Utusan Khusus Presiden Palestina: Normalisasi Hubungan dengan Israel Tak Kurangi Penderitaan Warga Gaza

Utusan Khusus Presiden Palestina meminta Indonesia untuk berhati-hati dalam mempertimbangkan normalisasi hubungan dengan Israel.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Agu 2024, 00:01 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 23:59 WIB
Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad al-Maliki dalam sesi diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (20/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad al-Maliki dalam sesi diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (20/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta - Normalisasi hubungan dengan Israel tidak memberikan dampak signifikan bagi warga Palestina, khususnya Gaza. Hal ini diungkapkan oleh Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad al-Maliki.

Riyad al-Maliki menyebut, hal tersebut terbukti dari upaya Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump bersama Uni Emirat Arab (UEA) menyepakati normalisasi hubungan dengan Israel di bawah perjanjian Abraham atau Abraham Accords yang disepakati pada 13 Agustus 2020.

"Negara-negara tersebut mengatakan, mereka melakukannya demi Palestina, karena normalisasi dengan Israel akan membantu memberikan tekanan pada orang Israel, agar Israel melepaskan tanah dan untuk memungkinkan orang Palestina memiliki kebebasan dan kemerdekaan mereka," ujar dia dalam sesi diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (20/8/2024).

"Saya tidak melihat hasil atau dampak apa pun dari normalisasi tersebut dan dampak langsungnya terhadap Palestina, dalam hal mengakhiri penderitaannya, mengakhiri pendudukan, atau bahkan memungkinkan Palestina untuk menghirup kebebasan dan kemerdekaan," lanjutnya.

Sebaliknya, Riyad mengatakan bahwa Israel justru memanfaatkan normalisasi hubungan dengan negara Arab dan meyakinkan mereka untuk mengesampingkan konflik Palestina.

"Itulah sebabnya, saat ini Trump dan Netanyahu berusaha sangat keras untuk menormalisasi hubungan seperti itu dengan Arab, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa masalah Palestina bukanlah prioritas utama bagi orang Arab," tuturnya.

Indonesia Harus Berhati-hati

Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad al-Maliki dalam sesi diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (20/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad al-Maliki dalam sesi diskusi yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (20/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Hal tersebut juga yang ingin dilakukan oleh Netanyahu, tidak hanya dengan Arab tapi dunia.

"Indonesia harus berhati-hati," tegasnya.

"Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Dan Israel mencari Indonesia sebagai simbol bahwa negara Muslim terbesar di dunia sedang menormalisasi hubungan dengan Israel, tanpa Israel harus menarik pendudukannya atas tanah Palestina, atau membiarkan Palestina meraih kebebasan dan kemerdekaan mereka. Anda harus sangat berhati-hati."

 

Kata Menlu Retno Soal Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kedatangan Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad Al Maliki di Gedung Pancasila, Senin (19/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kedatangan Utusan Khusus Presiden Palestina Riyad Al Maliki di Gedung Pancasila, Senin (19/8/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi sempat menanggapi pemberitaan upaya normalisasi yang terus digaungkan oleh media Israel, serta pemerintah Barat.

Dalam podcast Endgame season 3 episode 12 yang dibawakan oleh Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menlu Retno Marsudi menyampaikan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan (Palestina dan Israel).

"Orang bicara soal yang baru-baru muncul lagi, bahwa Indonesia akan segera menormalisasi, saya sampaikan bahwa kita tidak punya hubungan negara tersebut bukan bersifat statis," kata Retno Marsudi pada Januari 2022. 

"Seumur hidup akan begitu? Tidak. Semua tergantung pada situasi di lapangan. Di lapangan berarti negara tersebut dengan Palestina. Bagaimana hak-hak Palestina dihormati, bagaimana kemerdekaan Palestina diperoleh, dijamin, Bagaimana keadilan bisa terwujud."

Jadi, Menlu Retno Marsudi menekankan bahwa itu tergantung pada situasi.

"Jadi kalau ditanya, sekarang sudah saatnya belum? Belum."

"Kita akan selamanya begini? tidak."

"Kita dorong, terjadinya dialog antara mereka berdua. Itu kita betul-betul dorong. Karena sebenarnya yang bisa menyelesaikan masalah mereka berdua adalah mereka (Palestina - Israel)."

Retno Marsudi menyampaikan bahwa Indonesia selalu siap menjadi fasilitator, bisa menjadi supporter dan sebagainya.

Tetapi Retno Marsudi mengharapkan, keduanya bisa melakukan dialog, bisa meresume negosiasi, sehingga kemerdekaan Palestina bisa diperoleh, hak-haknya bisa dipenuhi.

"Kalau ini dicaplok terus, dicaplok terus, kayanya belum saat ini kita mengambil langkah yang lebih besar ke normalisasi."

Selengkapnya di sini.. 

Infografis Menlu Retno Desak 3 Tuntutan Dukung Palestina di DK PBB. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Menlu Retno Desak 3 Tuntutan Dukung Palestina di DK PBB. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya