambahkan bahwa Israel bertanggung jawab karena menargetkan jurnalis dan keluarga mereka.
Samer Abudaqa bergabung dengan Al Jazeera pada bulan Juni 2004, bekerja sebagai juru kamera dan editor. Dia memiliki tiga putra dan seorang putri, dan tinggal di Kota Abasan al-Kabira dekat Khan Younis, Gaza.
Jaringan berita yang berbasis di Qatar, Al Jazeera mengatakan telah merujuk kasus tersebut ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Diposting di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, pihak Al Jazeera menyebut kematian Abudaqa sebagai sebuah "pembunuhan", dan mengatakan bahwa pengajuan hukumnya ke ICC akan mencakup serangan berulang kali terhadap kru jaringan yang bekerja di wilayah Palestina.
Al Jazeera mengatakan Samer Abudaqa adalah wartawan ke-13 yang meninggal saat bertugas sejak media tersebut dibentuk pada tahun 1996.
Pidato Menyentuh
Rekan Samer Abudaqa, Dahdouh, selamat dari serangan tersebut meski kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam pemboman Israel sebelumnya.
Dalam pidatonya di pemakaman rekannya tersebut, Dahdouh mengatakan jurnalis di Gaza akan "terus melakukan tugas kami dengan profesionalisme dan transparansi".
Pada pemakaman untuk juru kamera Al Jazeera yang terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak Israel di Gaza, Samer Abudaqa, ia menyampaikan pesan menyentuh.
Dahdouh mengatakan bahwa para jurnalis di Gaza membawa "pesan kemanusiaan dan mulia" bagi dunia di tengah perang yang sedang berlangsung dan akan terus bekerja meskipun ada serangan Israel.
Pemakaman dan Tangis Haru Melepasnya
Adapun jurnalis Al Jazeera Samer Abudaqa yang berusia 45 tahun dimakamkan di Gaza selatan, dan puluhan pelayat, termasuk jurnalis, memberikan penghormatan kepada juru kamera yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel.
Pemakaman diadakan pada hari Sabtu (16/12) di Kota Khan Younis. Keluarga, teman, dan kolega Abudaqa mengucapkan selamat tinggal sambil menangis saat jenazahnya diturunkan ke tanah.
Abudaqa, juru kamera Al Jazeera Arab di Gaza, ditembak saat melaporkan di sekolah Farhana di Khan Younis. Rekannya, koresponden Arab Al Jazeera Wael Dahdouh, yang kehilangan istri, putra, putri dan cucunya dalam pemboman Israel sebelumnya, terluka.
Advertisement
Sosok Profesional hingga 64 Jurnalis Sudah Terbunuh Sejak Pecah Konflik 7 Oktober 2023
Redaktur pelaksana Al Jazeera, Mohamed Moawad, menggambarkan Abudaqa sebagai "seorang profesional yang terampil namun berjiwa welas asih yang memahami kekuatan penceritaan visual".
"Komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran dan penyampaian cerita telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di tim kami," kata Mohamed Moawad di X.
Menurut Committee to Protect Journalists (CPJ) atau Komite Perlindungan Jurnalis, setidaknya 64 jurnalis – sebagian besar warga Palestina – telah terbunuh sejak konflik Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober.
Foreign Press Association (FPA) atau Asosiasi Pers Asing yang mewakili beberapa ratus jurnalis yang bekerja untuk organisasi berita internasional, mengatakan pihaknya berduka atas kematian juru kamera tersebut. mengatakan dia adalah anggota FPA pertama yang terbunuh dalam konflik Israel-Gaza.
"Kami menganggap ini sebagai pukulan besar terhadap kebebasan pers yang sudah terbatas di Gaza dan menyerukan kepada tentara untuk segera melakukan penyelidikan dan penjelasan."
Penembak Jitu Israel Dilaporkan Bunuh 2 Wanita, Ibu dan Anak di Gereja Gaza
Sementara itu, seorang penembak jitu Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel atau tentara Israel dilaporkan menembak dan membunuh dua wanita di dalam Holy Family Parish (Paroki Keluarga Kudus) di Gaza pada Sabtu 16 Desember 2023. Demikian menurut Patriarkat Latin Yerusalem, yang mengawasi Gereja-Gereja Katolik di Siprus, Yordania, Israel, Gaza dan Tepi Barat.
"Mayoritas keluarga Kristen di Gaza telah mengungsi di paroki tersebut sejak dimulainya perang," kata patriarkat tersebut dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Minggu (17/12/2023).
Kedua wanita tersebut, yang digambarkan sebagai ibu dan anak perempuannya, sedang berjalan menuju Sister’s Convent (Biara Suster), kata pihak patriarkat. "Satu orang tewas ketika dia mencoba membawa yang lainnya ke tempat aman," tambahnya.
Tujuh orang lainnya juga tertembak dan terluka dalam serangan itu.
"Tidak ada peringatan yang diberikan, tidak ada pemberitahuan yang diberikan," lanjut pernyataan itu.
"Mereka ditembak dengan kejam di dalam lingkungan paroki, di mana tidak ada pihak yang berperang."
Patriarkat tersebut mengatakan bahwa tank-tank IDF juga menargetkan Convent of the Sisters of Mother Theresa, (Biara Suster Bunda Theresa), yang menampung 54 penyandang disabilitas dan merupakan bagian dari kompleks gereja. Generator gedung, satu-satunya sumber listrik saat ini, serta sumber bahan bakar, panel surya, dan tangki air juga hancur.
"Roket IDF telah membuat biara itu tidak bisa dihuni," jelas patriarkat itu dalam pernyataannya.
Advertisement