Rusia Berlakukan Keadaan Darurat di Kursk Pasca Serangan Lintas Batas Ukraina

Serangan Ukraina ke wilayah Rusia sangat jarang terjadi sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Agu 2024, 12:44 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2024, 12:44 WIB
Perang Rusia - Ukraina
Dalam foto yang disediakan oleh Layanan Darurat Ukraina, petugas pemadam kebakaran memeriksa lokasi serangan rudal Rusia yang menghantam sebuah hotel di Kharkiv, Ukraina, Rabu (10/1/2024). Dua rudal Rusia menghantam hotel tersebut dan melukai 11 orang. (Ukrainian Emergency Service via AP)

Liputan6.com, Moskow - Situasi darurat diberlakukan di Kursk, Rusia, setelah serangan lintas batas oleh pasukan Ukraina. Hal tersebut dikonfirmasi penjabat gubernur wilayah tersebut, Alexey Smirnov.

"Situasi saat ini di wilayah perbatasan Kursk sulit. Saya telah membuat keputusan untuk memberlakukan situasi darurat di Wilayah Kursk mulai 7 Agustus untuk menghilangkan konsekuensi dari infiltrasi pasukan musuh," tulisnya di saluran Telegram miliknya, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Kamis (8/8/2024).

Smirnov menuturkan lebih lanjut dia akan secara pribadi mengoordinasikan pusat manajemen krisis hingga situasi tenang.

"Saya menjaga situasi tetap terkendali. Saya berkomunikasi dengan penegak hukum dan pusat federal. Semua tindakan yang diperlukan sedang diambil untuk memastikan keamanan penduduk wilayah ini."

Menurut pemerintah daerah, beberapa ribu orang dievakuasi, di mana lebih dari 600 orang ditampung di pusat-pusat akomodasi sementara.

Pada Selasa (6/8), Kursk, mendapat serangan besar-besaran dari Ukraina.

Pasukan pertahanan udara Rusia dilaporkan berhasil menembak jatuh 26 pesawat nirawak Ukraina dan beberapa rudal di wilayah tersebut.

Pejabat Rusia menyebutkan bahwa sedikitnya lima warga sipil tewas dan 31 orang terluka, enam di antaranya anak-anak, sejak dimulainya serangan. Laporan BBC menyatakan bahwa pihak Rusia pada Selasa pagi mengatakan, hingga 1.000 tentara Ukraina, 11 tank, dan lebih dari 20 kendaraan tempur lapis baja memasuki Rusia di dekat Kota Sudzha.

Pertempuran dilaporkan terjadi di sejumlah desa sepanjang hari Selasa, dengan otoritas setempat mendesak penduduk untuk membatasi pergerakan mereka dan semua acara publik dibatalkan.

Ukraina belum memberikan pernyataan resmi dan seberapa dalam serangan tersebut juga belum jelas.

 

Pernyataan Menantang Anggota Parlemen Ukraina

Pada Rabu malam, anggota parlemen Ukraina Oleksiy Honcharenko mengklaim pasukan Ukraina telah menguasai pusat gas Sudzha, fasilitas gas utama yang terlibat dalam transit gas alam dari Rusia ke Uni Eropa melalui Ukraina, yang terus berlanjut meskipun terjadi perang. Itu adalah satu-satunya titik masuk gas Rusia ke Uni Eropa.

Meskipun klaim tersebut belum diverifikasi, komentar Honcharenko adalah konfirmasi pertama tentang serangan ke wilayah Rusia oleh pejabat Ukraina.

Rusia sendiri mengaku bahwa upaya untuk menerobos perbatasan negara digagalkan.

Berbicara kepada BBC Newshour, Honcharenko menambahkan bahwa "dari sudut pandang militer, kami mencoba mengambil kembali inisiatif."

"Kami menunjukkan kepada dunia bahwa dunia tidak perlu takut dengan eskalasi atau reaksi (Vladimir) Putin. Tidak ada reaksi," ujarnya.

"Untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, wilayah Rusia yang diakui secara internasional diduduki dan Putin tidak [beralih] ke nuklir dan sebagainya."

Dia mengatakan pula serangan itu juga akan memaksa Rusia untuk memindahkan pasukan ke wilayah tersebut dan diharapkan dapat mengurangi jumlah serangan yang dapat dilakukannya di Ukraina timur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya