Tiga Mitos Soal Alergi Makanan, Ini Faktanya

Informasi mengenai alergi makanan dari sumber yang tidak kredibel sebaiknya jangan langsung dipercaya. Cek di sini tiga mitos dan faktanya.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 02 Jan 2025, 19:10 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 19:10 WIB
Memperbanyak Konsumsi Makanan Bergizi dan Air Putih
Ilustrasi Makanan. (Pexels/Jane)

Liputan6.com, Jakarta - Selalu ada saja kasus alergi makanan, dan begitu pula kesalahpahaman seputar reaksi sistem kekebalan tubuh yang kompleks ini, menurut banyak ahli.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang alergi makanan, banyak orang yang beralih ke sumber nonmedis, seperti platform media sosial, untuk mendapatkan informasi. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang salah dan kesalahan diagnosis.

Melansir dari Yale School of Medicine pada Kamis (2/1/2025), berikut adalah tiga mitos yang umum dipercayai dan faktanya:

1. Mitos: Semua Reaksi terhadap Makanan Adalah Alergi

Intoleransi adalah reaksi makanan yang berbeda dengan alergi, jelas John Kuster, MD, asisten profesor kedokteran di bidang reumatologi, alergi, dan imunologi.

“Contoh yang umum adalah intoleransi laktosa, yang menyebabkan gejala gastrointestinal langsung tetapi tidak mengancam jiwa dan tidak memerlukan EpiPen untuk mengobatinya,” kata Kuster. 

“Gejala intoleransi datang dalam berbagai bentuk dan berbeda untuk setiap orang.”

2. Mitos: Alergi Makanan Hanya Terjadi pada Anak-Anak.

“Alergi makanan dapat dimulai pada usia berapa pun,” kata Elise Liu, MD, PhD, ahli alergi pada orang dewasa dan instruktur kedokteran bidang reumatologi, alergi, dan imunologi. 

Perkiraan tahun 2019 menunjukkan bahwa setidaknya 26 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki alergi makanan dan gejala alergi makanan dimulai pada usia dewasa pada sekitar setengah dari pasien ini, menurut Liu.

“Faktanya, alergi tertentu, seperti alergi kerang, lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak,” katanya.

3. Mitos: Pengujian Panel Alergi Makanan Direkomendasikan bagi Orang yang Ingin Mengetahui Makanan Apa Saja yang Membuat Mereka Alergi

Pengujian panel makanan secara seragam untuk makanan yang berbeda tidak disarankan karena dapat menyebabkan kesalahan diagnosis dan penghindaran makanan yang tidak perlu, menurut Katelyn Wong, MD, asisten profesor pediatri di bidang pediatri paru, alergi, imunologi, dan obat tidur. 

Wong mencatat bahwa tes IgE (immunoglobulin E) alergi makanan sering kali dikaitkan dengan hasil positif yang keliru.

“Tes khusus makanan yang ditargetkan hanya boleh dilakukan jika ada kecurigaan klinis terhadap alergi makanan yang dimediasi oleh IgE, dengan pasien yang mengalami gejala langsung gatal-gatal, bengkak, mengi, atau kesulitan bernapas dalam beberapa menit hingga dua jam setelah menelan alergen makanan,” ungkapnya.

Wong menambahkan bahwa pengujian harus dilakukan di bawah pengawasan dokter yang ahli dalam evaluasi alergi makanan, seperti ahli alergi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya