Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel bahwa melancarkan serangan militer ke Kota Rafah di Gaza Selatan tanpa perencanaan yang tepat akan menjadi bencana.
Gedung Putih menegaskan pihaknya tidak akan mendukung rencana operasi besar apa pun di Rafah tanpa mempertimbangkan pengungsi di sana. Pernyataan tersebut muncul sehari setelah pemimpin Israel mengatakan militer telah diberitahu agar bersiap beroperasi di Rafah.
Baca Juga
Ratusan ribu warga Palestina di Jalur Gaza telah melarikan diri ke Rafah untuk menghindari perang Hamas Vs Israel.
Advertisement
"Militer Israel mempunyai kewajiban khusus ketika mereka melakukan operasi di sana atau di mana pun untuk memastikan bahwa mereka mempertimbangkan perlindungan bagi kehidupan sipil yang tidak bersalah," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Kamis (8/2/2024), seperti dilansir BBC, Jumat (9/2). "Operasi militer saat ini akan menjadi bencana bagi orang-orang tersebut dan itu bukanlah sesuatu yang kami dukung."
Kirby mengaku AS belum melihat adanya indikasi Israel akan melancarkan operasi besar di Rafah dalam waktu dekat.
Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Vedant Patel menggemakan komentar Kirby, dengan mengatakan, "Kami (AS) tidak akan mendukung upaya seperti ini tanpa perencanaan yang serius dan kredibel karena berkaitan dengan lebih dari satu juta orang yang berlindung di sana, serta tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap bantuan kemanusiaan dan keamanan keberangkatan warga negara asing."
Ketika ditanya BBC ke mana pengungsi di Rafah harus pergi jika terjadi operasi semacam itu, Patel mengatakan, "Itu adalah pertanyaan sah yang kami yakini harus dijawab oleh Israel."
"Kami tidak berhak menentukan hal-hal ini tetapi apa yang sebenarnya Anda sampaikan adalah mengapa penting untuk memastikan operasi ini dipikirkan sepenuhnya, terutama di wilayah di mana terdapat lebih dari satu juta orang yang mengungsi."
Peringatan yang Jelas bagi Israel?
Jarang sekali AS, sekutu utama dan pendukung militer Israel, berbicara tentang tahap serangan militer Israel di Jalur Gaza. Untuk itu, pernyataan kali ini dinilai merupakan peringatan yang jelas.
AS mengirimkan sekitar USD 3,8 miliar bantuan militer ke Israel setiap tahun, menjadikannya sebagai penerima pendanaan semacam itu yang terbesar di dunia.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 27.800 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 dan setidaknya 67.000 lainnya terluka. Ada pun sekitar 1.300 orang diklaim tewas di Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Advertisement
Mengerikan
Sejauh ini tidak ada wilayah Jalur Gaza yang luput dari serangan Israel. Rafah sendiri yang terletak di perbatasan dengan Mesir, kini menampung 1,5 juta orang – lebih dari separuh populasi Jalur Gaza – yang bertahan dalam kondisi kemanusiaan yang mengerikan.
"Mereka tinggal di tempat penampungan darurat yang penuh sesak, dalam kondisi yang tidak sehat, tanpa air bersih, listrik, dan persediaan makanan yang memadai," demikian pernyataan Sekjen PBB Antonio Guterres pada Kamis.
"Kami jelas mengutuk tindakan mengerikan Hamas. Kami juga jelas mengutuk pelanggaran hukum kemanusiaan internasional di Gaza."