Wanita Prancis Gugat Perusahaannya Sendiri karena Tetap Digaji Tanpa Bekerja

Rupanya, wanita tersebut diperlakukan berbeda oleh perusahaan karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Jun 2024, 20:40 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2024, 20:40 WIB
Contoh ilustrasi orang-orang sedang berkerja setelah tidur siang
Jika kamu ingin meningkatkan kecerdasan otak, kamu bisa melakukan tidur siang dengan lama tidur dan jam yang direkomendasikan oleh para peneliti berikut ini. (Foto: Unsplash.com/Jason Goodman)

Liputan6.com, Paris - Seorang wanita di Prancis menggugat perusahan telekomunikasi raksasa, tempatnya bekerja, ke pengadilan atas "pelecehan moral dan diskriminasi di tempat kerja" serta menggugat karena telah membayarnya selama 20 tahun tanpa memberi tugas apa pun.

Dilansir Oddity Central, Selasa (18/6/2024), Laurence Van Wassenhove direkrut sebagai pegawai negeri oleh France Telecom pada tahun 1993 sebelum perusahaan tersebut diambil alih oleh Orange.

France Telecom mengetahui bahwa Laurence menderita hemiplegia, kelumpuhan sebagian pada wajah dan anggota badan, sejak lahir dan menderita epilepsi, serta menawarinya posisi yang disesuaikan dengan kondisi medisnya.

Ia pun bekerja sebagai sekretaris di departemen SDM hingga tahun 2002 ketika dia meminta untuk dipindahkan ke wilayah lain di Prancis. Permintaannya pun disetujui, namun tempat kerja barunya tidak disesuaikan dengan kebutuhannya, dan laporan medisnya menyatakan bahwa posisi tersebut tidak cocok terhadap kondisi kesehatannya.

Meski Orange diduga gagal menyesuaikan Laurence dengan posisi kerjanya, perusahaan tersebut lebih memilih untuk membayar gajinya secara penuh selama 20 tahun ke depan, tanpa memberinya pekerjaan apa pun.

Digugat ke Pengadilan

Ilustrasi Pengadilan
Ilustrasi Pengadilan. (Freepik)

Sementara Orange telah berupaya sebaik-baiknya untuk mengabaikan Laurence, perempuan tersebut justru melaporkan situasi tersebut ke pemerintah dan otoritas tinggi atas gugatan diskriminasi.

Pada tahun 2015, seorang mediator yang ditunjuk oleh Orange diberi mandat untuk menyelesaikan situasi tersebut, namun keadaan tidak membaik sama sekali karena perusahaan terus membayarnya tanpa memberikan tugas apa pun kepadanya.

Pengacaranya menyatakan bahwa perusahaan itu berusaha memaksanya untuk berhenti dari pekerjaannya.

"Mereka lebih memilih untuk membayarnya daripada mempekerjakannya," kata pengacara Laurence, seraya menambahkan bahwa perempuan tersebut telah mengajukan pengaduan terhadap perusahaan dan empat manajernya atas "pelecehan moral dan diskriminasi di tempat kerja terkait dengan kondisi kesehatannya."

"Bekerja bagi penyandang disabilitas berarti mendapat tempat di masyarakat, pengakuan, ikatan sosial yang tercipta," kata pengacara perempuan tersebut.

Berharap Akan Mundur

Ilustrasi karyawan, bekerja, suasana kantor
Ilustrasi karyawan, bekerja, suasana kantor. (Photo by Damir Kopezhanov on Unsplash)  

Dalam kasus ini, Laurence secara tidak langsung "disingkirkan" selama 20 tahun dengan harapan dia akan berhenti.

Surat kabar Prancis La Dépêche menghubungi Orange mengenai kasus ini dan perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka telah melakukan segalanya untuk memastikan bahwa perempuan tersebut bekerja dalam kondisi terbaik.

Perusahaan juga mengklaim telah mempertimbangkan "situasi sosial" Laurence dan telah membayar penuh gajinya secara terus menerus, ditambah beberapa bantuan yang tidak dapat dikembalikan.

Lebih jauh, Orange juga rupanya tengah mempertimbangkan posisi yang lebih cocok untuk Lawrence. Namun, hal itu tidak pernah terwujud karena ia sering cuti sakit.

Infografis Mencari Dalang Demo Rusuh Tolak UU Cipta Kerja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Mencari Dalang Demo Rusuh Tolak UU Cipta Kerja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya