Liputan6.com, Paris - Selama lebih dari sebulan, Teater Gaîté Lyrique di Paris, Prancis, telah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan migran tunawisma yang mencari tempat berlindung dari musim dingin.
Pendudukan bioskop ini bermula pada 10 Desember 2023, saat Gaîté Lyrique mengadakan konferensi gratis bertema "Menciptakan Ulang Sambutan untuk Pengungsi di Prancis".
Advertisement
Baca Juga
Ironisnya, sekitar 250 migran asal Afrika yang menghadiri acara tersebut menolak meninggalkan tempat setelah konferensi selesai. Tak lama kemudian, mereka bergabung dengan sekitar 50 migran lainnya yang juga membutuhkan perlindungan dari cuaca dingin di Paris.
Advertisement
Mengutip laman Oddity Central, Senin (20/1/2024), sejak itu, bioskop ini telah membatalkan semua pertunjukan hingga setidaknya 24 Januari 2024. Penundaan ini mengancam keberlangsungan operasional Gaîté Lyrique, yang mengandalkan pertunjukan sebagai sumber utama pendapatannya, yaitu 70 persen dari total pendapatan. Sisanya berasal dari subsidi negara.
Kerugian yang dialami selama bulan Desember saja diperkirakan mencapai ratusan ribu euro.
Meski menghadapi tekanan finansial dan kesulitan membayar gaji sekitar 60 karyawannya, pihak Gaîté Lyrique menegaskan bahwa mereka tidak akan mengusir para migran ke jalanan dalam kondisi musim dingin.
"Membuang orang-orang ini ke jalan di tengah musim dingin adalah hal yang tak terpikirkan," tulis pernyataan resmi teater tersebut.
Manajemen teater telah meminta bantuan dari pemerintah Prancis dan otoritas lokal untuk menemukan tempat penampungan yang layak bagi ratusan migran yang kini tinggal di sana. Pernyataan dari Balai Kota Paris juga menggarisbawahi bahwa situasi darurat sosial seperti ini membutuhkan solusi sosial, bukan pengusiran paksa.
Dihuni Para Migran
Di depan bioskop, sebuah spanduk bertuliskan "Darurat perumahan, anak-anak minoritas terlantar!" dipasang oleh kelompok yang mengklaim mewakili para migran.
Kelompok tersebut menyatakan bahwa sebagian besar penghuni adalah anak-anak di bawah umur, yang menurut hukum Prancis, berhak mendapatkan perlindungan dan bantuan dari organisasi kesejahteraan sosial.
Namun, laporan media lokal seperti Le Figaro menyebutkan bahwa mayoritas migran yang tinggal di bioskop sebenarnya adalah orang dewasa yang telah mendaftar ke layanan sosial Prancis.
Upaya media untuk berbicara dengan perwakilan kolektif migran atau pihak bioskop sejauh ini belum membuahkan hasil.
Di satu sisi, mereka menghadapi ancaman kebangkrutan akibat pembatalan pertunjukan. Di sisi lain, mereka memilih untuk tetap memberikan tempat perlindungan sementara bagi para migran.
Sementara itu, pengelola bioskop, pemerintah, dan organisasi sosial masih berusaha mencari solusi yang adil untuk menyelesaikan krisis ini tanpa mengorbankan kemanusiaan.
Advertisement