Joe Biden Ragu Transisi Pemerintahan Berjalan Damai Jika Donald Trump Kalah Pemilu AS 2024

Presiden AS Joe Biden menyatakan ketidakpastiannya mengenai proses transisi pemerintahan yang damai jika Donald Trump kalah dalam pemilu presiden 2024.

oleh Tim Global diperbarui 09 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2024, 13:00 WIB
Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump terlihat saat debat calon presiden (capres) yang disiarkan CNN di Atlanta pada 27 Juni 2024. (Will Lanzoni/CNN)
Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump terlihat saat debat calon presiden (capres) yang disiarkan CNN di Atlanta pada 27 Juni 2024. (Will Lanzoni/CNN)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan keraguannya mengenai proses transisi pemerintahan yang damai jika kandidat Partai Republik, Donald Trump, kalah dalam pemilu presiden yang akan datang pada 5 November 2024.

Pernyataan ini disampaikan Biden dalam wawancara eksklusif dengan CBS News pada Rabu (7/8).

"Jika Trump kalah, saya tidak yakin sama sekali," ujar Biden ketika ditanya apakah dia berpikir akan ada proses transisi pemerintahan yang damai setelah pemilu AS 2024.

Biden menambahkan, "Dia serius tentang apa yang dia katakan. Kami tidak menganggapnya demikian, tetapi dia serius tentang itu. Semua hal jika mereka kalah, akan ada pertumpahan darah."

Dilansir VOA Indonesia, Kamis (8/8/2024), pernyataan Biden ini merujuk pada komentar Trump saat berkampanye di Ohio pada bulan Maret lalu.

Saat itu, Trump memperingatkan akan ada pertumpahan darah jika dia gagal memenangkan pemilu AS kali ini.

Trump menyampaikan peringatan tersebut saat mendiskusikan perlunya melindungi industri otomotif AS dari kompetisi internasional. Trump kemudian menambahkan bahwa istilah "pertumpahan darah" yang dia gunakan merujuk pada industri otomotif.

 

 

Trump Klaim Kemenangan di Pemilu 2020

FOTO: Donald Trump dan Deretan Presiden AS yang Hanya Menjabat Satu Periode
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba dalam acara National Prayer Breakfast di Washington, 7 Februari 2019. Presiden AS ke-45 yang kontroversial ini menjabat pada 2017 hingga 2020, sebelum akhirnya kini digantikan oleh Joe Biden. (Photo by Brendan Smialowski/AFP)

Sebelumnya, Trump tanpa bukti mengklaim kemenangan pada pemilu tahun 2020 ketika melawan Biden. Klaim ini kemudian memicu tuntutan kriminal di Washington dan Georgia karena Trump diduga secara ilegal berupaya mengubah hasil pemilu.

Situasi politik semakin memanas setelah Biden memutuskan mundur dari pencalonan pada bulan lalu. Keputusan ini diambil setelah para koleganya di Partai Demokrat memintanya untuk mundur menyusul penampilan debat yang buruk melawan Trump, yang memunculkan pertanyaan mengenai kondisi kesehatan dan usia presiden dari Partai Demokrat itu.

Kamala Harris Jadi Calon Partai Demokrat

Kamala Harris Pilih Tim Walz Sebagai Pasangan Cawapres AS
Walz merupakan seorang veteran Garda Nasional Angkatan Darat AS berusia 60 tahun dan mantan guru. (AP Photo/Matt Rourke)

Setelah Biden mundur, Wakil Presiden Kamala Harris meraih nominasi Partai Demokrat dan kini berkompetisi melawan Trump. Harris diharapkan mampu membawa perubahan dan stabilitas dalam situasi politik yang semakin memanas menjelang pemilu.

Dengan ketidakpastian yang meliputi proses transisi pemerintahan, perhatian publik kini tertuju pada bagaimana kedua kandidat akan mengelola situasi ini untuk memastikan pemilu berjalan dengan damai dan demokratis.

Infografis Pelantikan Presiden AS Joe Biden & Wapres Kamala Harris. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pelantikan Presiden AS Joe Biden & Wapres Kamala Harris. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya