Ukraina Punya Menlu Baru Saat Perang dengan Rusia Masuki Fase Kritis

Tanpa pemanas, musim dingin akan menjadi ujian berat bagi Ukraina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Sep 2024, 09:25 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2024, 09:25 WIB
Andrii Sybiha
Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha. (Dok. Andrii Nesterewnko/Ukrainian Parliament Press Office via AP)

Liputan6.com, Kyiv - Parlemen Ukraina menyetujui pengangkatan Andrii Sybiha (49) sebagai menteri luar negeri baru pada hari Kamis (5/9/2024). Sybiha, mantan duta besar Ukraina untuk Turki, menggantikan Dmytro Kuleba yang mengundurkan diri pada Rabu (4/9).

Sybiha bekerja sebagai wakil Kuleba sejak April.

Presiden Volodymyr Zelenskyy semula dilaporkan ingin melakukan reshuffle kabinet terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Namun, sebelum itu terjadi sejumlah menteri, termasuk Kuleba, lebih dulu mengundurkan diri.

Persetujuan parlemen diperlukan untuk perombakan kabinet. Anggota parlemen Ukraina Yaroslav Zhelezniak dan Oleksii Honcharenko mengonfirmasi bahwa telah dilakukan pemungutan suara terkait penunjukan Sybiha. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Jumat (6/9).

Bicara soal reshuffle kabinet, Zelenskyy pada hari Rabu mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan energi baru.

Perang Ukraina, yang berlangsung lebih dari 900 hari, berada di ambang periode yang mungkin menjadi kunci. Musim dingin yang sangat menantang kemungkinan akan terjadi, menguji tekad negara itu. Pasalnya jaringan listrik Ukraina berada di bawah tekanan berat setelah rudal dan pesawat nirawak Rusia melumpuhkan sekitar 70 persen kapasitas pembangkit listrik. Itu bisa berarti tidak ada pemanas dan air.

Di medan perang, Ukraina menunggu untuk melihat apakah pertaruhan militer dengan serangan mendadaknya ke wilayah perbatasan Kursk Rusia sebulan lalu membuahkan hasil. Sementara itu, tentara Ukraina yang kalah senjata secara bertahap didorong mundur oleh serangan Rusia selama berbulan-bulan lebih dalam ke Ukraina timur.

Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada hari Kamis (5/9) mengatakan, daftar korban dari serangan rudal Rusia pada hari Selasa (3/9) di sebuah sekolah pelatihan militer di Kota Poltava bertambah menjadi 55 orang tewas dan 328 orang terluka. Operasi pencarian dan penyelamatan terus berlanjut.

Tidak ada perubahan kebijakan besar yang diharapkan di bawah pemerintahan baru. Mandat lima tahun Zelenskyy berakhir pada bulan Mei, namun dia tetap berkuasa di bawah ketentuan darurat militer dan kepemimpinannya sebagian besar tidak tertantang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Fokus Ukraina?

Volodymyr Zelenskyy Temui Joe Biden di Gedung Putih
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjalan di sepanjang barisan tiang Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 21 Desember 2022. Biden mengatakan, AS dan Ukraina akan terus memproyeksikan pertahanan bersama, karena Rusia melancarkan serangan brutal terhadap hak Ukraina untuk hidup sebagai sebuah bangsa. (AP Photo/Patrick Semansky)

Ukraina juga harus menavigasi hasil Pilpres AS pada bulan November, yang dapat menghasilkan perubahan kebijakan penting di Washington.

Puncak daftar keinginan Ukraina saat ini adalah lebih banyak sistem pertahanan udara Barat dan izin dari mitra Barat-nya agar membiarkannya menggunakan senjata mereka untuk menyerang target di tanah Rusia. Beberapa pemimpin Barat enggan mengabulkan permintaan itu karena mereka takut eskalasi yang dapat menyeret mereka ke dalam pertempuran.

Para pemimpin militer AS, termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Panglima Militer AS Jenderal C.Q. Brown akan bertemu di Jerman pada hari Jumat untuk membahas masalah tersebut dengan sekutu Eropa.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya