Pejabat Anti-Korupsi Pemimpin Penyelidikan Skandal Tas Dior Ibu Negara Korea Selatan Tewas, Ada Pesan Bunuh Diri

Pejabat anti-korupsi yang memimpin penyelidikan terhadap ibu negara Korea Selatan Kim Keon Hee ditemukan tewas di apartemennya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Agu 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2024, 15:15 WIB
Ibu Negara Korea Selatan Kim Keon-hee
Kim Keon Hee, ibu negara Korea Selatan yang dilaporkan terjerat skandal kasus tas mewah Dior. (Sumber: YouTube/Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Seoul - Seorang pejabat senior dari Badan Anti-Korupsi Korea Selatan, yang telah mempelopori penyelidikan penting dan sensitif secara politik yang melibatkan ibu negara Kim Keon Hee dan mantan pemimpin oposisi Lee Jae-myung, ditemukan tewas pada hari Kamis (8/8/2024).

Mengutip koreaherald Sabtu (10/8), disebutkan bahwa pejabat tersebut ditemukan tewas di apartemennya di Kota Sejong dengan pesan bunuh diri hari Kamis (8/8) sekitar pukul 9:50 pagi oleh seseorang yang mengunjungi apartemen tersebut karena si pejabat tidak masuk kerja atau menjawab panggilan.

Polisi sedang menyelidiki keadaan pasti kematian tersebut.

Menurut Anti-Corruption and Civil Rights Commission (ACRC) atau Komisi Anti-Korupsi dan Hak Sipil yang dikelola negara, pejabat tersebut telah menjabat sebagai penjabat direktur biro Anti-Korupsi ACRC dan bertanggung jawab untuk mengawasi berbagai kebijakan dan penyelidikan integritas hingga baru-baru ini.

Pejabat tersebut menangani kasus-kasus yang sensitif secara politik, termasuk penggunaan helikopter oleh pemimpin oposisi Lee Jae-myung setelah ia diserang dengan pisau pada bulan Januari.

Pejabat senior tersebut juga terlibat dalam pemeriksaan tuduhan terhadap ibu negara Korea Selatan Kim Keon Hee, yang dituduh menerima tas tangan mewah Christian Dior senilai 3 juta won atau sekitar Rp35 juta secara tidak sah.

Pada bulan Juni, ACRC menutup kasus "skandal tas tangan mewah" setelah panelnya meninjau apakah penerimaan tas mewah tersebut relevan dengan tugas resmi Presiden Yoon Suk Yeol atau apakah tas tersebut harus diklasifikasikan sebagai catatan kepresidenan.

Badan Anti-Korupsi negara menetapkan bahwa tidak ada pelanggaran undang-undang Anti-Korupsi terkait skandal tas Dior, karena tidak ada klausul hukuman bagi pasangan pejabat publik.

Namun, peninjauan ini dan keputusan selanjutnya memberikan tekanan yang signifikan pada pejabat tersebut.

 

Pejabat yang Bunuh Diri Mendapat Tekanan?

Ilustrasi bendera negara Korea Selatan.
Ilustrasi bendera negara Korea Selatan. (Photo by Daniel Bernard on Unsplash)

Menurut outlet pemberitaan JTBC, pejabat tersebut mengungkapkan dalam panggilan telepon baru-baru ini dengan seorang teman bahwa pejabat senior ACRC telah menekannya untuk menutup kasus tersebut meskipun ia keberatan, dengan menyatakan, "Saya merasakan tekanan psikologis yang sangat besar."

Pada hari Selasa (6/8), pejabat tersebut mengirim pesan Kakao Talk kepada seorang kenalan dengan mengatakan, "Saya merasa kewalahan secara psikologis, saya minta maaf karena telah mengecewakan baru-baru ini. Ini benar-benar sulit," menurut laporan lokal.

Bulan lalu, pejabat tersebut juga muncul di sidang parlemen untuk menjawab pertanyaan dari anggota parlemen.

Awal Mula Skandal Tas Dior yang Menyeret Ibu Negara Korea Selatan

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersama istrinya Kim Keon-hee di Seoul. (AP)
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersama istrinya Kim Keon Hee di Seoul. (AP)

Ibu negara Korea Selatan (Korsel) Kim Keon Hee jadi sorotan karena disebut menerima tas mewah Dior seharga 3 juta won (sekitar Rp35 juta) sebagai hadiah untuknya.

Laporan Channel News Asia yang dikutip Kamis (25/1/2024) menyebut rekaman kamera tersembunyi yang memperlihatkan ibu negara Korea Selatan menerima tas Dior sebagai hadiah telah menjerumuskan Presiden Yoon Suk Yeol dan partainya ke dalam kontroversi, yang mungkin mengancam upaya mereka untuk merebut kembali mayoritas parlemen dalam pemilu Korsel pada bulan April.

