Liputan6.com, Jakarta - Perseverance, robot penjelajah milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil menemukan unik di permukaan Mars. Batuan berwarna merah ini ditemukan di wilayah Serpentine Rapids sekitar 20 hari setelah melaju ke Neretva Vallis.
Melansir laman NASA pada Selasa (29/10/2024), NASA menjelaskan bahwa batuan ini bernama Wallace Butte. Perseverance menggunakan mata bor untuk membuat bercak abrasi di atas bongkahan batu untuk mengumpulkan sampel batuan ini.
Robot penjelajah ini menemukan warna putih, hitam, dan hijau yang mencolok di dalam batu. Dari banyaknya warna yang terlihat di batuan tersebut, bintik-bintik hijau kusam terlihat paling mencolok di dalam bercak abrasi.
Advertisement
Baca Juga
Bintik-bintik ini terdiri dari inti warna gelap dengan pinggiran hijau muda yang sudah mengabur. Di Bumi, bercak serupa terbentuk ketika air cair meresap melalui sedimen sebelum mengeras menjadi batu, memicu reaksi kimia yang mengubah besi teroksidasi menjadi bentuk tereduksi.
Menurut NASA, reaksi reduksi besi juga terkadang melibatkan mikroba di Bumi. Selain karena reduksi besi, munculnya bintik-bintik berwarna hijau ini juga bisa terjadi karena bahan organik yang membusuk sehingga terjadi reduksi lokal.
Ada banyak kemungkinan yang menyebabkan bintik-bintik hijau ini muncul di Wallace Butte. Beberapa kemungkinannya melibatkan mikroba sehingga penting bagi Perseverance untuk mengamati batuan ini lebih dalam.
Sayangnya, lengan penjelajah tidak bisa mengamati bintik-bintik hijaunya lebih dekat untuk mencari tahu komposisi yang tepat. Dengan begitu, komposisi dari batuannya masih menjadi misteri.
"Tidak ada cukup ruang untuk menempatkan lengan penjelajah yang berisi instrumen SHERLOC dan PIXL secara aman tepat di atas salah satu titik hijau di dalam area abrasi," tulis laman NASA.
Sebelumnya, Perseverance telah mengambil jalan memutar dari Gunung Washburn untuk mencapai "Bright Angel", sebuah area di dalam saluran Neretva Vallis. Para ahli memperkirakan wilayah ini merupakan sebuah sungai purba yang dulunya mengalir ke Kawah Jezero.
Â
Pecahkan Rekor
Perseverance mencetak rekor ketinggian baru pada 16 September 2024 lalu. Robot tersebut telah mendaki lebih dari 300 meter dari lokasi pendaratan.
Rekor ketinggian baru tercapai saat penjelajah tersebut mendaki ke tepi Kawah Jezero. Saat ini, Perseverance sedang menuju perhentian pertama untuk melakukan penelitian sains, yaitu Dox Castle.
Para ilmuwan menilai, Dox Castle merupakan tempat yang penuh batuan purba. Kawah Jezero dipilih sebagai tempat penjelajahan berikutnya karena wilayahnya diperkirakan menjadi kunci dalam pembentukan geologi awal di Mars.
NASA mengatakan bahwa permukaan kawah ini menyimpan banyak material kerak purba yang menarik untuk diteliti. Sebelum mendaki ke tepi Kawah Jezero, tim Perseverance NASA yang ada di Bumi telah membuat rencana awal penjelajahan.
Tim memetakan berbagai jenis material yang mungkin ditemui robot Perseverance selama melintasi tepi Kawah Jezero. Pemetaan ini didukung oleh gambar orbital dari instrumen High-Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE).
Tim membagi area tepi kawah ke dalam 36 kuadran peta dan memetakan unit batuan berdasarkan morfologi, rona, dan tekstur dengan gambar orbital. Perseverance bisa mengikuti rute secara strategis dengan Pemetaan ini
Â
Advertisement
Misi Perseverance
Perseverance mendarat di Mars pada Februari 2021. Robot penjelajah ini menjelajahi Kawah Jezero, sebuah wilayah yang diduga dulunya merupakan danau purba.
Misi utama penjelajah ini adalah menemukan tanda-tanda kehidupan purba. Wahana antariksa ini telah mengumpulkan 24 sampel geologi untuk dipelajari.
Perjalanan saat ini melalui Kawah Jezero merupakan bagian dari eksplorasi keempat Perseverance untuk menemukan mineral karbonat dan olivin di sepanjang tepi kawah. Di Bumi, karbonat biasanya ditemukan di permukaan dangkal danau air tawar, terbentuk ketika karbon dioksida bereaksi dengan air.
Dengan menganalisis mineral-mineral ini, para ilmuwan bisa melihat sekilas tingkat karbon dioksida Mars di masa lalu. Mineral ini merupakan indikator penting iklim historisnya.
Karbonat juga merupakan mineral yang sangat baik untuk mengawetkan fosil. Mineral ini dapat menunjukkan jejak kehidupan purba, jika memang ada.
(Tifani)