Liputan6.com, Los Angeles - Seseorang yang mengalami koma terkadang bisa terbangun setelah berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun setelah ia tidak sadarkan diri, tiba-tiba, entah muncul entah dari mana.
Salah satu kasus terlama adalah kasus Munira Abdulla, seorang wanita yang mengalami koma setelah kecelakaan mobil pada tahun 1991 dan terbangun 27 tahun kemudian.
Tapi apa yang sebenarnya membuat seseorang terbangun dari koma - kondisi tak sadarkan diri yang berkepanjangan?
Advertisement
"Jawaban singkatnya adalah kita tidak benar-benar tahu asalannya," kata Martin Monti, seorang profesor psikologi di UCLA (Universitas California, Los Angeles) yang mempelajari masalah koma. "Inilah sebabnya mengapa Anda masih belum memiliki cukup intervensi untuk membantu orang pulih," kata Monti kepada Live Science yang dikutip pada Sabtu (6/7/2024).
Yang kita tahum gangguan otak seperti cedera, peradangan atau infeksi dapat menyebabkan koma.
Agar seseorang bisa tersadar, otaknya perlu pulih dengan menumbuhkan kembali neuron yang rusak atau memperluas jaringan otak lainnya untuk mengambil alih tugas daerah otak yang mengalami cedera.
Pemulihan fisik jaringan otak ini tidak cukup dengan berjalan sendiri, karena koma juga memperlambat aktivitas otak. "Semuanya menjadi sedikit lebih hening," kata Monti. Jadi, dalam kondisi ini, jaringan otak tidak berkomunikasi dengan efisien seperti biasanya.
Otak mungkin membutuhkan semacam jump start atau dorongan awal untuk kembali aktif dan membuat seseorang tersadar.
"Semua orang mempercayainya, dan itu sangat, sangat masuk akal," kata Monti tentang teori jump-start. "Tapi kami tidak memiliki data yang cukup tentang hal itu,” tambahnya.
Hal yang Memicu Dorongan Awal di Otak
Jadi apa yang berpotensi memicu dorongan yang dibutuhkan di otak?
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan amantadine, "Obat yang dianggap dapat meningkatkan jumlah dopamin di otak," kata Monti.
Obat ini, yang kadang-kadang digunakan untuk penyakit Parkinson, dianggap dapat meningkatkan jumlah dopamin yang dilepaskan oleh neuron sekaligus mencegahnya dari proses daur ulang yang terlalu cepat.
Dopamin adalah pembawa pesan kimiawi, atau neurotransmitter yang sangat penting untuk komunikasi antar jaringan otak, jelas Monti.
Secara khusus, dopamin adalah kunci dalam jaringan yang terlibat dalam kontrol gerakan dan perilaku yang termotivasi.
Orang yang koma memiliki lebih sedikit dopamin yang ada dibandingkan dengan orang yang dalam keadaan sadar, menurut sebuah studi tinjauan tahun 2010 dalam jurnal Medical Hypotheses.
Sebuah studi tahun 2012 di New England Journal of Medicine menemukan bahwa amantadine dapat meningkatkan kesadaran pada orang yang berada dalam kondisi vegetatif atau minimal sadar yang disebabkan oleh cedera otak traumatis.
Penelitian selanjutnya menemukan bahwa amantadine juga membantu pemulihan dari gangguan kesadaran pada mereka yang mengalami cedera otak non-traumatik, yang disebabkan oleh stroke atau tenggelam, misalnya.
Namun, masih tidak ada bukti bahwa obat ini meningkatkan hasil jangka panjang bagi orang-orang yang terbangun dari koma.
"Ada banyak teknik lain yang sudah dicoba dan memiliki tingkat bukti yang berbeda yang mendukung atau tidak," kata Monti. "Semua ini cenderung didasarkan pada prinsip yang sama" yaitu memulai lompatan pada otak.
Advertisement
Menggunakan Pendekatan Lain untuk Membangunkan Orang Koma
Salah satu pendekatan lain adalah dengan stimulasi otak dalam, yang melibatkan pembedahan untuk menanamkan elektroda jauh ke dalam otak untuk mengalirkan sejumlah kecil listrik yang menggairahkan neuron-neuron di sekitarnya.
Stimulasi ini sering kali menargetkan thalamus, wilayah otak yang diperlukan untuk perhatian dan gairah yang sering kali terlibat dalam cedera otak yang menyebabkan koma, menurut sebuah studi tinjauan tahun 2018 dalam jurnal Neurosurgical Focus.
Teknik lain, yang disebut ultrasound terfokus, mencoba sesuatu yang serupa dengan getaran ultrasonik dan tanpa pembedahan.
Stimulasi magnetik adalah teknik non-invasif lain yang dapat merangsang sel-sel jauh di dalam otak.
Agar salah satu dari terapi ini dapat mempercepat kembalinya kesadaran seseorang, struktur otak itu sendiri harus utuh.
Chethan Venkatasubba Rao, direktur medis dari unit perawatan kritis neurosains di Baylor St Luke's Medical Center di Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa pertumbuhan neuron terjadi secara perlahan-lahan, dengan kecepatan sekitar 1 milimeter per minggu atau secepat kuku tumbuh.
"Melalui hal tersebut, kami hanya perlu terus mendukung pasien dan memberikan mereka kesempatan untuk pulih secara maksimal," katanya.
"Ada banyak harapan bagi pasien yang mengalami koma," tambah Rao. "Kita tidak boleh menyerah lebih awal."
Penelitian menunjukkan bahwa terkadang alat bantu hidup pasien mungkin dicabut terlalu cepat. Setelah pulih dari cedera otak awal, biasanya dibutuhkan setidaknya dua minggu untuk mendapatkan kembali kesadaran, katanya. Jarang sekali membutuhkan waktu lebih dari empat minggu.
Bagaimana Jika Mereka Tidak Bangun dari Koma?
Di sisi lain, banyak juga pasien koma yang juga tidak bangun.
Sebagai contoh, Terri Schiavo, seorang wanita di Florida, mengalami henti jantung dan mengalami kondisi vegetatif selama 15 tahun.
Setelah pertarungan hukum yang berkepanjangan antara suami dan keluarganya, selang makanan Terri dicabut pada tahun 2005, dan dia meninggal sekitar dua minggu kemudian pada usia 41 tahun.
Laporan otopsi kemudian menemukan bahwa otaknya berukuran setengah dari ukuran orang seusianya dan mengalami kerusakan parah.
Para ilmuwan tidak memiliki banyak data tentang frekuensi dan penyebab koma, kata Rao, dan dia memperkirakan bahwa persentase mereka yang tidak pernah bangun adalah antara 20% dan 40%.
Namun, sebuah penelitian terhadap orang-orang yang mengalami koma di AS dan Inggris, menemukan bahwa 54% pasien meninggal, 15% bertahan hidup dengan hasil yang buruk, dan 31% bertahan hidup dengan hasil yang baik.
Secara keseluruhan, bagaimana dan mengapa orang terbangun dari koma - baik dengan sendirinya atau dengan bantuan pengobatan atau terapi - sebagian besar masih merupakan misteri.
Dan ketika para ilmuwan semakin dekat untuk memecahkannya, mereka mungkin akan semakin baik dalam membantu menyadarkan orang dari koma, lebih cepat.
Advertisement