Beberapa anggota People Power Party (PPP) atau Partai Kekuatan Rakyat yang merupakan partai konservatif Yoon telah mendesak presiden dan istrinya, Kim Keon Hee, untuk meminta maaf atas insiden yang dijuluki oleh media lokal sebagai Dior bag scandal (skandal tas Dior) dan mengakui bahwa menerima tas itu tidak pantas, seraya berharap upaya tersebut dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Kantor Presiden Korea Selatan saat itu mengatakan tidak memiliki informasi untuk dibagikan. Sejauh ini Presiden Yoon Suk Yeol memilih untuk tetap diam.

Kendati demikian, pemimpin partai PPP menyatakan mengundurkan diri karena perbedaan pendapat dengan  beberapa anggota. Para analis menyebut Yoon berisiko menciptakan titik api yang pada akhirnya dapat merugikan PPP pada pemilu 10 April.

"Ini adalah sebuah bom politik," kata Rhee Jong-hoon, seorang analis politik. "Risiko Kim Keon Hee akan semakin besar."

Yoon memenangkan pemilu Korea Selatan dengan kemenangan tipis pada tahun 2022 tetapi PPP yang dipimpinnya merupakan minoritas di parlemen, yang dikendalikan oleh saingannya, Partai Demokrat.

Analis Sebut Ibu Negara Melanggar UU Suap

Sosok Kim Keon-hee, Ibu Negara Korea Selatan yang Curi Perhatian
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol (R) dan istrinya, Kim Kun-hee (Kim Keon-hee) menghadiri makan malam inagurasi di sebuah hotel di Seoul, 10 Mei 2022. (dok. JEON HEON-KYUN / POOL / AFP)

Para analis mengatakan ketika Kim Keon Hee, sebagai pasangan seorang pejabat pemerintah, menerima tas tersebut, yang diberi label harga 3 juta won, dia mungkin telah melanggar undang-undang anti-suap.

Para pendukung presiden mengatakan Kim adalah korban dari rencana ilegal untuk menjebaknya dan kampanye kotor.

Kasus ini muncul pada November 2023 lalu, ketika saluran YouTube menayangkan klip video yang direkam secara diam-diam oleh seorang pendeta keturunan Korea-Amerika dengan kamera tersembunyi saat dia mengunjungi Kim dan menyerahkan tas tangan kepadanya.

Pendeta Abraham Choi, yang telah terlibat dalam pertukaran keagamaan dengan Korea Utara dan merupakan penganjur keterlibatan dengan Pyongyang, mengatakan bahwa dia awalnya meminta pertemuan dengan Kim karena keprihatinannya terhadap kebijakan garis keras Yoon terhadap Korea Utara.

Choi mengatakan meskipun Kim adalah seorang kenalan keluarga, tanggapannya terhadap diskusi mengenai kemungkinan hadiah mewah – termasuk kosmetik Chanel yang menurutnya diberikan padanya pada pertemuan pertama mereka – membuatnya percaya bahwa hadiah semacam itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan audiensi.

"Bisa dibilang itu seperti tiket masuk, tiket pertemuan (dengan Kim)," kata Choi kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Selasa 23 Januari.

Kantor Yoon mengatakan tidak memiliki informasi untuk diberikan ketika ditanya tentang klaim Choi.

Seorang pejabat kepresidenan yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Yonhap pekan lalu bahwa Pendeta Abraham Choi sengaja mendekati Kim dengan tujuan membuat film secara ilegal menggunakan koneksi keluarganya, dan bahwa hadiah kepada pasangan tersebut ditangani dan disimpan sebagai milik pemerintah.

Setelah pertemuan pertama, Pendeta Choi mengatakan ia menjadi prihatin dengan peran Kim Keon Hee dalam pemerintahan dan bekerja dengan seorang reporter di saluran YouTube, yang menyiarkan berita dan komentar sayap kiri, untuk memfilmkan Kim menerima tas mahal tersebut pada kunjungan kedua.

"Orang normal kemudian akan berkata, 'Pendeta, saya tidak dapat menemui Anda jika Anda melakukan ini,'” katanya. "Tetapi ibu negara memberi saya tempat dan waktu."

Adapun Kim Keon Hee juga masih terperosok dalam tuduhan manipulasi harga saham sekitar 12 tahun lalu, sebuah kasus yang diputuskan oleh parlemen yang dikuasai oposisi bulan lalu untuk menunjuk jaksa khusus untuk menyelidikinya.

Infografis Duka untuk Korban Tewas Tragedi Halloween Itaewon Korea Selatan
Infografis Duka untuk Korban Tewas Tragedi Halloween Itaewon Korea Selatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya