Liputan6.com, Jakarta - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengungkap gambar menakjubkan yang berhasil diambil Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Teleskop canggih ini berhasil menangkap cahaya inframerah dari gema cahaya supernova kuno.
Melansir laman Space pada Rabu (22/01/2025), gema cahaya adalah fenomena di mana cahaya dari ledakan bintang menerangi debu di sekitarnya, menciptakan pola bercahaya yang meluas. Pada panjang gelombang inframerah, gema cahaya terjadi ketika debu dipanaskan oleh radiasi energi tinggi, lalu bersinar.
Cahaya ini sebelumnya pernah diamati oleh Teleskop Spitzer, namun Webb memberikan resolusi yang jauh lebih baik. Penemuan Teleskop James Webb menampilkan detail tiga dimensi dari gas dan debu antarbintang di sekitar sisa supernova.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini dapat menunjukkan struktur kompleks di ruang antarbintang dan memberikan wawasan baru tentang dinamika materi antar bintang. Ratusan tahun yang lalu, sebuah bintang masif mengalami keruntuhan inti, yang memicu gelombang kejut besar.
Saat gelombang ini menghancurkan bintang tersebut, semburan sinar-X dan sinar ultraviolet dipancarkan ke angkasa. Setelah sekitar 350 tahun, cahaya dari gelombang kejut ini mencapai material antarbintang, memanaskannya, dan menciptakan cahaya inframerah yang lembut.
Teleskop James Webb menangkap detail pola cahaya tersebut, memperlihatkan bentuk yang menyerupai serat kayu yang kompleks dan penuh simpul. Detail ini menandai kemajuan besar dalam kemampuan astronom untuk mengamati fenomena kosmik dengan resolusi tinggi.
Penelitian yang dipimpin oleh NASA dan mitra ilmiah internasional menemukan bahwa gema cahaya ini berasal dari material yang berada di belakang sisa supernova Cassiopeia A, bukan dari material yang dilepaskan langsung oleh ledakan. Temuan ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang interaksi antara radiasi supernova dan medium antarbintang, sekaligus mengungkap proses evolusi materi kosmik.
Salah satu penemuan paling menakjubkan dari gambar Webb adalah struktur lembaran-lembaran yang sangat padat dan kecil, dengan ukuran sekitar 400 unit astronomi (AU). Sebagai perbandingan, satu unit astronomi setara dengan jarak rata-rata antara bumi dan matahari. Struktur ini memiliki ukuran lebih kecil dari satu per seratus tahun cahaya.
Para peneliti menduga bahwa medan magnet antarbintang mempengaruhi pembentukan lembaran tersebut. Fenomena ini menciptakan simpul-simpul padat seperti pola serat kayu.
Â
Berbagai Instrumen
Program penelitian menggunakan berbagai instrumen pada Teleskop James Webb, termasuk spektroskopi dari instrumen MIRI (Mid-Infrared Instrument). Spektroskopi memungkinkan analisis detail tentang komposisi kimia dan suhu dari debu yang diamati.
Hal ini memberikan petunjuk penting tentang elemen dan molekul yang terbentuk setelah ledakan supernova. Para ilmuwan berencana melakukan observasi berulang untuk melacak perubahan dalam struktur dan komposisi molekul debu antarbintang seiring waktu.
Observasi lanjutan ini penting untuk memahami bagaimana sisa-sisa supernova memengaruhi lingkungan galaksi dan proses pembentukan bintang baru. Selanjutnya NASA berencana meneliti gema cahaya dengan Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman yang direncanakan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan.
Dikutip dari laman NASA pada Rabu (22/01/2025), Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman adalah observatorium ruang angkasa inframerah yang tengah dikerjakan NASA. Teleskop ini diberi nama untuk menghormati astronom wanita Amerika, Nancy Grace Roman, yang dikenal sebagai ibu dari teleskop luar angkasa Hubble.
(Tifani)
Advertisement