Liputan6.com, Tel Aviv - Israel mengatakan kepada empat negara Eropa pada hari Senin (25/3/2024), rencana mereka untuk mengupayakan pengakuan negara Palestina merupakan hadiah bagi terorisme yang akan mengurangi kemungkinan negosiasi penyelesaian konflik antara negara bertetangga.
Spanyol mengatakan pada hari Jumat (22/3) bahwa atas nama perdamaian Timur Tengah, pihaknya telah sepakat dengan Irlandia, Malta, dan Slovenia untuk mengambil langkah pertama menuju pengakuan kenegaraan yang dideklarasikan oleh Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel dan di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (27/3).
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Kisah Malang Mazyouna di Gaza, Wajahnya Hancur oleh Roket Israel dan Dilarang Mendapat Perawatan
Jalur Gaza telah lama berada di bawah kekuasaan kelompok Hamas, yang menolak perdamaian dengan Israel. Saat ini, Hamas dan Israel tengah berperang di Jalur Gaza menyusul serangan yang dilakukan kelompok itu ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
Advertisement
"Pengakuan atas negara Palestina setelah pembantaian 7 Oktober mengirimkan pesan kepada Hamas dan organisasi teroris Palestina lainnya bahwa serangan teror yang mematikan terhadap warga Israel akan dibalas dengan isyarat politik terhadap Palestina," ujar Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz via platform X alias Twitter.
"Resolusi konflik hanya akan mungkin terjadi melalui negosiasi langsung antar pihak. Setiap keterlibatan dalam pengakuan Negara Palestina hanya akan menjauhkan pencapaian resolusi dan meningkatkan ketidakstabilan regional."
Dia tidak merinci resolusi seperti apa yang dimaksudnya. Israel, yang pemerintahan koalisinya mencakup kelompok sayap kanan pro-pemukiman, telah lama menyampingkan Negara Palestina. Hal ini menyebabkan mereka berselisih dengan negara-negara Barat yang mendukung tujuan mereka mengalahkan Hamas, namun menginginkan cetak biru diplomasi pasca perang.