Liputan6.com, Washington D.C - Pemerintahan Presiden Joe Biden mendesak Ukraina untuk segera meningkatkan jumlah militernya dengan merekrut lebih banyak pasukan dan merombak undang-undang mobilisasi agar memungkinkan perekrutan pasukan yang berusia 18 tahun.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa pemerintahan partai Demokrat yang akan berakhir ingin Ukraina menurunkan usia mobilisasi menjadi 18 tahun dari usia saat ini 25 tahun untuk membantu memperluas orang yang bisa membantu Ukraina agar tak kalah jumlah dengan Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Pejabat itu mengatakan "matematika murni" dari situasi Ukraina saat ini adalah bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pasukan dalam pertempuran, dikutip dari laman Japan Today, Kamis (28/11/2024).
Advertisement
Gedung Putih telah memberikan lebih dari USD 56 miliar dalam bentuk bantuan keamanan ke Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada Februari 2022 dan berharap untuk mengirim miliaran lagi ke Kyiv sebelum Biden meninggalkan jabatannya dalam waktu kurang dari beberapa bulan.
Namun, dengan waktu yang semakin menipis, Gedung Putih juga mempertajam sudut pandangnya bahwa Ukraina memiliki persenjataan yang dibutuhkannya dan sekarang harus secara drastis meningkatkan jumlah pasukannya jika ingin tetap bertempur dengan Rusia.
Pejabat tersebut mengatakan, Ukraina yakin mereka membutuhkan sekitar 160.000 pasukan tambahan, tetapi pemerintah AS yakin mereka mungkin akan membutuhkan lebih dari itu.
Lebih dari 1 juta warga Ukraina sekarang berseragam, termasuk Garda Nasional dan unit lainnya.
Respons Zelenskyy
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga telah mendengar kekhawatiran dari sekutu di ibu kota Barat lainnya bahwa Ukraina memiliki masalah jumlah pasukan dan bukan masalah senjata.
Sekutu Eropa itu juga menekankan bahwa kurangnya kedalaman berarti bahwa Ukraina mungkin akan segera tidak dapat dipertahankan untuk terus beroperasi di wilayah perbatasan Kursk Rusia yang direbut Ukraina tahun ini.
Situasi di Kursk menjadi semakin rumit dengan kedatangan ribuan tentara Korea Utara yang datang untuk membantu Moskow dalam merebut kembali wilayah tersebut.
Advertisement