Modi Klaim Menang Pemilu, Pimpin India untuk Ketiga Kalinya

Kemenangan Modi merupakan kedua kalinya seorang pemimpin India mempertahankan kekuasaannya untuk masa jabatan ketiga setelah Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama negara itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Jun 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2024, 09:00 WIB
Narendra Modi.
Perdana Menteri India Narendra Modi (Dok. AP)

Liputan6.com, New Delhi - Perdana Menteri Narendra Modi hari Selasa (4/6/2024) mendeklarasikan kemenangan aliansinya dalam pemilu India, mengklaim mandat untuk meneruskan agendanya.

"Kemenangan hari ini adalah kemenangan negara demokrasi terbesar di dunia," kata Modi kepada massa di markas besar partainya, seraya mengatakan para pemilih di India telah menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap partainya dan koalisi Aliansi Demokratik Nasional (NDA), seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (5/6).

Hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum India menunjukkan NDA memenangkan 286 kursi, lebih banyak dari 272 kursi yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas, namun jauh lebih sedikit dari yang diharapkan.

Untuk pertama kalinya sejak Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Modi meraih kekuasaan pada tahun 2014, partai tersebut tidak mendapatkan mayoritas dengan sendirinya, dan memenangkan hanya 240 kursi —- jauh lebih sedikit dari rekor 303 kursi yang dimenangkannya pada pemilu India 2019.

Hal itu berarti Modi akan membutuhkan dukungan dari partai-partai lain dalam koalisinya – sebuah pukulan besar bagi pria berusia 73 tahun tersebut, yang mengharapkan kemenangan telak.

"Partai tersebut sekarang mungkin sangat bergantung pada niat baik sekutu-sekutunya, yang membuat mereka menjadi pemain penting yang kita perkirakan akan mengambil keuntungan dari hal tersebut, baik dalam hal pembuatan kebijakan maupun pembentukan pemerintahan," kata Direktur Program Asia Selatan di Carnegie Endowment for International Peace Milan Vaishnav.

Lebih dari 640 juta suara diberikan dalam pemilu India yang diadakan selama enam minggu, menandai pelaksanaan demokrasi terbesar di dunia.

 

Modi mengatakan akan memenuhi janji pemilunya untuk mengubah perekonomian India menjadi terbesar ketiga di dunia dari posisi kelima saat ini.

Selain itu, dia mengklaim akan memajukan produksi pertahanan India, meningkatkan lapangan kerja bagi kaum muda, meningkatkan ekspor dan membantu petani, serta banyak hal lainnya.

"Negara ini akan melihat babak baru dalam pengambilan keputusan besar. Ini adalah jaminan Modi," ujar Modi.

Banyak kebijakan nasionalis Hindu yang Modi terapkan selama 10 tahun terakhir juga akan tetap berlaku.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengubah Arus

Perdana Menteri India Narendra Modi saat peresmian Kuil Ram di Kota Ayodhya.
Perdana Menteri India Narendra Modi saat peresmian Kuil Ram di Kota Ayodhya. (Dok. X/@narendramodi)

Ucapan selamat untuk Modi datang dari para pemimpin negara-negara regional termasuk negara tetangga Nepal dan Bhutan, sementara Amerika Serikat (AS) memuji India atas proses demokrasinya yang dinamis.

Dalam 10 tahun masa kekuasaannya, Modi telah mengubah lanskap politik India, membawa nasionalisme Hindu, yang pernah menjadi ideologi pinggiran di negara itu, menjadi arus utama sekaligus membuat negara terpecah belah.

Para pendukungnya memandangnya sebagai pemimpin yang kuat yang telah meningkatkan posisi India di dunia. Para pengkritik dan penentangnya mengatakan bahwa politik yang menganut paham Hindu pertama (Hindu first politics) telah melahirkan intoleransi, sementara perekonomian, salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia, menjadi semakin tidak setara.

Popularitas Modi telah melampaui popularitas partainya selama dua masa jabatan pertamanya dan dia disebut mengubah pemilu parlemen menjadi lebih mirip kampanye gaya presidensial.

"Modi bukan hanya juru kampanye utama, tapi satu-satunya juru kampanye pemilu ini," kata pakar kebijakan publik Yamini Aiyar.

Di bawah pemerintahan Modi, para pengkritik mengatakan demokrasi India berada di bawah tekanan yang semakin besar akibat taktik senjata ampuh yang digunakan untuk menundukkan lawan politik, menekan media independen, dan meredam perbedaan pendapat. Pemerintah menolak tuduhan tersebut dan mengatakan demokrasi sedang berkembang.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya