Liputan6.com, Jakarta - Laut Sargasso membentang di tengah perairan Samudera Atlantik Utara. Uniknya, kawasan perairan ini tidak menyentuh daratan dan tidak memiliki garis pantai.
Melansir laman IFL Science pada Rabu (17/07/2024), batas perairan Laut Sargasso berupa arus laut, bukan bukan daratan seperti laut pada umumnya. Laut Sargasso dikelilingi oleh empat arus yang menjadi batas wilayah, yaitu arus Atlantik Utara di utara, arus Canary di bagian timur, arus Khatulistiwa Atlantik Utara di selatan, dan arus Antilles di sebelah barat.
Keempat arus yang mengelilingi Laut Sargasso merupakan bagian dari sistem pusaran samudra atau gyre. Keberadaannya ini membuat Laut Sargasso terisolasi dari laut lain di sekitarnya.
Advertisement
Baca Juga
Pusaran samudra yang arusnya mengelilingi Laut Sargasso dikenal sebagai Pusaran Atlantik Utara, atau North Atlantic Gyre. Pusara samudra ini memiliki pergerakan searah jarum jam.
Nama laut ini diambil dari salah satu jenis rumput laut yang hidup di perairan tersebut, yakni Sargassum sp. Rumput laut ini merupakan kumpulan makroalga mengambang dan berwarna coklat kekuningan yang membentuk lingkungan laut unik.
Sargassum bahkan dijuluki sebagai hutan hujan terapung emas yang menjadi habitat, tempat mencari makan dan bertelur, serta migrasi dari berbagai jenis hewan. Laut Sargasso dikenal sebagai perairan tenang, dengan suhu air yang cenderung hangat.
Melansir Atlas Obscura pada Rabu (17/07/2024), lokasi geografi unik Laut Sargasso membuatnya terlihat indah dengan perairan jernih berwarna biru gelap, yang tembus pandang hingga kedalaman 200 kaki atau sekitar 60 meter. Sayangnya, kondisi ini juga membuat sampah-sampah laut berkumpul di Laut Sargasso.
Sampah tersebut kebanyakan merupakan sampah plastik dan mikroplastik yang terbawa arus dan terjebak di perairan Sargasso yang tenang.
Tingkat Salinitas
Selain tidak menyentuh daratan dan garis pantai, Laut Sargasso memiliki tingkat salinitas yang tinggi. Laut Sargasso merupakan wilayah laut paling asin di wilayah Atlantik Utara.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya salinitas Laut Sargasso. Suhu laut yang tinggi menyebabkan tingkat evaporasi di Laut Sargasso juga tinggi.
Selain itu, lokasinya yang terisolasi dari daratan membuat laut Sargasso hampir tidak memiliki jalur masuk air tawar yang dapat mengurangi tingkat keasinannya. Laut ini jauh dari sungai-sungai daratan maupun air dari es yang mencair.
Walau memiliki salinitas yang tinggi dan jauh dari daratan, Laut Sargasso ternyata menjadi rumah bagi berbagai spesies hewan. Hal ini tentu tak lepas dari melimpahnya jumlah rumput laut sargassum di Laut Sargasso.
Rumput laut yang mengapung seperti rakit tersebut menyediakan perlindungan dan bahan makanan bagi berbagai hewan di dalamnya. Dilansir National Ocean Service pada Rabu (17/07/2024), bagi berbagai spesies hewan terancam punah seperti belut Amerika, ikan marlin putih, dan hiu porbeagle, sargassum di Laut Sargasso merupakan lokasi berkembang biak.
Spesies-spesies penyu laut yang terancam punah seperti penyu hijau, penyu sisik, penyu tempayan dan penyu kempi juga berlindung di laut Sargasso. Anak-anak penyu yang baru menetas, tinggal dan berlindung di rumput sargassum, serta menjadikannya sebagai sumber makanan.
Laut Sargasso juga menjadi jalur migrasi yang menguntungkan. Hewan-hewan yang bermigrasi seperti ikan tuna, burung, beberapa spesies hiu dan pari bergantung pada Laut Sargasso. Laut tenang ini menjadi salah satu penyedia makanan bagi mereka.
Hewan lain yang juga ditemukan tinggal dan berlindung di sargassum laut Sargasso adalah spesies udang-udangan, kepiting, dan ikan.
Advertisement
Laut Sargasso dalam Catatan Colombus
Laut Sargasso pertama kali ditemukan Colombus, kawasan ini disebutkan dalam catatan harian ekspedisinya pada 1492. Ketika mendapati Sargassum, Columbus menceritakan bahwa ia bersama kru kapalnya yang sedang terdampar di lautan selama tiga hari karena kondisi tak berangin.
Mereka ketakutan, pasalnya umput laut merupakan salah satu tanda kapal sudah berada dekat dengan daratan. Kenyataannya, tak ada daratan di sekitar mereka.
Kondisi ini pun membuat mereka khawatir, lantaran tumbuhan tersebut berpotensi menjerat dan menyeret mereka ke bawah air.
Catatan Columbus dan krunya ini diceritakan secara turun temurun. Karena itu, banyak orang yang menganggap bahwa Laut Sargasso sebagai tempat yang berbahaya dan misterius.
(Tifani)