Liputan6.com, Port-au-Prince - Sejumlah pejabat mengatakan para narapidana di penjara di Kota Saint-Marc, Haiti, kabur pada Jumat (16/8/2024).
Koran Miami Herald melaporkan bahwa para pebisnis di kota, yang terletak di utara ibu kota Port-au-Prince, itu telah meminta bantuan polisi selama beberapa hari, dengan alasan meningkatnya masalah kekerasan geng.
Baca Juga
Le Nouvelliste, surat kabar lokal, melaporkan bahwa ketika pembobolan penjara terjadi, para petugas serang mogok kerja untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Surat kabar tersebut mengatakan bahwa komisaris pemerintah, Vension Francois, khawatir para penjaga penjara mungkin akan memberontak, tetapi tidak memberi keterangan lebih lanjut. Demikian seperti dilaporkan VOA Indonesia, Sabtu (17/8)
Advertisement
Polisi di Saint-Marc mengeluarkan pengumuman yang memberi tahu masyarakat tentang pembobolan penjara tersebut. Pengumuman tersebut juga meminta masyarakat melaporkan kepada polisi jika ada orang mencurigakan yang mungkin merupakan tahanan yang melarikan diri.
Belum jelas berapa banyak tahanan yang melarikan diri. Selain itu, belum diketahui apakah pelarian tersebut disebabkan oleh penggerebekan geng, kurangnya keamanan dalam negeri atau alasan lain.
Haiti terus dibekap kekerasan geng, meskipun telah dikerahkan setidaknya 400 petugas polisi Kenya untuk memimpin misi keamanan multinasional dalam rangka memerangi geng-geng tersebut.Â
Ketiga Kalinya
Aktivis hak-hak asasi manusia Marie Yolene Gilles, yang memantau dengan cermat para tahanan Haiti, mengatakan kepada Herald bahwa dia tidak terkejut dengan kaburnya para narapidana tersebut.
"Ketika satu penjara dibobol, penjara lainnya pun dibobol; ini seperti efek domino," katanya.
Gilles mengatakan penjara tersebut menampung sekitar 500 narapidana per Juli.
Pembobolan penjara pada Jumat adalah yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir. Pada Maret, geng-geng menyerbu dua penjara terbesar di negara itu – Lembaga Pemasyarakatan Nasional dan Croix-des-Bouquets.
Lebih dari 4.000 tahanan melarikan diri dalam penggerebekan tersebut, termasuk narapidana yang didakwa dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada 2021.Â
Advertisement